28. LAMARAN?

4 2 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

.

.

"Ayni nggak mau." Ujar ayni yang sudah berulang kali mengatakan bahwa dirinya tidak mau sembari menekankan setiap katanya

Entah sudah berapa kali ayni mengatakan kalau dirinya tidak mau menerima lamaran itu, namun kedua orang tuanya ayni masih saja bersikeras untuk membujuk ayni untuk menerima lamaran itu

Lamaran pernikahan yang tiba tiba datang kerumah ayni disaat dirinya sedang tidak berada didalam rumah itu, tentu saja membuat ayni sedikit shock saat mendengar penjelasan kedua orang tua tadi

Karena sesungguhnya, dipikiran ayni sekarang masih ingin menunggu dia pulang.

"Nak, sampai kapan kamu mau terus menolak lamaran yang datang?" Tanya rina yang tiba tiba sembari menatap wajah ayni dengan sedih

"Apakah kamu tahu nak, sudah berapa kali kamu menolak lamaran yang datang kerumah ini?" Lanjut rina bertanya pada putri tunggalnya itu

Ayni yang mendengar pertanyaan itu sontak menggelengkan kepalanya dengan acuh tak acuh "Enggak tahu," jawab ayni yang masih enggan untuk melanjutkan pembicaraan itu

Rina yang melihat respon yang dikeluarkan oleh putri tunggalnya itu, sungguh membuat rina langsung tersenyum tipis sebagai tanda untuk menanggapi perkataan putrinya itu "Sudah dua kali nak, kamu menolak lamaran yang datang kerumah ini." Ujar rina

"Setiap orangtua dunia ini menginginkan yang terbaik untuk anak mereka, dan itu juga berlaku untuk ayah dan ibu sebagai kedua orang tua kamu ay." Ujar femas yang ikut ikutan membujuk ayni untuk menerima lamaran pernikahan itu

Mendengar perkataan yang dilontarkan oleh kedua orangtuanya itu, langsung membuat ayni menundukkan kepalanya dan juga terdiam seribu bahasa tidak tahu lagi apa yang harus dirinya katakan untuk menjawab perkataan kedua orang tua itu

"Mungkin ayah dan ibu nggak tahu apa yang sedang kamu alami dan kamu pikirkan sekarang ini, namun untuk sekarang ibu sangat berharap untuk yang satu ini ay." Ucap rina kembali yang seolah memberikan ayni kode untuk menerima lamaran kali ini

Ayni yang mendengar perkataan orang tuanya yang lagi lagi menyuruh dirinya untuk menerima lamaran itu, kini ayni pun semakin memperdalam menundukkan kepalanya

Namun setelah seberapa menit terdiam, kini ayni pun mulai mengangkat kepalanya kembali untuk menatap wajah kedua orang tuanya sekarang yang berada tepat dihadapannya

"Baiklah, akan ayni pikirkan lagi." Ujar ayni pasrah setelah menghela nafasnya dengan lelah

"Ah, makasih nak." Ucap rina dan femas bersamaan dengan raut wajah yang amat bahagia

Melihat raut wajah kedua orang tuanya yang amat bahagia saat mendengar perkataan tadi

Perlahan ayni pun ikut senyum walaupun itu hanya tersenyum simpul "Kalau gitu ayni mau cari udara segar dulu diluar," ucap ayni sembari beranjak dari duduknya

"Iya nak, silahkan!" Jawab kedua orang tuanya dengan bahagia

Setelah mendengar jawaban itu, perlahan ayni mulai melangkahkan kakinya untuk segara keluar dari pekarangan rumah itu

Langkah demi langkah ayni ambil tanpa arah yang pasti dan tujuan yang pasti namun disaat ayni mulai tersadar akan sekitarnya

Kini ayni pun sudah berada tepat didepan pintu rumah sahabatnya yaitu lisa, tanpa pikir panjang lagi ayni pun langsung mengetuk pintu yang berwarna putih itu

TOK.. TOK.. TOK..

"Permisi, assalamualaikum lisa!" Seru ayni sembari mengetuk pintu rumah itu dengan perlahan

"Iya waalaikumussalam, bentar!" Teriak seseorang dari dalam rumah itu

"Ay? Lo kenapa? Lo sakit?" Tanya lisa heboh disaat pintu itu sudah terbuka lebar dan menampakkan ayni yang sedang menundukkan kepalanya dengan lesu

Mendengar perkataan lisa yang begitu heboh itu, perlahan ayni pun mendongakkan kepalanya dengan raut wajah yang begitu lelah "Boleh gw masuk?" Tanya ayni sambil menatap lisa yang kebingungan

"Bo-boleh, ayo masuk." Ucap lisa sembari mempersilahkan ayni untuk masuk kedalam rumahnya itu

"Makasih,"

"Iya, sama sama. Langsung kekamar gw aja ay, gw mau ambil minum dulu untuk lo." Lanjut lisa sambil berjalan kearah dapur rumahnya yang berada dibelakang "Iya,"

Perlahan ayni pun mulai menaiki anak tangga yang menghubungkan atas bawah dengan kamar lisa yang berada dilantai dua itu

Setibanya ayni didalam kamarnya lisa itu, ayni pun langsung menghempaskan tubuhnya dengan perasaan yang lelah diatas kasur lisa yang sedikit berantakan itu.

Setelah tatapan ayni bertemu dengan langit langit kamarnya lisa kini pikiran ayni mulai berjalan kemana mana

Namun itu tidak berlangsung karena beberapa detik kemudian lisa pun sudah masuk kedalam kamar itu dengan segelas air putih ditangannya

"Lo kenapa sih?" Tanya lisa dengan penasaran sembari memberikan segelas air putih itu pada ayni yang kini sudah duduk dipinggir kasur

"Apa yang harus gw lakukan, sa?" Tanya ayni balik sembari menatap segelas air putih itu didalam genggaman tangannya

"Eh, lo kenapa sih? Sini coba cerita sama gw kalau lo diem kayak gini dan nggak mau cerita gimana gw mau kasih lo masukan ay." Ujar lisa yang bingung setelah melihat ayni yang tiba tiba menegaskan air mata

"Gw, gw--"

"Yaudah, kalau mau nangis nangis aja dulu, nggak papa kok keluar aja." Ujar lisa sekali lagi setelah melihat ayni yang kesusahan untuk bercerita karena menahan air mata juga rasa sakit yang berada didalam hatinya

Mendengar hal itu tanpa babibu lagi ayni pun langsung menumpahkan air matanya didepan sahabatnya itu

Iya, ayni tahu kalau menangis itu tidak bisa menyelesaikan masalah yang ada namun biarkanlah beban yang ditanggung ayni sekarang bisa sedikit menghilang cuma gegara dirinya bisa menumpahkan kekesalannya berupa air mata itu


.

.

Bersambung

Sampai jumpa di bab selanjutnya..

Salam dari penulis raa.

The story after the rain (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang