tags : Hyunjeong slight Chanjeong, angst, school life, romance commisioned by kak @cazen_taa! ❤️
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Masa SMA memang merupakan hal yang menyenangkan, banyak hal yang terjadi. Seperti banyaknya orang yang ambisius mengejar perguruan tinggi, fokus pada akademiknya, ada yang menyukai kegiatan ekstrakurikulernya, bahkan sampai kisah percintaan pun terjadi di sekolah menengah.
Contohnya, Jeongin. Siswa kelas sebelas ini merupakan siswa yang sangat pintar, berprestasi, dan digemari banyak orang karena kelucuannya.
Jeongin ini sangat manis, senyumnya merekah layak bunga mekar. Semua orang tampak menyukainya, bahkan dari kalangan wanita maupun pria. Jeongin selalu ramah kepada teman-temannya, atau bahkan yang hanya sekadar menyapanya.
Jeongin seperti simbol kesempurnaan. Hanya saja, satu kekurangannya.
Ia menyukai orang yang tak tahu diuntung— orang-orang berujar seperti itu. Namun Jeongin menanggapinya acuh. Ia tidak peduli, ia hanya menyukai satu kakak kelasnya, namanya Hwang Hyunjin.
Hyunjin ini, sosok yang sama dikenal oleh para murid di sekolahnya. Ia dijuluki sebagai Prince of School, karena ketampanan dan wajahnya yang mempesona. Bahkan saat ia tersenyum, semua orang sangat terpana dengannya.
Jeongin menyukai Hyunjin pertama kali saat ia memasuki sekolah ini. Hyunjin adalah Ketua Klub Seni, banyak yang mengidolakannya termasuk Jeongin. Lukisannya sangat indah, mahakarya terindah yang pernah Jeongin temui. Hyunjin memiliki banyak lukisan, walaupun abstrak namun ia dapat memahami arti dari semua lukisan itu.
Namun yang lebih Jeongin sukai dari semua mahakaryanya adalah Hyunjinnya sendiri— yang tak dapat tertandingi oleh lukisan abstrak manapun.
Jeongin menatap Hyunjin dengan penuh cinta.
Hyunjin yang memang dasarnya ramah, selalu tersenyum dan berkelakuan baik kepada siapapun, termasuk Jeongin sendiri. Ia menganggap Jeongin sebagai adiknya, yang menggemaskan dan sungguh memiliki senyum manis.
Hanya, Jeongin menganggap hal itu berbeda, ia selalu menanggapi perlakuan baik Hyunjin dengan lain. Ia selalu percaya diri bahwa Hyunjin juga akan menyukainya kembali, mungkin suatu hari nanti.
Ia hanya akan terus berusaha.
“Kak Hyunjin, sini! Udah keluar kelas?” Jeongin melambaikan tangannya dan tersenyum lebar. Hyunjin tersenyum dan menghampiri Jeongin bersama beberapa teman-teman kelasnya.
Hyunjin, dengan rambut hitam panjangnya dan senyumnya yang memikat, telah menjadi bintang di mata Jeongin. Dia selalu mencoba mencari alasan untuk berada di dekat Hyunjin, berharap bisa memenangkan hatinya. Meskipun sebagian besar teman-temannya mengetahui perasaannya, Jeongin masih belum bisa mengungkapkannya kepada Hyunjin.
“Hei, Ayennie. Udah nih, tadi gurunya nyebelin banget soalnya keluarnya lama banget. Kamu bekel apa, nih?”
Jeongin tersenyum lebar dan menaruh kotak bekalnya yang selalu Ibunya buatkan setiap pagi. Di sana ada ayam, nasi dengan sayuran, beserta roti bakar yang ia buat sendiri.
