Part 7

737 36 22
                                    

"Jangan!" jeritku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jangan!" jeritku. Aku membuka mataku dengan lebar, dadaku naik dan turun dengan cepat. Napasku seperti aku sedang diburu. Aku menoleh ke sekitar, dan aku mengenali ruangan kamarku ini.

Aku memejamkan mataku erat-erat sebelum menelan gumpalan keras di tenggorokanku. Tubuhku lemas dan aku sepenuhnya menyerahkan diriku ke kasur. Semuanya sangat nyata walaupun aku hanya bermimpi. Mungkin karena aku mengenali semua orang yang muncul dalam mimpiku.

Aku berusaha mengingat kembali apa yang terjadi dalam mimpiku. Samar-samar aku ingat melihat diriku dan pak Ashan yang sedang bercumbu di bawah rak buku. Lalu setelah itu Alex muncul. Dia. Kak Citra. Lalu ada ibuku juga. Mereka berdiri tanpa ekspresi menatap padaku. Membuat kesenangan yang aku rasakan tiba-tiba menjadi sebuah perasaan yang menyeramkan.

Aku membuka mataku setelah aku ingat Alex berpaling dariku lalu mencium kak Citra. Ciuman yang dalam sampai aku merasa seperti dadaku tertusuk lidah tajam Alex. Setelah itu semua terjadi begitu cepat dan beberapa orang yang tidak aku kenali muncul, menarikku dengan kasar, membawaku menjauh dari mereka semua. Aku lalu ingat mulai menjerit saat orang-orang itu melemparkan aku ke dalam sebuah ruangan yang sangat gelap dan tanpa ujung.

Aku menoleh, memiringkan tubuhku, menekuk lututku hingga aku dapat melingkarkan lenganku ke sekelilingnya, memeluk lututku. Aku merasa seperti mereka mengingatkan aku betapa aku tidak seharusnya bahagia. Aku tidak seharusnya menikmati hidupku setelah aku menghancurkan hidup banyak orang.

Dret dret dret

Ponselku yang tergeletak di depan wajahku bergetar. Aku meraih dengan lemah, menatap nama Bianca pada layar. Aku tertidur begitu aku menyelesaikan tugas kuliahku tiga puluh menit yang lalu. Itu berarti aku terlelap hanya selama tiga puluh menit dan mimpiku terasa seperti berlangsung dalam waktu yang sangat lama.

Aku menggeser, menjawab panggilan. Sekarang masih jam deplapan malam, dan Bianca terkadang menghubungiku di jam ini saat dia tidak pergi keluar untuk bersenang-senang.

"Halo," sahutku lemah. Aku memejamkan mataku perlahan lalu kembali membukanya, hanya untuk mengusir bayangan semua orang dari benakku.

"Dara, kau tidak akan percaya apa yang baru saja terjadi," jerit Bianca dari ujung panggilan telepon ini. "Aku bertemu lagi dengan pria kesukaanku, lalu kami melakukannya. Seks." Dia membisikkan kata terakhir.

Aku menghembuskan napas mendengarnya yang menjerit kesenangan. Pria misterius ini benar-benar membuat dunia Bianca terbalik seratus delapan puluh derajat. Aku tidak pernah mendengar dia menjerit kesenangan karena tidur dengan seorang pria sebelumnya. Dia sudah tidur dengan banyak sekali pria. Tetapi sepertinya pria ini yang akhirnya akan memiliki hati Bianca.

"Kau benar sesenang itu," senyum lemah tersungging di sudut bibirku seperti dia dapat melihatku.

"Kau tahu, kembali bersama dia membuatku merasa seperti aku baru saja kehilangan keperawananku. Semua yang dia lakukan padaku seperti aku tidak pernah berhubungan seks sebelumnya. Semuanya terasa baru dan sangat menyegarkan." Dia menjelaskan masih dengan sangat ceria.

Broken Rose: Dara's Love Journey #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang