Part 16❗

1.1K 24 2
                                    

.

Menutup laptop setelah selesai mengerjakan powerpoint untuk presentasi besok, aku lalu merebahkan tubuhku ke tempat tidur. Dua hari aku menyelesaikan tiga tugas yang sama sekali tidak mudah.

Aku memejamkan mataku, membiarkan diriku masuk dalam kegelapan. Aku merindukannya. Aku merindukan saat-saat kami bersama. Aku merindukan pak Ashan.

Mendesah, aku membuka mataku, menatap pada langit-langit kamarku. Langit-langit yang selalu sama walaupun pikiranku tidak sama. Dua hari tanpa kabar darinya. Aku juga tidak ingin memberinya kabar terlebih dahulu. Aku tidak ingin menjadi yang pertama mencarinya. Harga diriku melarangku mencarinya terlebih dahulu.

Kebersamaan kami sepanjang hari Jumat lalu masih sangat jelas dalam ingatanku, tetapi tetap saja aku merindukannya. Entah bagaimana aku merasa ingin terus bersama dengannya.

Menggelengkan kepalaku, aku berusaha menyadarkan diriku sendiri. Ini bukan kali pertama aku berhubungan seks. Dia juga bukan pria yang pertama sehingga  dia istimewa, tetapi sesuatu di dalam diriku ingin merangkulnya dalam dekapanku.

Dret dret dret

Ponselku bergetar. Aku tetap tidak bergerak. Aku meletakkan ponsel di atas meja, agak jauh dari tempat tidur. Terkadang aku melakukannya agar aku tidak terus melihat ponselku lalu tidak dapat menyelesaikan tugas-tugasku. Kali ini juga begitu. Tugas bu Anna akan dikumpulkan besok, sedangkan aku harus mulai menyicil tugas pak Ashan juga.

Ting

Bunyi pesan masuk email di laptopku. Aku menutup laptop dalam keadaan mesinnya yang masih menyala sehingga notifikasi masih dapat berbunyi.

Memaksakan diriku bangkit dari kasur dan kembali terduduk, aku membuka kembali laptopku. Melihat pada sudut layar yang menyala, notifikasi email baru dari pak Ashan. Jantungku berdegup kencang. Baru saja aku memikirkan betapa aku sangat merindukannya, dia muncul seperti untuk menyelamatkanku dari sekarat karena merindu.

Aku menggerakkan kursor ke arah gelembung berbentuk persegi panjang di layar. Seketika layar langsung menampilkan pesan dari pak Ashan.

Dear Dara,

Sayang, aku tenggelam dalam kesibukanku beberapa hari ini sehingga aku baru sempat mengabarimu sekarang. Entah mengapa sejak kita berpisah hari itu aku didatangi banyak sekali pekerjaan. Sekali lagi aku minta maaf.

Malam ini tiba-tiba aku ingat bahwa aku harus mengirimkanmu uang. Aku sudah mengirimkannya. Katakan padaku jika kau ingin aku menambahkannya.

Aku merindukanmu

Ashan,

Senyuman menggelitik sudut bibirku. Aku tidak tahu bagaimana harus menanggapi semua perhatiannya ini, karena dia sangat manis. Aku pikir dia pasti sangat romantis saat berpacaran dulu. Aku hanya tahu sedikit tentang hubungan pernikahannya, tetapi saat ini aku ingin tahu bagaimana kisah cintanya sebelum dia menikahi sang istri. Aku tiba-tiba ingin tahu. Mungkin aku akan mengingatkan diriku untuk bertanya padanya lain kali saat bertemu lagi.

Aku menghembuskan napas berat. Ini dia. Aku mulai merasa tidak nyaman karena aku merindukan pak Ashan. Sepertinya aku harus menemui dia besok apa pun yang terjadi. Walaupun hanya sebentar saja, aku ingin bertemu dengannya.

Aku menoleh ke atas meja begitu teringat bahwa dia menuliskan tentang mengirimiku uang. Aku turun dari tempat tidur, lalu bergegas ke arah meja makan. Aku meraih ponselku, lalu benar saja ada notifikasi uang yang masuk ke rekeningku.

Aku menggigit kuku jari telunjukku. Kernyitan muncul di antara kedua alisku begitu perasaan aneh lainnya menyerangku. Hampir seperti perasaan bersalah tetapi sangat tipis sehingga tidak cukup membuatku merasa sakit. Setidaknya aku pernah mengalami perasaan bersalah yang lebih besar dari ini. Terhadap Alex dan kak Citra, lalu yang paling parah terhadap ibuku.

Broken Rose: Dara's Love Journey #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang