Part 15❗

1.3K 29 0
                                    

.

"Dara,"

Aku membuka mataku perlahan begitu suara lembut pak Ashan memasuki telingaku. Wajahnya berada tepat di samping telingaku. Dia berbisik memanggil namaku.

Aku tersenyum saat dia mendekatkan wajahnya dan menekan ciuman lembut yang singkat di salah satu pipi wajahku. Tidur setelah berhubungan seks adalah yang terbaik. Terima kasih pada Efran yang pertama kali membuatku menyadari hal ini. Terima kasih karena mengenalkan seks yang polos padaku.

"Apa aku tidur terlalu lama?" tanyaku. Kami tidak ke hotel ini untuk hanya tidur. Aku menyadari itu. Aku akan membenci diriku sendiri jika aku tidur begitu lama, padahal pak Ashan telah membayarku cukup banyak untuk menyenangkannya.

Pak Ashan menggelengkan kepalanya. "Tidak lama, hanya saja aku tidak ingin menahan diri lagi. Aku ingin terus menyentuhmu," katanya.

Entah bagaimana, tetapi aku menduga pak Ashan yang melakukannya. Kain selimut yang menutupi tubuhku sampai ke dadaku. Sehingga aku berpegang pada ujung kain, menggenggamnya dalam kepalan tanganku, saat pak Ashan masuk ke dalam selimut.

Aku melihat pergerakannnya dan merasakannya di bawah selimut. Aku memejamkan mata begitu merasakan gelitikan helaian rambutnya pada paha dalamku. Dia sudah di bawah sana, siap dengan kepalanya di antara ke dua kakiku. Aku tidak bisa melihatnya karena dia tertutupi oleh selimut putih ini, tetapi jantungku berdebar dengan keras karena antisipasi.

"Uhh," desahku begitu pak Ashan menjatuhkan ciuman lembut dan ringan pada belahan klitorisku.

Aku menggenggam kain lebih keras lagi, merasakan tangan kasar pak Ashan menyentuh pahaku, menariknya terbuka sebelum dia menyapukan lidahnya sepanjang klitoris sampai ke pembukaan vaginaku.

Kepalaku mulai berputar. Dia menahanku dengan tangannya. Lidahnya menerobos masuk ke dalam vaginaku, menggodaku. Punggungku terangkat karena lagi-lagi dia membuatku kembali menaiki roller coaster menuju orgasmeku. Ini tidak bisa ku biarkan.

Aku mengumpulkan sisa kesadaranku sebelum aku mengangkat kain selimut, melihat ke bawah. Aku terkesiap. Berapa kalipun aku melihatnya, pemandangan wajah pak Ashan yang mengintip dari tengah belahan pahaku terlihat sangat erotis. Aku bisa saja keluar hanya dengan menyaksikan dia sibuk melahapku seperti ini.

"Ada apa, sayang?" dia bertanya setelah menjilati bibirnya sendiri.

"Aku hanya ingin mengatakan bahwa kita berpacu dengan waktu," aku berusaha tidak terdengar tercekat, tetapi sepertinya gagal.

Dia terdiam sejenak sebelum tersenyum kecil. Dia harusnya tahu aku putus asa ingin bercinta dengannya. Aku suka dia memperlakukanku dengan lembut seperti ini, tetapi aku ingin dia di dalam diriku. Itu lebih baik untuk saat ini.

Pak Ashan bergeser sehingga dia berada di atasku. Tubuh telanjang kami sudah kering tetapi masih sedikit lengket. Aku tidak peduli. Aku tidak akan membiarkan apa pun menghentikan kami setelah dengan susah payah kami sampai pada titik ini.

"Aku suka vaginamu yang manis, sayang." Dia mengatakannya di depan wajahku. Dia terdengar tulus dari suaranya, tetapi aku lebih ingin mendengar suara berat penuh nafsunya saat ini.

Aku bergeser, memposisikan kejantanannya yang telanjang tepat di tengahku. Pak Ashan berkedip karena aku menggesek panjang kejantanannya.

"Dara, sayang, aku tahu apa yang kau inginkan. Tetapi, ada hal yang tidak bisa aku kendalikan, dan itu sangat penting." Dia mengatakannya setelah mengepalkan rahangnya. Tangannya menyentuh bahuku, dan menekanku ke kasur, menahan sehingga aku tidak bergerak.

Aku mengernyit menatap padanya. Tidak. Aku seperti melihat keraguan di dalam tatapannya. Aku menggelengkan kepalaku, tidak ingin dia memikirkan apa pun saat kami bersama. Aku bisa melihat dia memikirkan istrinya, atau lebih tepatnya calon mantan istrinya.

Broken Rose: Dara's Love Journey #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang