Part 3

843 65 101
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Aku terkesiap, lalu pandanganku menyebar ke mana-mana. Aku berada di apartemenku. Lebih tepatnya aku tertidur di meja makan. Aku menyentuh kepalaku yang terasa berat saat aku meluruskan punggungku. Setidaknya aku sudah mandi sebelum terlelap.

Ting

Aku bisa mendengar suara dentingan notfikasi ponsel. Sepertinya hujan sudah reda. Aku tidak bisa melihat keluar karena tidak ada jendela. Hanya beberapa kamar yang memilki jendela, dan sayangnya aku tidak kebagian. Tidak masalah, aku tidak butuh diingatkan matahari setiap dunia sudah memasuki hari baru.

Aku memaksakan tubuhku bangkit, berjalan menuju ke tempat tidur, dimana aku meletakkan ponselku. Meraih ponsel, aku menggeser dan mendapati notifikasi postingan baru dari salah satu aplikasi sosial media. Aku tidak mengikut banyak orang. Hanya beberapa yang aku kenal baik. Seperti teman-teman semasa sekolah.

Sudah lama aku tidak mendapatkan notifikasi karena memang aku mengaturnya agar tidak memancingku untuh menyentuh ponsel saat sedang belajar. Mendapatkan notifikasi berarti ada yang menandaiku pada sesuatu. Aku menggeser lagi dan layar ponsel langsung menampilkan postingan kak Citra yang ternyata memang menandai aku.

Tanganku bergetar, dan aku hampir saja menjatuhkan ponsel dari genggamanku. Aku berkedip beberapa kali, memastikan apa yang aku lihat.

Waktu memang sangat lucu. Waktuku berhenti pada beberapa bulan yang lalu, sedangkan waktu orang lain terus berjalan membawa mereka pada tahap selanjutnya dalam kehidupan.

Foto yang menampilkan wajah kak Citra berbaring di atas kasur dengan seprei yang terlihat mahal. Seorang malaikat dalam wujud bayi tak bersalah berbaring di sebelah kirinya. Bayi kecil itu yang sebelumnya ada di perut kak Citra saat aku menyebabkan hal paling tragis dalam hidupnya.

Dadaku kembali sesak melihat ada seorang pria yang berbaring di sebelah kiri bayi itu. Walaupun wajahnya tertutup stiker, Aku tetap bisa tahu siapa yang dia coba sembunyikan. Bahkan dia menandaiku pada pria itu.

"Alex." Namanya jatuh dari mulutku, dan air mata kembali membendung di pelupuk mataku. Aku menyentuh dadaku karena betapa perasaan rindu yang hebat jatuh ke atasku, menimpaku. Aku merindukan dia yang aku biarkan pergi.

Aku tidak tahu kapan pastinya kak Citra melahirkan anak mereka, tetapi aku menelan dengan keras karena Alex bersama kak Citra. Walaupun penyesalanku tidak akan pernah menjadi lega, tetapi setidaknya bayi ini punya ayah. Alex akan menjadi ayah yang baik untuknya. Alex pasti akan menjaga bayi ini sepenuh hati.

Air mataku lolos dan mengalir membasahi pipiku. Aku meletakkan ponselku di atas meja. Aku menoleh ke atas kulkas, mencari-cari dan akhirnya menemukan sebatang rokok yang segera aku nyalakan. Aku tidak bisa menangis lagi. Aku sudah cukup menangisi ibuku hari ini. Aku juga masih punya banyak tugas kuliah yang harus aku selesaikan.

Menghembuskan asap putih keluar dari mulutku, aku meletakkan pantatku perlahan ke kursi di depan meja makan. Aku tahu tidak baik merokok, tetapi aku butuh rokok untuk menenangkan sarafku, sehingga air mata menghilang dari mataku. Aku mungkin terlihat sangat bengkak sekarang karena menangis.

Broken Rose: Dara's Love Journey #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang