Part 35 end❗

1.1K 34 50
                                    

.

Seperti baru pertama kali melakukannya, aku merasakan nyeri. Setiap tekanan dari dorongan Alex membuatku memohon dalam hati agar dia tidak berhenti sekaligus memelas untuk meminta lebih. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa bertahan sejauh ini tanpa sentuhan Alex, tetapi aku lega karena dia memutuskan mendatangiku.

Alex menjatuhkan wajahnya di ceruk leherku setelah dia memiringkan pinggulku untuk menghunjam lebih dalam. "Apa kau merasakannya?"

Aku tidak yakin jika kejantanannya yang dia maksudkan. Lebih seperti dia menanyakan apa aku merasakan perasaan yang dia tumpahkan dalam setiap hentakkannya.

"Ya," pekikku. "Aku merasakannya." Aku menikmati kejantananmu, tetapi aku menahan diriku untuk mengabaikan perasaanmu yang terlalu besar, Alex.

Alex menjatuhkan kata-kata kotor di telingaku, dan suaranya seperti mendorongku langsung menuju puncak. Begitu nikmat. Begitu dalam. Aku merasakan tubuhku mencengkeram Alex, otot-otot bagian dalamku menjepit, menikmati kejantanan Alex.

Alex lalu terdiam, menghentikan gerakannya. Aku mengernyit dan aku tahu dia baru saja menyadari tidak adanya penghalang di antara kami. Dia menatapku, dan aku tidak ingin dia berhenti. Aku bergeser, dan kakiku terangkat melingkari pinggangnya. Aku mendorong dia kembali ke dalam tubuhku dengan tumit kakiku.

Alex lalu kembali mendorong seperti dia setuju bahwa kami akan baik-baik saja tanpa kondom. Aku tidak bisa mengatakan bahwa aku butuh kondom setelah aku tidak pernah menggunakannya lagi. Aku butuh merasakan Alex tanpa penghalang agar meyakinkan diriku bahwa pak Ashan tidak istimewa.

Kemudian aku melupakan satu hal. Ini adalah kali pertama Alex tanpa kondom. Dia menggila. Dia menarik diri, menggesek klit-ku, membuatku menjerit. Kenikmatan membuatku meleguh tanpa suara. Dia kembali mendorong ke dalamku sepenuhnya, lalu jeritanku memekakkan telingaku. Dia menarik mundur lagi dan terus berulang-ulang. Gerakannya semakin kasar. Bukan pelan. Juga bukan lembut.

Rahang Alex terkatup saat berusaha bertahan dari kenikmatan yang menyiksa dalam setiap gerakannya. "Kau sangat menggairahkan dan basah," bisiknya di depan wajahku.

Rasa nikmat melingkupi kami dan sepertinya dia tidak mungkin bertahan lebih lama lagi. Setiap dorongan yang menyiksa celah lembutku, Setiap cengkeraman tubuhku, membuatnya hampir gila dan aku memerah kejantanan Alex semakin kencang, Alex merasakannya.

Aku mengerang dalam setiap gerakan maju dan mundur kejantanannya ke dalam cengkeraman tubuhku yang licin. Tatapannya menjadi posesif seperti dia mengatakan padaku bahwa aku miliknya.

Dia menunduk, membungkam eranganku dengan ciuman seperti dia menyatakan suaraku adalah miliknya. Aku membiarkan dia memilikiku. Jika itu dapat membuat dia terus mendorong kejantanannya, aku akan biarkan.

Alex bergerak lebih cepat, mengerang dalam cengkeraman tubuhku. Dia menusuk lebih dalam. Mendorong lebih keras. Seluruh tubuhku berdenyut karena gairah. Aku meraih bahu Alex tanpa aku sadari, mencakar kulit bahunya saat aku merasakan tubuhku menjepit kejantanannya dengan keras.

Ini sangat nikmat. Berhubungan seks dengan kesedihan dan kerinduan sebagai dasarnya, membuat semuanya sangat nikmat. Bahkan terlalu nikmat dengan cara yang berbeda. Gelombang gairan menghempaskanku dengan kuat pada akhirnya. Kepalaku terlempar ke belakang saat leherku mendongak. Bibirku terbuka dan aku terengah-engah.

"Alex!" jeritku dan larut dalam gairah pelepasanku yang sangat kuat. Aku puas. Benar-benar puas sehingga hampir kehabisan napas.

Alex menatap wajahku, lalu seperti dia ingin menyaksikan aku, dia menarik dan mendorong hunjamannya sambil menatap aku yang tenggelam dalam hasratku.

Broken Rose: Dara's Love Journey #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang