Perkara ingus aja rame, gimana kalo beneran ga pake ingus?😂😂
Penasaran, kan?
Komen yang buanyak nyak nyak.
Yang kaga tahan, silahken ke sebelah. Dah tamat.
Eke lagi ngetik Ammar ama Peony. Bentar lagi up. Ramein juga. Seperti biasa, bareng di KK, KBM, ama WP. Vibesnya kek Uni+Atu+Irena = Lisa Suharyana +Gendhis + Bra Kania. Jamin lucu, dah.
***
26 SChDP
Usai insiden ingus yang berakhir dengan sebuah tamparan di pipi, Yasinta keluar dari kamar mandi dengan wajah basah. Dia bukannya jijik dengan suaminya yang kini menunggu dengan seringai di depan kamar mandi, melainkan kesal kepada dirinya sendiri, bisa-bisanya di saat romantis seperti tadi malah ingus yang keluar. Sungguh, dimarahi bos, dimaki-maki oleh netizen, tidak semalu saat seperti ini. Yasinta merasa tidak sanggup mengangkat kepala saking dia tidak percaya dirinya bisa berkhianat begitu rupa.
“Kenapa senyum-senyum gitu?” Yasinta sudah mulai memasang raut garang. Tapi, begitu dia hendak menyemburkan kata-kata pedas, suaminya menunjukkan handuk yang sejak tadi dia pegang dan menggunakannya untuk mengusap wajah Yasinta yang basah.
“Pasti malunya selangit, ya? Padahal, aku biasa aja dikasih ingus atau iler.” Hakim terkekeh. Ucapannya itu sudah pasti membuat Yasinta bertambah panas dan dia langsung mengangkat kepala, hendak marah saat Hakim kembali menarik pinggangnya, melepaskan semua jarak di antara mereka hingga tidak bersisa.
“Ngapain lo peluk-peluk gue? Siapa yang ngizinin?” Yasinta menjauhkan kepala sementara Hakim sendiri sudah tertawa dengan suara menggelegar dan dia masih memeluk Yasinta sekali pun sang nyonya sudah berontak minta dilepaskan.
“Ngapain minta izin. Tiap malam juga meluk bini. Tapi, hari ini aku dapat hadiah, jadi sayang kalau nggak dimanfaatkan.
“Hadiah apa?” Yasinta masih menjauhkan kepala. Dia memandangi Hakim hingga matanya menyipit dan arah pandangan suaminya membuat dia menjadi amat waspada.
“Kita masih punya dua puluh menit sampai istirahat makan siang.” Hakim melirik jam yang posisinya berada di dekat meja rias yang merangkap meja perlengkapan para tamu. Ada sebuah TV LED berukuran 32 inci dan juga beberapa perlengkapan minum seperti teko elektrik dan juga 2 buah cangkir keramik.
“Aku masih penasaran kalau nggak pakai topping ingus dan juga air mata.” Hakim meraih dagu Yasinta ke arahnya dan sebelum sang nyonya sadar, dia menyatukan kedua bibir mereka dan mencurahkan semua perasaannya selama hampir satu bulan ini tanpa jeda.
Dan setelah dua puluh detik, Hakim melepaskan tautan mereka, memandangi Yasinta yang kini terengah-engah dan wajah memerah saking dia merasa amat malu. Ingin lepas dari rengkuhan Pak Hakim Sweetnya, ternyata tidak bisa. Kakinya terlalu lemah dan dia merasa terlalu dungu karena kehilangan pikiran warasnya.
Kenapa bibir Oppa Jakartanya begitu lembut? Apakah Hakim memakai sesuatu? Yasinta masih mencerna keanehan di sekelilingnya saat Hakim mengangkat tubuhnya dan membawa Yasinta ke arah tempat tidur hingga istrinya hampir memekik.
“Jangan macam-macam.” Yasinta menahan dada Hakim yang kini berada di hadapannya. Kepalanya sendiri sudah bersandarkan bantal empuk dan dia terkunci di dalam rengkuhan putra Farihah Hadi tersebut.
“Pak Hakim …” Yasinta mencicit ngeri. Dia ingin menolak, tapi, Hakim tidak memberikan dia kesempatan untuk melepaskan diri. Pria itu malah semakin bersemangat ketika mendengar Yasinta menyebut namanya.
“Bilang sama Okta, semoga doanya benar terjadi, dan pulang dari sini, bininya Iqbal Al Hakim langsung bisa bawa adek bayi.”
Sebelum sempat Yasinta mencubit hidung Hakim atas ucapan gilanya tadi, bibirnya sudah dibungkam kembali tepat saat ponselnya bergetar dan nama Okta tertulis di sana, dengan sebuah pesan pop up yang belum sempat dibaca oleh Yasinta sejak tadi. Dia sudah terlalu sibuk meladeni suaminya yang tampak baru saja mendapatkan mainan baru. Yasinta bahkan sudah memejamkan mata dan sepertinya sudah lupa bahwa berhari-hari lalu dia hampir membuat suaminya masuk rumah sakit.
![](https://img.wattpad.com/cover/346172781-288-k802812.jpg)