10. TATAPAN NURSA

5 2 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

.

.

"Maksud lo?"

Sejujurnya ayni sangat bingung ketika nana dengan tiba tiba bertanya tentang hubungannya dengan nursa

Karena sesungguhnya, dirinya dan nursa benar benar tidak ada hubungan apa apa selain dirinya sudah membantu adiknya yang bernama fira itu

Apa jangan jangan nana salah paham dengan dirinya? Batin ayni bertanya

"Gak, gak ada maksud tentu kok dari pertanyaan gw itu. Cuma mau bertanya aja." Ucap nana dengan nada panik

"Oh, gak ada hubungan apa apa kok gw sama dia. Selain cuma gw udah ngebantu adiknya yang bernama fira tadi" mendengar itu nana pun hanya ber oh ria sambil menganggukkan kepalanya

Melihat reaksi nana yang begitu saja, semakin membuat ayni bingung kenapa orang ini tiba tiba seperti ini

Dan akhirnya ayni pun kembali memilih bertanya lagi supaya dirinya bisa mengerti maksud pertanyaan dari nana tadi

"Lalu kenapa lo nanya pertanyaan kayak gitu? Gak mungkin lo cuma mau tahu aja. Pasti ada apa ini, iyakan? Sekarang cepet kasih tahu gw kenapa?" Tanya ayni sambil menatap tajam kearah nana

"Gak, gw cuma heran aja sama sikap orang itu." Ujar nana seakan malas untuk menjelaskan

"Heran dengan sikap orang itu? Maksud lo apa? Ais, jangan main teka teki dong. Makin bingung nih gw." Ucap ayni kesal saat melihat reaksi nana barusan

"Jadi gini ay, saat orang itu melihat lo pingsan dan mau jatuh ketanah dengan sigap orang itu nangkap tubuh lo ay!" Cerita nana dengan nada yang sedikit berseru

"Dan yang gw heran itu ay, masa ada cowok yang gak ada hubungan apa apa dengan si cewek malah sangat khawatir sama keadaan si cewek sampai membawa langsung tubuh si cewek itu kerumahnya?!" Lanjut nana kembali berseru

"Intinya nggak bakal ada cowok yang bisa sekhawatir kayak gitu, kecuali sama orang yang amat dia sayang." Ucap nana kembali

"Jadi, maksud lo orang itu nyimpen perasaan cintanya sama ay?" Kini alin pun ikut bertanya setelah mendengarkan penjelasan nana tadi

"Iya, tapi bukan cinta lagi tapi malah seperti obsesi." Ucap nana membenarkan

"Dan lo lin, pasti udah tahukan tentang azam yang suka sama ay?" Lanjut nana bertanya sama alin

"Iya, malahan semua orang sekolah itu tahu fakta itu."

"Pada saat gw tanya sama azam tentang kejadian dilapangan itu waktu itu lo ada disamping gw kan?"

"Iya,"

"Dan lo pasti liat raut wajah azam kan?"

"Iya,"

"Nah, pada saat itu azam gak seperti sedang khawatirkan dengan keadaan ayni, padahal kita semua tahu kalau azam itu cinta banget sama ay, tapi kenapa reaksi azam malah seperti itu? Eh, maksud gw tuh, azam tuh khawatir sama keadaan lo ay tapi khawatirnya tuh kalah sama khawatirnya cowok itu." Ucap nana panjang lebar

"Ngertikan?" Lanjut nana bertanya disaat melihat reaksi ayni dan alin bengong melihat dirinya bercerita panjang lebar seperti tadi

"Ngerti, tapi gw gak percaya itu. Karena gak mungkin dia nyimpen perasaan sama ya bahkan obsesi sama gw seperti kata lo tadi." Ucap ayni menolak sambil menggelengkan kepalanya tak percaya

"Dasar! Bundanya aja ngomong kalau selama ini anaknya cuek sama perempuan dan baru kali inilah lihat anaknya khawatir sama perempuan." Ucap nana lelah sambil membuang pandangannya kesembarang karena kesal

"Kan bis--"

"Bentar, seperti gw dengar suara buk kia deh." Ucap alin sambil memenjamkan matanya untuk memperjelas pendengarannya

"Hah, bentar."

"Jadi bagaimana keadaan anak murid saya buk, pak?"

"Syukurlah, dia sudah sedikit baikan"

"Syukurlah kalau gitu, sebelum saya selaku wali kelasnya berterimakasih sama bapak ibu karena sudah membantu anak murid saya dan maaf karena sudah merepotkan bapak ibu."

"Seperti iya deh, ayo kita ketemuan bun kia" ajak alin untuk keluar

"Ayo,"

"Eh, tun-tunggu, bantuin dulu gw rapihin kasur ini" ucap ayni sambil turun dari kasur empuk itu

"Ah, ayo cepat."

Setelah selesai merapikan kasur itu, ayni dan kedua sahabatnya pun langsung keluar dari kamar itu tanpa meninggalkan barang sedikitpun

Disaat ayni dan kedua sahabatnya sudah berada diruang tamu, disana mereka dapat melihat bun kia, lisa, via, nursa, fira, dan kedua ortu nursa sedang terduduk sambil membicarakan sesuatu yang kelihatannya sangat serius

"Ayni? Bagaimana keadaan kamu? Udah mendingan? Atau masih ada yang sakit?" Tanya buk kia saat menyadari keberadaan ayni dan kedua sahabatnya yang sedang berdiri tidak jauh dari mereka duduk

"Udah mendingan buk," jawab ayni sambil tersenyum kecil

Melihat ayni dan kedua sahabatnya masih berdiri ditempat yang sama langsung membuat buk kia beranjak dari duduknya lalu menghampiri ayni dan kedua sahabatnya itu

Disana tanpa basa basi lagi bun kia pun langsung mengajak ayni untuk kembali kepenginapan sebelum malam menyapa

Sejujurnya, ayni juga ingin cepat cepat keluar dari rumah itu. Karena rasanya sangatlah tidak nyaman bagi ayni

Dan tanpa disengaja, tatapan ayni malah bertemu dengan tatapan nursa yang saat itu sedang terduduk sambil menatap tajam kearah ayni yang masih berdiri tak jauh dari tempat nursa duduk itu

Melihat tatapan nursa yang begitu tajam langsung membuat ayni mengerukkan keningnya heran "Kenapa dengan dia? Aneh banget." Batin ayni sambil kembali menatap buk kia

Setelah beberapa detik berbicara dengan buk kia akhirnya ayni dan keempat sahabatnya setuju untuk kembali kepenginapan sebelum malam menyapa

Dan setelah berpamitan dengan keluarga nursa, untuk kedua kalinya tatapan ayni pun malah kembali bertemu dengan tatapan tajam nursa.

Tak mau ambil pusing karena itu akhirnya ayni pun langsung membuang pandangannya kesembarang setelah berpamitan dengan kedua ortu nursa

"Kalau gitu, kami pamit ya buk, pak." Ucap buk kia dengan sopan yang masih berdiri didepan pintu keluar rumah itu

"Iya, buk." Jawab uci ramah

"Kakak! Kapan kapan kesini ya, main sama fira kan kakak udah janji sama fira." Ucap fira yang berada didepan pintu keluar rumah itu sambil mengingatkan ayni akan janjinya beberapa waktu yang lalu

"Ohiya, kapan kapan kakak kesini ya." Ucap ayni sambil sedikit membungkuk

"Iya!" Seru fira bahagia

"Kalau gitu, ayo anak anak kita kembali." Ajak bun kia lagi

"Iya, ayo buk." Ucap kami berlima kompak

"Bapak ibu kami pamit ya." Pamit buk kia sekali lagi

"Iya buk, hati hati ya." Ucap uci dengan ramah

"Iya," ucap buk kia lalu berjalan meninggalkan pekarangan rumah itu

.

.

Bersambung

Sampai jumpa di bab selanjutnya..

Salam dari penulis raa.

The story after the rain (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang