Part 34❗

764 26 18
                                    

.

Menggelengkan kepalaku, aku tidak ingin terus memikirkan foto-foto indah sekaligus menyakitkan yang menampilkan aku dan pak Ashan.

Srek

Pintu terbuka, dan aku berbalik. Bu Anna memasuki ruangan sebelum dia menarik napas berat menatap aku yang sedang duduk di hadapan meja kerjanya. Dia memintaku untuk datang ke ruangannya pada jam ini, aku datang sebelum waktu yang dijanjikan, dan dia masih mengajar. Aku menunggunya dan akhirnya dia tiba.

Bu Anna segera mengambil tempat duduk di hadapanku, lalu melipat kedua tangannya di atas meja.

"Saya paham semua ini pasti berat untuk Dara, tapi anda boleh lega karena yayasan melihat ini sebagai rumor tidak benar dan foto itu adalah mahakarya editan." Dia mulai menjelaskan padaku.

Aku membuka mulutku, mendengus tidak percaya. Aku tidak tahu harus berterima kasih atau tidak pada wanita itu. Dia mempermalukanku, tetapi tidak ingin rumor tentangku memengaruhi reputasi kampus. Benar-benar wanita yang licik.

Bu Anna lalu menarik laci, mengeluarkan sebuah amplop coklat dari dalamnya. Dia menatap padaku dan berpikir sejenak. Setelah itu dia meletakkan amplop coklat itu di meja, lalu menyodorkannya padaku.

"Ini profil perusahaan teman saya. Dara akan saya rekomendasikan untuk magang di tempat dia semester depan," katanya. Dia kemudian meletakkan tangannya di atas amplop coklat ini. "Ingat! Jangan bikin hal yang tidak-tidak. Anda pergi untuk magang, bukan untuk merayu pria." Dia menambahkan.

Aku menatap bu Anna yang melemparkan tatapan tajamnya padaku. Aku tersenyum miris padanya karena walaupun dia mengatakan tentang keputusan kampus bahwa ini hanya rumor, tetapi jauh di lubuk hatinya dia menuduhku sebagai seorang pelacur.

"Lebih baik waspada, bukan?" tanyanya sambil menarik, melepaskan tangannya dari amplop coklat. Dia mengangguk padaku, lalu tanpa mengatakan apa pun lagi, aku mengambil amplop dari atas meja, berdiri, dan langsung keluar dari ruangannya. Aku bahkan tidak memberinya salam.

***

Kembali ke apartemenku, aku membiarkan amplop coklat dari bu Anna tergeletak di atas meja makan. Aku belum membukanya sama sekali. Aku tidak yakin apa aku akan pergi magang atau tidak. Aku bahkan tidak tahu apakah masih ingin pergi ke kampus yang membuatku tidak nyaman.

"Tetapi aku sudah sejauh ini," bisikku pada diriku sendiri setelah menghembuskan asap keluar dari mulutku. Ini rokok kesembilanku hari ini. Mengapa aku butuh rokok sebanyak ini pun aku tidak tahu, aku hanya merasa ini belum cukup untuk menenangkan saraf pelipisku.

Tok tok tok

Pintu diketuk dari luar. Aku mengernyit sambil menekan puntung rokok ke asbak untuk mematikan nyala rokok. Aku berdiri dari kursi dengan pikiranku sibuk memikirkan siapa yang mungkin mengetuk pintuku. Mataku terbelalak begitu harapan bahwa itu pak Ashan muncul di benakku.

Aku menatap tubuhku dan aku hanya mengenakan bra dan celana dalam. Aku tidak peduli. Aku tidak butuh pakaian jika memang itu adalah pak Ashan. Aku bergegas ke arah pintu dan menarik membuka pintu.

Harapan kembali mempermainkanku. Jelas bukan pak Ashan yang mengetuk pintu. Tetapi aku tetap terkejut dan tidak menyangka siapa yang aku lihat di depan pintu kamarku.

"Alex?" tanyaku. tanganku masih memegang gagang pintu, tetapi pintu terbuka cukup lebar sehingga Alex sedang mengamati tubuhku yang hampir telanjang.

"Sial, Ra," bisiknya sebelum dia melangkah masuk dengan cepat, membuatku bergegas mundur. "Apa yang sebenarnya terjadi padamu?" tanyanya penuh rasa tidak percaya atas apa yang dia saksikan.

Broken Rose: Dara's Love Journey #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang