Part 12❗

1.6K 28 2
                                    

.

"Kau juga menyentuh payudaraku saat kita bersandar pada rak buku." Aku mengingatkan pak Ashan, karena mengapa dia baru mengatakan sekarang, jika dia pernah menyentuhku sekali.

"Kau benar, dan aku pikir saat itu hanya mimpi, karena aku tidak menyangka bisa menyentuh payudaramu," sahut pak Ashan. Aku mendesah sambil tersenyum.

Aku mengernyit dan jeritan pelan keluar dari mulutku begitu dia menghisap salah satu putingku ke dalam mulutnya. Punggungku melengkung dan aku mendorong dadaku ke wajah pak Ashan, ingin merasakan lebih.

Tanganku menelusuri rambutnya, menarik dia ke arahku. Aku menjadi sangat serakah dan tidak ingin dia melepaskan payudaraku.

Tetapi kemudian dia melepaskan payudaraku hanya untuk berpindah ke payudara satunya. Dia memastikan putingku mendapatkan perhatian yang sama seperti sebelumnya. Dia seperti akan memperlambat ciuman begitu dia menarik diri dariku.

Mataku melebar begitu pak Ashan meluncur dari sofa, lalu berlutut di lantai. Dia menatap padaku saat aku bergeser sehingga aku menghadap pada dia.

"Pak Ashan," geraman keluar dari dalam dadaku karena aku mulai merasakan panas tatapannya. Tatapan yang mengunciku ketika tangannya menggeser rokku hingga naik sampai ke pinggangku dengan cepat.

Aku mengigit bibir bawahku menahan desahan karena sensasi tangan pak Ashan yang mengelus pahaku sekali, sebelum dia meraih tali celana dalamku. Panas sentuhannya menjalar ke seluruh tubuhku sampai ke pipiku. Aku pikir pipiku juga sudah memerah saat ini. Aku tidak akan menghentikan dia.

Tangan pak Ashan menyubit kain celana dalamku sebelum dia mulai menariknya ke bawah dengan perlahan. Dia menatapku dan aku menatap pada daerah dimana aku akhirnya terbuka untuk dia.

Tatapan pak Ashan terlihat seperti dia tahu aku ingin terbuka. Tentu saja aku ingin kain celana dalamku menghilang sehingga aku bisa benar-benar terbuka untuk dia.

Pak Ashan lalu meraih kedua lututku di depan dadanya, menggeser ke arah yang berlawanan, sehingga belahan pahaku terbuka. "Ya, Tuhan. Kau sempurna. Sangat indah," bisik pak Ashan. Matanya melebar dan dia menatapku dengan saksama. "Vaginamu berkilau, Dara," gerutunya.

Tentu saja. Aku akan berkilau karena gairah menginginkan dia. Klit-ku bahkan berkedut dan mulai membengkak menanti perhatiannya.

Aku menyenderkan kepalaku pada sofa sebelum meraih kedua lututku, menahan diriku sendiri agar terbuka untuknya. Aku ingin dia menyentuhku.

Tatapan kami kembali bertemu dan aku perlu dia tahu bahwa aku putus asa membutuhkan dia. Lalu seperti mengerti, lidahnya menyapu klit-ku sekali.

"Lakukan lagi," kataku pada pak Ashan. Aku menjilat bibirku yang mulai terasa kering. "Kumohon, terus jilati aku." Seperti aku menyobek pertahanan pak Ashan yang sangat tipis, dia menurunkan wajahnya, mulutnya menempel di vaginaku yang hangat dan lembut.

Ini dia. Kehancuran yang aku butuhkan. Kehancuran oleh karena kesenangan. Lidah pak Ashan bergerak menyapuku lagi dengan kuat, sebelum menyelipkan klit-ku diantara bibirnya. Aku mengerang dengan keras. Aku mencengkeram, menancapkan kuku-kuku jariku ke kulit lututku.

Lidah pak Ashan seperti memujaku dan itu sangat menyenangkan. Dia menjulurkan lidahnya, menjentikkan lidahnya ke depan dan ke belakang klit-ku. Tubuhku bergetar dan erangan kenikmatan lainnya keluar dari bibirku.

Pak Ashan memindahkan tangannya untuk mencengkeram pantatku, menahanku sehingga lidahnya masuk lebih dalam, ke dalam diriku. Dia mengecap vaginaku dengan lidahnya.

"Sudah dekat," jeritku begitu aku mulai merasakan sesuatu membubung di dalam diriku. Melepaskan lututku, aku meraih rambut pak Ashan. Jari-jariku mencengkeram helaian rambutnya. Aku ingin dia terus melakukannya karena aku sudah dekat.

Broken Rose: Dara's Love Journey #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang