11. KEKECEWAAN AYNI

3 2 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

.

.

Semenjak hari itu berlalu, ayni pun kembali sering mengalami mimisan sama seperti dulu.

Kini ayni pun dapat menyimpulkan bahwa dirinya tidak bisa kelelahan sedikitpun karena kalau dirinya lelah maka dirinya akan kembali mengalami mimisan lagi

Sejujurnya, ayni lelah karena selalu mimisan dimanapun dan kapanpun tanpa bisa melihat sekitar

Namun sayangnya itu tidak bisa ayni hentikan, disisi lain ayni senang karena ada peringatan dari dalam dirinya bahwa dirinya sedang lelah

Tapi disisi satunya, ayni juga kesal karena peringatan itu bisa kapan saja keluar.

"Ay, jangan bengong." Ucap lisa sambil menyadarkan ayni yang sedang bengong menatap arah yang tak tentu

"Oh, iya. Gw gak bengong" elak ayni

Hari itu, hari dimana kami dijadwalkan untuk langsung terjun kelapangan untuk membantu para petani disana sambil mempraktekkan bagaimana caranya menanam padi dengan benar dan baik

Tentunya kami dibagi menjadi beberapa kelompok dari setiap kelas dan ditempatkan ditempat yang berbeda beda dari kelompok lain

Sejujurnya, ayni sangat senang karena bisa sekelompok sama keempat orang sahabatnya tapi disisi lain ayni juga sangat kesal karena kelompok malah ditempatkan disawah seseorang yang tak jauh dari rumahnya nursa.

"Bangke," gumam ayni kesal setelah mendengar ucapan guru biologinya yang mengatakan bahwa kelompok ditempat yang tak jauh dari rumahnya nursa

Tidak mau ambil pusing dari penetapan dari guru biologi itu, ayni pun langsung turun kesawah itu untuk membantu para petani yang sedang menanam padi itu

Disaat ayni sedang asik asiknya belajar sambil praktek menanam padi itu, dengan tiba tiba saja ayni menyadari bahwa ada yang keluar dari hidungnya

Dan iya, untuk sekian kalinya ayni pun kembali mengalami mimisan menandakan bahwa dirinya sedang kelelahan

"Dasar, kenapa harus sekarang sih?" Ucap ayni dengan kesal sambil keluar dari sawah itu kemudian berlari kearah pondok yang tak jauh dari sawah itu

"Astaga, kemana pula nih tisu? Perasaan gw tadinya bawa dah" ucap ayni sambil mencari keberadaan tisu itu dengan menggunakan satu tangan dan satu tangan digunakan untuk menahan hidungnya

Dan tanpa ayni sadari dari tadi, dirinya sudah dipantau oleh seseorang yang kini sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan

Melihat ayni yang kesusahan, perlahan orang itupun melangkahkan kaki untuk mendekati ayni yang sedang kesusahan itu

"Kenapa? Kenapa bisa gini? Dan sejak kapan lo mulai mimisan kayak gini?" Tanya orang itu dengan nada yang sedih sambil membantu mengelap darah yang masih mengalih itu

Setelah melihat wajah orang yang membantunya itu, perlahan ayni pun tersenyum tipis melihat itu.

Sejujurnya ayni bingung kenapa dirinya bisa tersenyum padahal disana tidak ada yang sedang melawak untuk dirinya

Namun disaat ayni mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh orang itu, dapat dipastikan didalam pertanyaan itu terbesit rasa kekhawatiran yang dirasakan oleh orang itu

Setelah darah itu berhenti mengalih, baru saat itulah ayni baru menceritakan awal mula kenapa dirinya bisa mimisan seperti ini

Sepanjang ayni bercerita tentang kenapa dirinya bisa mimisan, entah kenapa ayni tidak berani untuk menatap mata.

Dan disaat cerita itu selesai, baru saat itu juga ayni berani untuk menatap mata dan melihat bagaimana reaksi yang dikeluarkan oleh orang itu

Sangat terlihat jelas, kalau orang itu sedang menahan amarahnya untuk tidak meledak pada saat itu.

Melihat reaksi orang itu seperti itu malah membuat ayni tertawa senang kemudian berkata

"Hahaha, udah gakpapa kok nursa, ini juga gak menyakiti gw jadi lo tenang aja." Sambil tersenyum tipis seolah semua akan baik baik saja

Iya, orang itu adalah nursa. Orang yang sudah memantau ayni sedari tadi.

Mendengar ucapan yang dilontarkan oleh ayni, sontak membuat nursa terdiam sambil menatap heran kearah ayni yang bisa bisa masih bisa tertawa bahagia seperti itu

Melihat reaksi nursa yang terdiam sambil menatap dirinya itu, membuat ayni kembali tersenyum sambil menatap nursa dengan lembut

Namun itu tidak berlangsung lama, karena beberapa detik kemudian ayni pun beranjak dari duduknya kemudian berjalan kearah para sahabatnya yang masih membantu para petani itu untuk menanam padi

"Lo darimana aja?" Tanya via yang kini sudah sangat kotor

"Biasa, gw mimisan lagi" ucap ayni tanpa dosa sambil mengambil sisa padi yang berada ditangan via

Disisi lain, Nursa yang ditinggalkan sendiri dipondok itu, hanya dapat menatap ayni dari kejauhan.

Namun sesungguhnya pikiran nursa masih tertuju kenapa ayni masih bisa tersenyum pada saat dirinya sedang sakit?

"Wanita aneh." Ucap nursa sambil tersenyum kecil disaat dirinya mengingat bahwa wanita itu masih bisa tersenyum padahal dirinya sedang tidak baik baik saja

Setelah ucapan itu keluar dari mulutnya, perlahan nursa pun beranjak dari duduknya kemudian berjalan meninggalkan pondok itu

.

.

"Ayni! Lo bisa gak, jangan berdiri didepan pintu? Yang lain masuk nih." Ucap seorang siswa perempuan yang kesal karena ayni menutupi pintu bis itu

"Eh, maaf." Ujar ayni sambil memberikan siswa perempuan itu jalan masuk

"Dasar, emangnya lagi nunggu siapa sih?" Gumam siswa perempuan itu yang masih sama ayni yang menutupi jalannya untuk masuk kedalam bis itu

Ayni yang mendengar gumaman siswa itu hanya bisa menghelakan nafasnya dengan lelah, melihat raut wajah ayni yang kelihatan sedang kecewa dengan sesuatu, perlahan alin mendekati ayni yang masih berdiri didepan pintu itu sambil menatap keluar bis itu

"Lo lagi nunggu siapa sih?" Tanya alin sambil berjalan mendekati ayni yang masih berdiri diam didepan pintu masuk bis itu

Mendengar pertanyaan itu, langsung membuat ayni menoleh kesumber suara itu

"Gak, gak lagi nunggu siapa siapa kok." Ujar ayni sambil masuk kedalam bis itu dan lalu mengambil tempat duduk yang dekat sama kaca jendela bis itu

Jam yang tadinya terasa sangat lambat berputar, kini entah kenapa malah sangat cepat sekali seputar seolah satu hari itu adalah satu jam.

Namun ini bukanlah soal tentang jam, malahan soal hari yang begitu cepat berganti.

Iya, hari telah berganti. Dan tak terasa sudah tiga hari tiga malam semenjak rombongan mereka sampai diperdesaan itu

Dan hari yang ditentukan untuk pulang pun tiba, sejujurnya ayni sangat berharap sebelum dirinya pulang dari perdesaan itu, dirinya dapat bertemu dengan nursa untuk terakhir kalinya walaupun itu hanyalah sebentar

Namun itu hanyalah sebuah harapan ayni semata, karena sampai bis itu berjalan meninggalkan perkarangan desa itu, nursa tetap saja tidak datang, dan pada akhirnya harapan ayni itu malah menghasilkan rasa kecewa yang amat dalam

"Sudahlah." Batin ayni yang kecewa sambil menatap keluar kaca jendela bis itu

.

.

Bersambung

Sampai jumpa di bab selanjutnya..

Salam dari penulis raa.

The story after the rain (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang