Part 31❗

684 18 2
                                    

.

Aku menengadah, mendekatkan wajahku padanya. Aku mencium bibirnya lembut dan cepat. "Terima kasih," bisikku di depan bibirnya.

Dadanya terangkat dan aku juga terangkat saat dadanya mengembang. Pak Ashan meraih tanganku, menuntunku ke depan celananya.

"Bisakah kau berterima kasih juga padanya?" tanyanya. Dia tersenyum jahat saat aku mulai menyadari apa yang dia maksudkan. Tatapannya tiba-tiba menjadi sayu dan kabut hitam membendungi sorot matanya.

"Apa yang kau inginkan?" tanyaku. Aku melebarkan mataku berpura-pura tidak tahu apa yang diinginkannya.

Tangan pak Ashan naik ke pipiku. Tatapannya jatuh ke bibirku saat dia mengelus rahangku. Sekali, lalu berhenti. Aku mendesah saat jari ibunya menyelinap di antara bibirku. Aku membuka mulutku, membiarkan jarinya masuk. Dia menggerakkan jarinya melawan lidahku, dan aku menangkup bibirku, mengunci jarinya agar tetap di dalamku. Aku menghisap jari ibunya dan lidahku bertarung dengan jarinya yang terperangkap.

"Baby," bisiknya dengan suara dalam saat tanganku mengelus bagian depan celananya. Aku menggoda kejantanannya yang seketika langsung membesar sebagai respon dari sentuhanku.

Aku membuka mulutku, melepaskan jari pak Ashan sebelum aku mengunci tatapannya dan bergerak menuruni tubuhnya. Sampai aku tiba di depan celananya, tepat di atas kejantanannya yang keras. Aku menggoyangkan alisku padanya saat aku menekan tanganku pada ereksinya.

"Apa berterima kasih dengan cara ini tidak masalah?" tanyaku.

Pak Ashan mengangguk dengan keras. "Sempurna."

Aku lalu menarik celana dan celana dalam pak Ashan. Dia menegakkan tubuhnya, dan meraih pada celana dan celana dalamnya. Dia menarik turun melepaskan pakaian itu sepenuhnya dari kakinya.

Aku mendorong dadanya sehingga dia kembali bersandar pada bagian kepala tempat tidur. Aku bergeser sehingga aku duduk tepat di sisinya. Aku menyampirkan rambutku ke salah satu bahuku agar aku tidak menghalangi pandangan pak Ashan.

Pak Ashan menatapku saat aku meluangkan waktu mengagumi kejantanannya. Aku menatap panjang tubuhnya, menjilat bibirku, mempersiapkan diriku. Kemudian aku menurunkan kepalaku, mengambil kepala kejantanannya ke dalam mulutku.

Pak Ashan menarik napas dengan keras dari hidungnya sebelum dia mengerang. Dia benar-benar mengerang. "Bibirmu terasa seperti surga," katanya dalam erangan.

Aku pikir aku masih harus banyak berlatih karena aku belum punya banyak kesempatan untuk dapat menghisap kejantanan sebelum-sebelumnya. walaupun begitu, aku tahu garis besarnya dan aku pernah menghisap kejantanan pak Ashan sekali. Aku tahu pasti dia akan menyukai apa yang aku lakukan padanya.

Aku menggoda kejantanannya, memutar-mutar lidahku di sekitar kepala kejantanannya lalu menjilati panjang batang kejantanannya yang berbentuk seperti tabung. Aku bergerak semakin ke pangkal pahanya, menyapukan lidahku di bagian bawah, pada bolanya.

Pak Ashan mengerang sambil menggeser pinggulnya ke arahku. Seperti dia ingin aku membawa masuk kejantanannya ke mulutku segera. Belum saatnya. Aku mencium sepanjang porosnya, membuatnya liar. Kemudian aku menjilatinya seperti kejantanannya adalah permen lolipop rasa vanila. Aku suka rasa vanila. Entah mengapa aku memikirkan vanila saat ini.

Aku membuka mulutku lebih lebar saat aku menarik masuk kejantanannya. Aku menghisap bagian kepalanya dan dia menutup mata seperti mengumpulkan kekuatannya. Pinggulnya bergerak, membuat kejantanannya mengguncang mulutku.

Dia membuka matanya seperti dia perlu menyaksikan semua ini. Aku menduga dia mendapatkan sudut paling erotis saat ini. Rambutku tumpah pada pahanya, menggelitik kulitnya. Lalu warna hitam rambutku menjadi latar belakang yang sempurna saat kepalaku tersentak di atas kejantanannya. Bibirku bahkan bengkak dan merah saat kejantanannya meluncur menembus ke mulutku.

Broken Rose: Dara's Love Journey #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang