Part 23

265 18 1
                                    

.

Keesokan harinya aku kembali menghadiri kelas di kampus sebagaimana biasanya. Walaupun banyak hal terjadi kemarin tetapi aku lega karena aku masih bisa mengejar ketertinggalanku. Kemarin ada tugas lainnya yang aku lewati tetapi Efran dengan baik mau berbagi informasi padaku. Aku tidak akan tahu tentang tugas ini jika dia tidak memberitahuku terlebih dahulu.

Dia mungkin membenciku. Dia mungkin marah. Dia mungkin kecewa padaku, tetapi dia masih memerhatikanku. Dia selalu Efran yang baik, bagaimana pun aku memperlakukannya. Terkadang ada rasa penyesalan tetapi aku tidak punya waktu untuk itu, tugas kuliah mulai menumpuk dan aku sendirian.

Aku berjalan dengan cepat setelah berhasil keluar dari ruang kelas. Ruang kelas hari ini berbeda dari ruang kelas yang biasanya kami gunakan. Letaknya di gedung yang berbeda dengan ruangan pak Ashan. Ini memudahkanku untuk tidak tertarik, mengalah pada perasaan rinduku, dan akhirnya mendatanginya.

Aku tidak mengatakan bahwa perasaan ini menyusahkan tetapi aku mempertimbangkan hal lainnya juga. Perkuliahanku. Karena ini merupakan salah satu tujuan hidupku. Tujuan yang awalnya adalah karena ibuku. Aku sudah memutuskan untuk terus melangkah ke depan sehingga aku harus memastikan semua baik-baik saja sebelum aku bersama pak Ashan.

Buk

Gina menerobos dari belakang, menyenggol bahuku dengan keras. Aku terhuyung ke depan tetapi tidak sampai jatuh. Aku menatap padanya dan dia berdiri di hadapanku, menghentikan langkahku.

"Apa yang kau lakukan?" tanyaku ketika dia menatapku dari atas sampai ke bawah sebelum dia melipat tangannya di depan dadanya.

"You perlu bertanggungjawab," katanya melalui giginya terkatup. Aku mengangkat alisku bingung. "Kenji tidak pergi ke kelas hari ini karena you."

Aku mengernyit. Aku tidak menyadari bahwa Kenji tidak masuk hari ini. Aku duduk paling depan seperti biasamya dan tidak memperhatikan orang-orang di belakangku.

"Mengapa aku harus bertanggung jawab?" tanyaku.

Dia menghembuskan napas dari mulutnya, memutar bola matanya dengan malas. "You malukan Kenji semalam. Dia terluka karena you terlalu jahat kepadanya."

Sedetik kemudian terlintas dalam pikiranku tentang tugas pak Ashan yang memasangkan aku dan Kenji. Kami belum sempat mengerjakannya sama sekali. Dia tidak bisa begitu saja pergi seperti ini.

Aku tersentak begitu sebuah tangan menarik bahu Gina ke belakang. Punggung Gina menabrak dinding begitu tiga orang wanita yang sama sekali tidak aku kenal masuk, mengisi ruang di antara aku dan Gina.

Mereka menatap Gina dengan ekspresi wajah yang sangat jahat. Senyuman miring terlukis di wajah mereka. Aku tidak tahu apa yang terjadi sehingga aku mundur perlahan sehingga aku bisa menatap pada mereka secara bergantian.

"So, you are the one who's crazy about Kenji?" tanya wanita yang berdiri di sebelah kiri. Dia terlihat seperti wanita yang polos tetapi mengenakan maskara dengan cara yang berlebihan. Rambutnya pendek sebahu dan di cat warna merah wine. Dari caranya berpakaian aku menduga mereka bukan dari jurusan kami.

(Jadi, kau yang tergila-gila pada Kenji?)

Gina menatap bingung pada mereka. "Siapa kalian?" tanyanya. Terima kasih Gina sudah mewakiliku menanyakan hal itu. Aku benar-benar ingin tahu siapa mereka karena mereka tentu saja mengenal Kenji.

"No matter who we are." Wanita yang berdiri di sebelah yang meyahutinya. Dia lebih tinggi dari mereka berdua dan terlihat lebih kurus. Tetapi tetap saja semua make up yang menumpuk di wajah mereka menunjukkan bahwa mereka bukan wanita biasa. Bahkan penampilan mereka lebih luar biasa daripada aku.

Broken Rose: Dara's Love Journey #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang