Part 24

289 25 2
                                    

.

Hari Jumat tiba kembali. Aku berusaha terus berjalan maju walaupun sangat sulit. Kakiku seperti menginjak lem yang membuatku tidak dapat bergerak. Aku berusaha sampai titik keringat penghabisan. Sampai akhirnya aku tiba pada hari pembebasan. Hari dimana aku memutuskan untuk bersenang-senang dengan pak Ashan.

Aku merindukannya, dan aku juga telah memutuskan beberapa hal tentang hubungan kami. Aku harap bisa mengabari segera. Lebih lagi, aku harap dia mau mengerti dan dapat menerima dengan baik apa yang aku katakan.

Aku menatap pada kaca, dan penampilanku sempurna. Seperti biasanya. Setidaknya cukup sempurna untuk membuat pak Ashan meneteskan liurnya. Aku tersenyum begitu wajahnya yang selalu tampak kosong dengan mata sayu saat dia menatap payudaraku, membuatnya terlihat sangat lucu. Dia seperti sedang berada di museum dan melihat sesuatu yang luar bisa.

Baju atasan yang aku kenakan ini terbuka bagian bahunya, berwarna hitam, dan memeluk erat tubuhku. Panjang hanya menutupi sampai pada pusarku. Bahan kain ini hampir seperti rajut tetapi sangat tipis sehingga memberi akses mudah bagi pak Ashan nantinya.

Hal lainnya yang membuatku menyukai atasan ini adalah karena aku tidak perlu menggunakan bra. Sudah ada cup seperti busa tipis yang menutupi bagian depan payudaraku. Ini menyegarkan. Walaupun aku harus benar-benar hati-hati jika tidak ingin telanjang di hadapan banyak orang.

Bawahan yang kali ini aku kenakan masih seperti biasanya, rok denim berwarna senada dengan warna atasanku. Aku tidak mengatakan penampilanku kali ini sempurna seperti yang aku duga, tetapi setidaknya aku merasa siap untuk menggoda pak Ashan.

Menyampirkan tasku di bahuku, aku siap untuk berangkat.

Dret dret dret

Aku mengernyit menatap ponsel di tanganku. Layarnya menampilkan nama Bianca. Aku menghembuskan napas berat karena aku tidak ingin ada yang mengganggu hari ini. Aku harus dalam keadaan yang baik untuk bisa menyenangkan pak Ashan.

Setelah berbicara dengan Alex, aku tidak ingin ikut campur urusan mereka lagi. Sudah beberapa kali aku berusaha membebaskan diri, tetapi mereka selalu menarikku. Aku harus bertahan sampai pak Ashan selesai dengan urusan perceraiannya. Setelah kami memastikan hubungan kami, aku akan benar-benar mengabaikan mereka.

"Maafkan aku, Bianca." Aku mengatakannya dengan berbisik pelan pada ponselku. Seperti dia bisa mendengarkan apa yang aku katakan.

Beberapa saat kemudian layar kembali gelap. Aku menggelengkan kepalaku, berharap semua pikiran selain tentang pak Ashan jatuh dari kepalaku. Hari ini hanya akan ada aku dan pak Ashan.

"Ayolah, Dara, kau menghabiskan beberapa hari terakhir dengan mengabaikan pak Ashan dan hanya memikirkan tentang masa lalu serta perkuliahanmu," kataku pada pantulan diriku di cermin yang juga sedang menatapku. "Kau melakukan pekerjaan yang baik, dan sekarang bersenang-senanglah!" Tanganku terangkat, menyentuh kepalaku. dan mengelus pelan pucuk kepalaku.

Aku menoleh ke kiri dan ke kanan, memastikan tatanan rambutku yang selalu sama setiap harinya juga tidak kalah rapi, sempurna, dan siap. Selama masih bersekolah dulu aku punya poni tipis yang menutupi keningku. Tetapi sejak mulai kuliah aku membiarkan keningku terekspos. Kata Bianca aku terlihat lebih dewasa dengan rambut yang terbelah di bagian tengah, dan juga tanpa poni. Itu yang aku butuhkan. Terlihat lebih dewasa sehingga aku pantas saat bersama pak Ashan.

Aku mengangguk pada diriku sendiri sebelum aku pergi meninggalkan apartemenku. Aku menoleh ke arah kamar Gina saat sudah di luar dan aku sudah lama tidak bertemu dengannya. Dia dan juga Kenji. Mungkin aku berlebihan, tetapi mereka menghilang hampir dua atau tidak hari belakangan. Aku harap mereka baik-baik saja.

Broken Rose: Dara's Love Journey #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang