Part 4

681 39 5
                                    

Aku tersenyum di bawah pak Ashan, lalu mengigit sudut bibirku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tersenyum di bawah pak Ashan, lalu mengigit sudut bibirku. Tanpa menyentuhku, dia menekan bibirnya ke sudut bibirku yang terlepas dari gigitanku. Dia menciumku. Ciuman yang lembut.

Dia menarik mundur dan aku merasakan kebutuhan akan udara meningkat di dalam diriku. Dadaku naik dan turun. Mataku menjadi liar karena ciuman pak Ashan membuatku pusing.

"Apa sebaiknya aku meminta ciuman darimu?" Dia berbisik tepat di depan mulutku yang terbuka.

Jika aku berpikir aku akan bermain-main dengan dia, maka meja sudah terbalik saat ini. Aku merasa dia yang sedang mempermainkan aku.

"Jika ingin menciumku seharusnya lakukan dengan benar." Aku tidak tahu apa yang aku coba katakan, tetapi dia mendengus di depan wajahku. Dia seharusnya mengerti sekarang bahwa aku ingin dia kembali menciumku.

Dia menatap padaku, lalu bergerak. Dia menggerakkan pinggulnya ke depan rokku. Aku terkesiap, membuka mulutku begitu dia mencelupkan mulutnya ke mulutku. Membuatku menelan suaraku. Suara yang hampir akan keluar karena gesekan tubuhnya.

Aku membalas ciuman pak Ashan, dan berusaha memimpin ciuman, tetapi dia tidak terkalahkan. Dia mengambil kendali. Dia memimpin. Dia mengodaku. Aku menggeliat penuh keinginan. Aku menggeliat untuk lebih dekat dengannya.

Dia menggeser lidahnya ke bibirku, dan aku membelah bibirku terbuka, mengundang dia untuk menciumku lebih dalam. Tetapi seperti menggodaku, dia berhenti bermain dengan bibirku dan turun ke rahangku. Dia mencium rahangku, mencium kulitku yang sangat sensitif, lalu naik ke telingaku. Aku menghembuskan napas merasakan gelitikan napas pak Ashan di telingaku.

"Kau punya mawar disini," katanya begitu dia menyadari tato mawar kecil di belakang telingaku. Dia mengatakannya seperti telah berhasil menemukan salah satu harta karun di tubuhku.

Dia mengibaskan lidahnya pada daun telingaku, dan aku mengerang. Dia tersenyum karena responku. Aku tahu dari caranya menghembuskan napas. Dia menyukai eranganku. Kelopak mataku sayu dan pandanganku melemah.

"Uh," desahku saat aku mendorong pinggulku ke arahnya, berusaha mendekat pada pak Ashan.

Dia mencuri menatap padaku, dan aku terlihat seperti sedang memejamkan mata. "Kau memerah." Arah dia menatap memberitahuku bahwa pipiku merona merah dan bibirku juga memerah. Lalu tatapan pak Ashan berubah seperti aku adalah kue coklat kesukaannya dan dia harus melahapku sekarang juga. Semuanya.

Tangannya meraih rambutku, membiarkan rambutku mengisi sela-sela jarinya. Dia lalu menarik mundur wajahnya karena rambutku yang panjang terlalu berlebihan baginya. Aku mengerang dengan lembut setelah menarik napas tajam. Jari-jari pak Ashan meringkuk di belakang kepalaku, dan dia sedikit menarik rambutku ke dalam genggamannya dengan erat-erat.

Dia menunduk, kembali ke mulutku seperti dia bertekad untuk berhenti menggodaku. Benar saja. Ciumannya menjadi lebih keras. Dia melahapku.

Lidah kami kusut, gigi kami mengeluarkan bunyi ketika bertabrakan, dan aku bersumpah kututku meleleh, tubuhku akan meleleh ke tubuhnya. Aku harap dia tidak mengangkat tangannya ke atas pahaku, ke bawah rokku, dan menyingkap celana dalam berwarna putih yang aku kenakan, karena dia akan tahu bahwa dia menciumku, membuat aku basah.

Broken Rose: Dara's Love Journey #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang