Jakarta, Agustus, 2008
Suara gemuru terdengar di luar. Gadis kecil yang dikenal dengan nama Uza. Terus menatap awan hitam dari balik jendela kaca. Seperti ada perasaan senang saat melihat awan mendung itu.
"Yey, mau hujan. Aku bisa mandi hujan," ucapnya.
Saat ini tidak ada siapa-siapa di rumahnya. Sang Papah sedang bekerja dan belum pulang. Sedangkan Mamahnya, wanita itu tengah menjemput putri sulungnya les. Uza sengaja ditinggal sendiri, karena gadis itu tidak ingin ikut. Dengan catatan, ia tidak boleh mendekati kompor atau api. Jika ia lapar atau haus, makan camilan yang sudah disediakan.
"Di rumah juga gak ada siapa-siapa, aku bisa bermain hujan sepuasnya," lagi-lagi tentang hujan yang ia bahas. Apakah sesuka itu dia dengan hujan?
Belum sempat Uza keluar, suara geluduk membuatnya takut. Selama ia bermain hujan, tidak pernah ada suara seperti itu. Tiba-tiba, lampu mati. Hal itu membuat Uza teriak histeris.
"Mamah, Uza takut, ini gelap banget Mah." Isaknya di dalam kegelapan. Gadis itu terus menangis, terdengar suara pintu terbuka. Ia lekas sembunyi di bawah tempat tidur.
Saat mendengar suara langkah kaki. Uza menutup mulutnya, menghentikan tangisannya. Ia benar-benar takut, ia sangat menyesal tidak ikut dengan Mamahnya tadi.
"Uza takut," gumamnya pelan.
"Uza, kamu di mana?" mendengar suara itu, Uza bernapas lega. Ternyata itu Mamahnya. Dengan cepat gadis itu keluar dari persembunyiannya. Berlari kencang ke arah Mamah.
"Mah, Uza takut, tiba-tiba mati lampu," adunya.
"Makanya, kalau Mamah bilang ikut, kamu ikut, kamu sih ngeyel jadi orang," omel Mamah. Uza hanya diam, merasa bersalah.
"Kamu udah makan belum?" Mamah menghidupkan lilin.
Uza menggelengkan kepalanya. "Belum," balasnya.
"Ya, udah makan dulu, tadi Mamah mampir beli ayam goreng. Karena Mamah pikir, kamu belum makan nasi." Wanita itu mengambilkan sepotong ayam goreng, dan diberikan kepada putri bungsunya.
"Mah, aku ke kamar dulu," pamit Ira. Gadis itu pergi begitu saja.
Ira tidak mau sekamar dengan Uza. Ia meminta kepada orang tuanya, untuk dibuatkan kamar sendiri. Karena ia tidak ingin berbagi kamar. Melihat kepergian sang kakak, Uza bertanya. Karena, kakaknya selalu saja pergi, tidak ingin berkumpul bersama. Atau sekedar bermain dengannya, setiap kali Uza ajak main. Ira selalu menolaknya.
"Mah, kak Ira kenapa sih? Dia gak mau kumpul sama kita? Emang ada yang salah ya?"
Wanita yang sedang sibuk membereskan barang belanjaannya. Tersenyum mendengar pertanyaan dari putri bungsunya. "Kak Ira, gak papa kok sayang, dia emang punya sifat pendiam. Kaya Papah," jelas Mamah.
Tidak hanya Uza yang merasakan hal itu. Mamah juga, semakin hari, ia merasa jauh dengan putri sulungnya. Gadis itu tidak ingin bercerita padanya. Sebagaimana yang sering Uza lakukan.
Uza dan Ira sangat bertolak belakang, Uza yang ceria, dan Ira yang murung. Uza selalu cerita tentang apa pun. Sedang Ira, gadis itu memilih untuk menyimpannya seorang diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pahami Aku! (End)
Teen FictionWarning ⚠️ bijaklah dalam membaca! Sebelum baca, alangkah baiknya follow akun aing terlebih dahulu, terima kasih 🤗 Bagaimana jika seorang gadis memiliki mimpi untuk hidup bahagia. Namun, ia malah menyimpan banyak luka. Kehidupan yang ia alami, tida...