Part 18❗

1.2K 23 0
                                    

.

Pak Ashan menenelanjangiku, lalu membaringkanku di atas tempat tidur begitu kami tiba di kamar hotel yang sama dengan yang kami gunakan terakhir kali. Aku berbaring dengan perutku pada kasur.

Pak Ashan menciumku mulai dari belakang leherku, lalu terus turun sepanjang tulang punggungku. "Sial, kau seksi dan indah secara bersamaan," bisiknya sebelum dia menjilat membentuk garis-garis lurus yang panjang di kulit punggungku.

"Ah," desahku. Aku menarik napas berat dan menggeliat karena sensasi lidahnya tidak pernah gagal membuatku mengantisipasi sentuhannya. Aku mengangkat dadaku lalu bertumpu pada kedua sikuku. Aku memutar kepalaku ke belakang sehingga aku bisa mengawasinya.

Pak Ashan terus turun sampai di depan pantatku. Dia lalu mencium salah satu pipi pantatku. "Entah mengapa aku merasa perlu mencurahkan perhatian lebih padamu dengan cara yang berbeda kali ini." Dia mengatakannya dengan menatap bergantian kedua pipi pantatku. Seperti dia sedang memiliki percakapan serius dengan keduanya.

Tatapannya terangkat padaku dan aku tersenyum padanya. "Aku hanya ingin bersamaku," kataku begitu aku menangkap dia menanyakan pendapatku dari cara dia menatap. Aku bersedia melakukan apa pun saat kami bersama. Aku bersedia mengikutinya.

Dia membalas tersenyum padaku. "Aku perlu menghabiskan lebih banyak waktu pada daging lembut pantatmu ini," bisiknya lagi sebelum dia menggambar membentuk garis di bagian pipi pantat sebelah kananku.

Aku kembali menempelkan dadaku ke atas tempat tidur, lalu mengangkat punggungku sehingga pantatku terangkat lebih tinggi. Seperti mengundangnya untuk menciumku. Dia menjilat pada lekuk pipi pantatku, sekali, lalu dia menjilat sekali lagi. Aku menggoyangkan pantatku ke arahnya, bersamaan dengan erangan lembut lolos dariku. Lidahnya benar-benar luar biasa.

Pak Ashan menekan giginya pada daging pipi pantatku, menggigitnya dengan lembut.

"Uhh," aku mengerang lebih keras. Sensasi tekanan giginya membuatku merasakan rasa sakit yang menyengat bersamaan dengan sengatan kesenangan. Aku mulai merasakan hasrat terbangun dalam diriku.

"Sayang, aku sudah sangat keras dan bersemangat, tetapi aku tidak ingin kita terburu-buru," bisiknya setelah melepaskan tancapan giginya. "Aku ingin menikmati setiap detiknya."

Pak Ashan menekan ibu jarinya ke pipi pantatku, mengangkat pantatku. Aku tersentak terkejut begitu dia menjilat perlahan di sepanjang vaginaku yang basah.

Aku terengah-engah. "Aku suka itu," akuku. Aku tidak ingin membohongi diri sendiri karena aku benar-benar menyukai cara dia menciumku dari belakang seperti ini.

"Aku melakukannya karena aku tahu kau akan menyukainya," jawabnya terdengar penuh percaya diri sebelum dia meninggalkan vaginaku, dan menjatuhkan ciuman panas dan basah ke kulit belakang pahaku.

Dia mengusapkan lidahnya ke seluruh kulit kakiku, dan belum pernah ada yang melakukannya padaku sebelumnya. "Apa yang kau lakukan?" tanyaku.

"Aku ingin menandaimu seluruhnya, dan menyentuh setiap inci kulitmu, sayang," bisiknya dengan lembut dan terdengar penuh dedikasi.

Aku mengerang pelan. "Aku juga ingin kau melakukannya, sayang," kataku dan aku terdengar seperti sedang merengek padanya karena suara yang keluar seperti desahan. Sepertinya dia berhasil menyalakan api orgasmeku.

Pak Ashan menjilat lagi di bagian belakang lututku dan aku tidak tahu mengapa aku sangat sensitif, sehingga aku mengeluarkan suara desahan yang terdengar sangat seksi. Apapun yang dia lakukan dan aku akan sangat terpengaruh olehnya. Seperti dia sudah mengenal seluruh tubuhku, tahu segala sesuatu yang dapat menyenangkanku.

Aku mulai mengira pak Ashan dan Alex mirip. Mereka mengerti tubuhku. Sedangkan Efran dan Kenji mungkin lebih seperti mengutamakan diri mereka sendiri. Aku tidak berharap bisa kembali bersama mereka tetapi sudah cukup aku tahu bagaimana rasanya berhubungan seks dengan mereka.

Broken Rose: Dara's Love Journey #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang