Pangeran Chan mengajak Minho berjalan di taman istana. Di bawah sinar bulan yang bagaikan permata yang bersinar, mereka duduk di bawah pohon rindang yang bagaikan payung raksasa. Pangeran Chan dengan lembut menggenggam tangan Minho, bagaikan dua bunga yang menjalin kasih.
Meskipun Minho berusaha keras untuk membungkam bisikan hatinya, bulan demi bulan bagaikan tarian para bidadari di langit, hubungan mereka semakin erat. Pangeran Chan menemukan kedamaian dan kehangatan dalam diri Minho, bagaikan oasis di tengah padang pasir yang tandus. Pangeran Chan tak kuasa lagi menahan perasaannya.
"Minho," bisik Pangeran Chan dengan suara selembut sutra, "aku merasa lebih dari sekadar teman untukmu. Aku mencintaimu."
Kata-kata itu bagaikan petir yang menyambar hati Minho. Matanya berkaca-kaca, bagaikan dua sungai yang mengalirkan kesedihan dan kebahagiaan. Batasan yang selama ini ia jaga dengan susah payah, tiba-tiba runtuh.
"Yang Mulia, kita tidak boleh," ucap Minho dengan suara gemetar bagaikan daun di musim gugur.
Pangeran Chan menyentuh tangan Minho dengan penuh kelembutan, "Aku tahu, Minho. Tapi perasaan ini begitu kuat, bagaikan api yang tak terpadamkan. Aku tidak ingin menyembunyikannya lagi."
Air mata mengalir di pipi Minho, perasaannya bagaikan badai yang berkecamuk di lautan hatinya. Bahagia karena cinta Pangeran Chan, namun sedih karena menyadari betapa rumitnya situasi ini. Mereka berdua terikat oleh aturan dan ekspektasi kerajaan yang bagaikan tembok yang tak tertembus.
"Yang Mulia, aku tidak bisa memberikan Anda keturunan," ucap Minho dengan nada penuh penyesalan. "Kita hidup di dunia yang penuh dengan batasan dan ekspektasi."
Pangeran Chan menarik Minho dalam dekapan hangatnya, bagaikan selimut yang melindungi mereka dari dinginnya malam. "Aku tidak peduli dengan itu, Minho. Yang terpenting, kita bisa bersama, meskipun harus menyembunyikannya di balik bayangan."
Meskipun Minho masih diliputi keraguan dan kekhawatiran, tatapan teduh Pangeran Chan bagaikan samudra yang menenangkan jiwanya. Dalam dekapan sang pangeran, Minho semakin terjerat dalam cinta yang terlarang.
Iris mata mereka bertabrakan, menyiratkan rasa sayang yang mendalam dan menyentuh hati. Wajah mereka berdekatan, dengan sigap Chan menarik tengkuk Minho dan melumat bibir ranum manis milik Minho.
Keduanya saling terlarut dalam ciuman intens itu. Rengkuhan sang pangeran beralih pada pinggang sang tabib yang lebih mungil, meraih badan Minho agar ciuman mereka intens. Minho membalas lumatan bibir sang pangeran dengan perasaan yang dalam, seolah menyiratkan keputus asaan dan cinta yang ia pendam bagi sang mulia.
Pangeran melepas ciuman itu, ia menatap manik Minho yang berbinar bagai sang rembulan yang bersinar di malam hari. Ia tak bisa beralih pada tatapan cantik itu, Minho benar-benar membuatnya terpikat hanya karena senyuman manisnya itu.
"Kamu harus tahu bahwa tatapanmu sungguh mendebarkan untukku, Minho." Chan tersenyum, menatap Minho dengan penuh kasih sayang yang ia salurkan sepenuh hati. Minho tersenyum manis, menatap sang pujaan hati begitu memuja.
Keduanya saling memandang dari dekat, membiarkan detak jantung mereka menyahut satu sama lain.
Biarkan sementara mereka merasakan kebahagiaan semu.
***
Hari-hari bergulir bagaikan roda yang tak henti berputar, membawa Minho pada rutinitasnya sebagai tabib kerajaan. Rahasia kedekatannya dengan sang pangeran masih terjaga, bagaikan peti harta karun yang tersembunyi di balik tembok istana.
Suatu hari, saat Minho selesai memetik tanaman obat, ia dikejutkan oleh sosok yang berdiri di depan ruangannya. Wajahnya penuh dengan kebingungan dan kekhawatiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stray Kids One Shoot bxb 🔞
FanfictionStray Kids oneshoot compilation Sekumpulan cerita berbagai genre, walau kebanyakan 🔞 Kalau ga suka cerita jorok, jangan di add library ya! -⚠ bxb -🔞 jorok banget, kalau gasuka, jangan dibaca! -crackship or otp -bisa request Sue © 2021