22. KETAKUTAN IBU

5 2 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

.

.

"Nursa?"

"Sejak kapan lo berdiri disitu?" Tanya ayni yang masih terkejut akan keberadaan nursa yang tiba tiba sudah berdiri diambang pintu itu

Tanpa menghirup pertanyaan ayni barusan, perlahan nursa kembali mengangkat suaranya dengan keadaan kepala yang kini sedikit menunduk malu

"Gw nggak bermaksud buat lo sedih dan kepikiran akan hal itu ay" ucap nursa dengan pelan

"Maaf ayni, gw bener bener gak bermaksud, gw hanya kecewa dan marah sama diri gw sendiri karena gak bisa ngejaga lo dengan bener." Lanjut nursa sembari berjalan melangkah mendekati ranjang ayni yang sedang dia tempati

"Maaf, ay." Ucap nursa sekian kalinya

Mendengar pernyataan nursa yang tiba tiba itu malah membuat ayni terdiam membisu seribu bahasa, karena sejujurnya ayni sangat bingung akan perasaan apa yang sedang dirinya rasakan sekarang

Disatu sisi dirinya sangat merasa senang dan terharu akan pernyataan nursa yang tiba tiba itu namun disisi lain dirinya juga merasa kalau dirinya tidak pantas untuk dikhawatirkan sama sekali.

Disaat ayni dan nursa tengah dipikirannya masing masing, perlahan alin pun berbisik kepada ketiga sahabatnya untuk meninggalkan ruangan itu

"Gays, sepertinya kita bakal jadi nyamuk nih kalau gak segera keluar dari ruangan ini." Bisik alin pada ketiga sahabatnya yang lain namun matanya masih saja menatap kedua orang yang saling terdiam itu

"Sepertinya iya deh, kalau gitu ayo kita keluar." Balas nana

Perlahan mereka berempat pun mulai melangkahkan kakinya untuk segera meninggalkan ruangan itu supaya ayni dan nursa ada ruang untuk mereka berdua bicara secara empat mata

Dan tidak terasa kini detik yang tadinya berubah menjadi menit, lalu menit berubah menjadi jam, dan jam berubah menjadi hari kemudian hari berubah menjadi minggu

Iya, sudah sekitar satu minggu lebih ayni dirawat dirumah sakit itu.

Rasanya sangatlah membosankan juga melelahkan tentunya karena ayni yang notabennya tidak bisa diam semenit pun

Kini malah disuruh untuk berdiam diri didalam kamar inapnya saja kecuali untuk jalan pagi itupun hanya berkeliling disekitar rumah sakit itu

Namun jika disaat para sahabatnya datang berkunjung kerumah sakit itu walaupun hanya sekedar menanyakan kabarnya ataupun bercerita tentang terjadian yang terjadi disekolah hari itu

Sungguh, itu sangat ampuh untuk menghilang rasa bosan dan lelah yang dialami ayni selama dirumah sakit itu

Iya, setelah menunggu sekian lama akhirnya hari itupun tiba, dimana hari kepulangan ayni dari rumah sakit itu sudah ditentukan kapan pulang

Rasa senang yang ayni rasakan itu sungguh amat luar biasa seperti mendapatkan hadiah didalam sebuah ciki makanan ringan.

Karena ayni tidak perlu lagi mencium bau obat yang menyengat dan ayni juga tidak perlu lagi melihat peralatan yang aneh dari rumah sakit itu

Disatu sisi ayni sangat senang karena bisa keluar dari rumah sakit itu namun disisi lain juga ayni kepikiran kenapa para sahabatnya tidak datang berkunjung beberapa hari belakangan ini

Apa ada masalah yang membuat mereka tidak bisa datang kesini atau apakah ada ulangan yang mendadak mengharuskan mereka untuk belajar yang lebih giat lagi?

Seperti itulah yang ada didalam pikiran ayni saat dirinya bingung kenapa para sahabatnya itu datang berkunjung

"Buk, ayni besok langsung sekolah boleh?" Tanya ayni sambil menatap rina penasaran yang saat itu sedang membereskan barang barang yang digunakan ayni selama dirumah sakit itu

Mendengar pertanyaan itu perlahan rina pun tersenyum untuk menanggapi pertanyaan ayni barusan "Kenapa? Ayni udah kangen sama sekolah?" Tanya rina sambil menatap anaknya itu

Ayni tersenyum kikuk sambil menjawab "Hehehe, iya buk. Ayni sudah sangat kangen banget sama sekolah"

Mendengar perkataan ayni barusan seketika langsung membuat rina terdiam

Disaat pikiran ayni sudah tertuju pada ketidakbolehan kedua orang tuanya untuk tidak bersekolah sementara waktu dulu

Namun beberapa detil kemudian, pikiran ayni itu langsung ditepis oleh perkataan rina setelahnya

"Iyaudah, boleh." Ucap rina singkat tanpa menoleh kearah putrinya yang kini sedang menatapnya

"Hah? Yang bener buk? Astaga! Makasih banyak buk!" Seru ayni sambil memeluk tubuh ibunya

"Iya, sama sama nak." Jawab rina sembari membalas pelukan anak gadisnya itu

Sungguh ayni sangat senang karena sudah dibolehkan untuk langsung bersekolah besok.

Entahlah, biasanya ayni juga sangat malas jika berurusan dengan sekolah itu tapi entah kenapa semenjak orang itu datang disekolahnya

Semua rasa malas yang ayni rasakan terhadap sekolah itu kini malah mendadak menghilang seperti rasa benci yang digantikan oleh rasa cinta secara mendadak

Iya, orang itu adalah nursa, berkat dirinya juga masa sma ayni yang tadinya abu abu kini malah mendadak berubah menjadi sangat berwarna

Malam yang tadinya hadir kini sudah tergantikan oleh pagi yang menyapa dengan cerah

Sudah sekitar lima menit yang lalu semenjak ayni menatap pantulan dirinya yang sudah siap dengan pakaian seragam sekolahnya

Sejujurnya bukan itu yang ayni perhatikan sedari tadi tapi yang ayni perhatikan sedari tadi adalah kedua pipinya yang tadinya ada bekas luka kini sudah tertutupi oleh make up menempel diwajahnya

"Nak, ibu masuk ya" ucap rina sembari mengetok pintu kamar ayni

Ayni yang mendengar pintu kamarnya diketok juga suara ibunya yang memanggil sontak langsung membuat ayni menghentikan kegiatan yang saat itu sedang menatap pantulan dirinya

"Iya buk masuk aja," ucap ayni sembari berjalan kearah tas sekolahnya yang berada diatas kasurnya

Disaat rina baru masuk kedalam kamar putrinya, rina sangat terkejut akan penampilan baru ayni yang begitu sangat cantik dan berbeda dihari sebelumnya

"Wah, anak ibu cantik banget ya" puji rina sembari tersenyum lembut kearah putrinya

Ayni yang mendapatkan pujian yang secara tiba tiba itu refleks langsung membuat ayni tersenyum malu saat mendengar pujian itu "Makasih buk, ibu bisa aja." Ujar ayni sambil tersenyum manis

Saat melihat senyum ayni yang begitu manis seketika langsung membuat rina ragu untuk membiarkan ayni bersekolah itu lagi

Karena sejujurnya rina masih sangat takut untuk membiarkan putrinya itu kembali bersekolah disekolah itu setelah kasus yang menimpa putri kesayangannya itu

Namun disisi lain juga, rina tidak mau membuat putri satu satunya itu bersedih jika harus disuruh berdiam diri dirumah saja

"Sama sama nak, kalau gitu ayo kita turun, ayahmu sudah menunggu dari tadi." Ujar rina sambil mengajak putrinya turun kebawah

.

.

Bersambung

Sampai jumpai di bab selanjutnya..

Salam dari penulis raa.

The story after the rain (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang