Part 20

385 16 0
                                    

.

Mendorong pintu dihadapanku, aku melangkah memasuki kelas yang sudah penuh dengan hampir semua teman kelasku. Semuanya masih sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Lalu ada aku yang juga seperti biasanya, masih sendirian.

Aku tidak tahu sudah berapa lama semua ini berlangsung, tetapi aku mulai terbiasa. Awalnya sangat sulit karena semua hal yang terjadi sebelumnya membuatku butuh seseorang, tetapi aku semakin menyadari bahwa ini adalah perjuanganku untuk aku lewati sendirian.

Setidaknya aku bisa menunggu sampai pak Ashan selesai dengan urusan perceraiannya sebelum aku bisa dengan bebas memeluknya. Hubungan kami menjadi sangat dekat pada waktu yang tepat. Pada waktu dimana aku butuh tujuan baru dalam hidupku.

Menurunkan tasku ke atas meja paling depan, aku merasa tidak perlu membuat keributan dengan menerobos kerumunan di lorong-lorong kelas ini. Aku akan duduk pada deretan depan. Sehingga tidak perlu menjadi pusat perhatian.

Aku mendudukkan tubuhku pada kursi dan mulai mengeluarkan isi tasku.

"Adakah sesiapa mempunyai sebarang kenalan dalam polis?" seru suara yang aku kenali. Suara Gina. Aku terdiam, karena aku menduga ini serangan untukku. "Sebuah ketera merah melewati saya di pintu pagar, dan saya ingin tahu kereta siapa itu. Saya punya nombor plat."

Benar dugaanku. Dia mengarahkan panahnya padaku. Dia siap menyerangku. Aku menunduk. Menggenggam tanganku. Aku tidak bisa membiarkan rahasia kami berakhir ketahuan. Ini bukan saat yang tepat.

"Gina, please stop make a drama." Suara pria kali ini. Dia seperti mencemooh Gina. Semua tahu Gina seperti siaran gosip televisi yang selalu membawa informasi terbaru ataupun drama-drama yang terjadi di seputar lingkungan kampus.

"Memangnya ada apa dengan mobil itu?" tanya Efran. Suaranya terdengar sangat jelas dari belakangku.

Aku menggigit bibir bawahku. Lama tidak terdengar suara sahutan dari Gina, aku merasa ingin sekali menoleh ke belakang. Tetapi tidak aku lakukan. Aku harus berpura-pura bahwa apa yang dikatakan Gina tidak ada hubungannya dengan aku. Jika aku menoleh maka semuanya akan curiga.

"Kali ini bukan saya yang sengaja mencipta drama, Cuma untuk anda tahu," katanya. Gina akhirnya bersuara, tetapi aku masih menegang dalam dudukku. "Saya sepertinya pernah melihat kereta yang sama di sekitar apartmen saya."

Jantungku berdebar sangat kencang, aku memejamkan mataku dan menekan dengan keras kelopak mataku. Sepertinya kami akan berakhir sebentar lagi. Aku dan pak Ashan akan berakhir. Mengapa Gina harus sepeka ini ketika itu tentang aku?

"adakah kau mabuk sewaktu melihat kereta itu, Gina?" suara seorang pria yang duduk di sudut ruangan. Aku melihat sekilas seluruh kelas saat masuk, dan aku tahu dia duduk di kursi pada deretan di depan Kenji. Kenji sendiri sedang tidur dengan kepala tertunduk pada mejanya saat aku masuk.

"Kadangkala alkohol dan minuman yang kau teguk bersama rakan kau di bar membuat kau membayangkan perkara yang tidak ada." Suara seorang pria lainnya dari sudut ruangan yang sama, setelah itu teman-temanku yang lain menertawakan apa yang dikatakannya.

Seketika kelas menjadi riuh karena mereka saling melempar candaan dan menertawakannya. Aku membuka mataku dan menatap pada meja. Aku harap mereka akan segera melupakan apa yang Gina katakan.

"Dara," panggil Efran dan aku tersentak. Baru saja aku akan merasa lega, aku kembali menegang karena suaranya terdengar sangat serius.

Aku menghembuskan napas perlahan sebelum aku menoleh ke belakang. Aku melihatnya melalu bahuku, dan berdehem sebagai sahutan untuk panggilannya.

Ekspresi wajah Efran juga menegang. Seperti dia menduga mobil yang dimaksud Gina ada hubungannya denganku. "Apa kau pernah melihat mobil yang dimaksud Gina?" tanyanya penuh selidik.

Broken Rose: Dara's Love Journey #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang