Part 2

1.3K 51 26
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

"They'll divorce." Telingaku menangkap suara bisikan para wanita dari meja belakangku.

(Mereka akan bercerai.)

"Oh, God. He would be the most desirable widower then," bisik suara lain lagi.

(Oh, Tuhan. Dia akan menjadi duda paling diinginkan kalau begitu,)

Aku tidak tahu jika yang mereka bicarakan adalah pak Ashan, tetapi aku lega karena mereka berbisik-bisik cukup keras setelah riuh agak sepi.

"So, i have a task for you, and you'll do in groups of two." Kelas pak Ashan hampir selesai dan dia benar-benar tidak melonggarkan cengkeramannya pada leher kami semua.

(Jadi, saya punya tugas untuk kalian, dan kalian akan mengerjakannya dalam kelompok yang terdiri dari dua orang.)

Aku menoleh begitu merasakan ada yang menatapku. Benar saja, Efran berpaling dengan cepat ke arah lain. Dia menatapku sebelumnya. Mungkin mempertimbangkan apakah harus mengajakku untuk satu kelompok. Kami selalu bersama saat akan berkelompok sejak semester awal perkuliahan, tetapi sekarang semua berubah.

"Babe, we've to be together." Kenji menyentuh bahuku, membuatku tersentak dan menoleh. Dia tersenyum dan mengangkat alisnya padaku. Aku tidak ingin bersama Kenji, dia tidak banyak membantu, sedangkan aku tidak ingin nilaiku terus turun karena beban tugas yang tidak ringan ini.

(Sayang, kita harus bersama.)

Aku memaksakan senyuman di sudut bibirku. Aku tidak punya pilihan lain selain dia. Semua orang yang dulu dapat aku andalkan mulai meninggalkanku. Gina membawa teman-temanku yang lain untuk menjauhiku, lalu ada Efran yang benar-benar berusaha mengabaikanku karena dia tidak suka aku berubah. Aku harusnya merasa beruntung karena masih ada Kenji.

"Efran, Dara," panggil pak Ashan membuatku tersentak dan langsung menoleh ke depan. "Bisa bicara sebentar?"

Aku menoleh pada Efran yang mengangguk pada pak Ashan. Aku merasa semakin jauh dari Efran yang dulu sangat dekat padaku. Dia lalu bangkit dari kursi, membereskan buku-bukunya dan mendahuluiku ke depan, ke meja dosen.

Aku bangkit dan tersenyum pada Kenji yang melambai padaku sebelum aku menyusul Efran. Semua orang bergerak ke arah pintu keluar dan akan mulai menikmati akhir pekan mereka sementara aku masih harus mengerjakan hal lainnya. Pak Ashan mengajar setiap hari Jumat, dan sejak semester lalu aku tidak pernah pulang tepat waktu setelah dia mengajar.

Pak Ashan berdiri di seberang meja dengan aku dan Efran berdiri dihadapannya sekarang. Aku mulai mengumpulkan buku-buku yang aku bawakan saat memasuki kelas tadi. Aku tidak tahu mengapa dia membawa banyak sekali buku padahal tidak disentuh sama sekali. Tidak hanya dia, beberapa dosen lain juga seperti ini. Aku mulai berpikir buku-buku ini sebagai senjata jika ada mahasiswa yang bertanya.

Broken Rose: Dara's Love Journey #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang