Part 28❗

672 19 1
                                    

.

Pak Ashan tidak bercanda. Kami benar-benar berada pada first class penerbangan ini. Ini pertama kalinya aku mengalami benar-benar menjadi yang nomor satu. Mulai dari barang bawaan yang tidak perlu kami bawa secara mandiri, tetapi sudah dibawakan oleh staff. Lalu ruang tunggunya sangat luar biasa mewah. Luas. Furniturnya terlihat sangat mahal. Kursinya sangat nyaman seperti memang menggunakan bahan berkualitas.

Aku tidak menyangka bisa mengalami sendiri semua ini. Aku bahkan tidak bisa menahan senyumanku. Walaupun aku tidak tahu apakah penampilanku sesuai dengan kelas penerbangan yang aku ambil, tetapi aku tidak peduli. Aku terlalu senang untuk bisa memikirkan penilaian orang lain.

Jika kalian ingin tahu bagaimana keadaan di dalam pesawat, maka akan aku beritahukan. Seperti memasuki hotel mewah. Kursi yang nyaman, pelayanan staff yang sangat baik, dan juga aku sangat terkejut karena bisa memesan makanan selama penerbangan. Mereka bahkan punya koki dan memasak di atas pesawat.

Saat ini aku sedang tersenyum sangat lebar. Bersandar ke belakang pada kursi. Aku belum makan apa pun sejak pagi dan pak Ashan membantuku untuk memilih makanan. Aku baru saja menghabiskannya dan staff datang, membantuku membereskannya.

Aku menatap pada pak Ashan. Dia sepertinya sedang tertidur. Aku tidak tahu bagaimana harus berterima kasih padanya. Mungkin harga tiket penerbangan ini tidak akan pernah bisa aku bayarkan kembali padanya.

Memikirkan kembali semua yang telah dilakukannya padaku selama ini, aku kembali tidak menyangka ada wanita yang menyia-nyiakan perhatian sebesar ini. Aku mungkin bukan wanita yang pantas untuk pak Ashan, tetapi dia membuatku merasa aku adalah ratu yang memang seharusnya dimanja.

"Baby," panggilku. Aku menggigit bibir bawahku begitu kata itu keluar dari mulutku. Hatiku mengembang karena aku sangat senang. Aku juga ingin memberikan padanya apa yang memang pantas dia dapatkan. Sudah saatnya aku pasrah pada apa yang hatiku inginkan.

Aku mengamatinya dan dia tidak bergerak. Dia bersandar dengan kacamata menutupi matanya. Kedua lengannya terlipat di depan dada bidangnya. Sepertinya dia tertidur sangat pulas.

Menoleh ke sekitar, aku berusaha mencari dimana letak kamar mandi. Aku butuh buang air kecil setelah menghabiskan jus jeruk beberapa saat yang lalu.

"Excuse me," kataku pelan saat seorang pramugari melewati kami. Dia menoleh dan tersenyum padaku dengan sopan. "May I ask where the toilet is?" tanyaku padanya.

"Of couse, the toilet was right behind the last seat." Dia bergerak dengan anggun, menunjuk ke arah belakang.

Aku menoleh dan aku tahu harus menuju kemana sekarang. "Thank you," kataku padanya yang kemudian berpamitan.

Aku melepaskan sabuk pengaman dari pinggangku sebelum aku berdiri dengan perlahan. Aku tidak ingin membangunkan pak Ashan. Dia mungkin sangat lelah dan butuh istirahat.

Begitu tiba di depan pintu toilet, aku mendorongnya terbuka. Baru saja aku memasuki toilet ini, tiba-tiba ada tubuh kokoh yang mendorong yang hampir menempel di punggungku. Tubuh itu mendesakku masuk ke dalam.

Aku menoleh dan menatap melewati bahuku. Pak Ashan. Dadanya menekan punggungku dan aku tidak tahu mengapa, tetapi dia memancarkan kehausan akan seks. Jantungku berdebar karena kami berada di toilet pesawat saat ini.

Pak Ashan menutup pintu dan terdengar seperti pintu terkunci. Nafasku menjadi tidak teratur karena walaupun ruangan toilet ini cukup lebar-tentu saja ini toilet kelas satu-, tetapi aku merasa ruangan ini hampir tidak cukup untuk kami berdua.

Aku masih berdiri dan kewalahan akan keinginan saat tangan pak Ashan menggenggam seluruh rambutku, membawanya dari belakang leherku dan disampirkannya pada bahuku. Pandanganku tidak fokus saat bibirnya menyentuh kulitku. Aku merintih karena kehangatan ciumannya. Tangannya menyentuh pinggulku sebelum dia menarikku menempel padanya.

Broken Rose: Dara's Love Journey #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang