30. Khawatir

15 1 0
                                    

Kelvin bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. "Kaira, kok bisa kecelakaan sih?"

Ia ingin menghampiri Kaira, tetapi ia lupa bertanya di mana gadis itu dirawat. Saat asik sendiri, Panca dan Julio datang menghampirinya.

"Woi, Kel. Sendiri aja lo, ngapain?" Kejut Panca. Sontak Kelvin menepas tangan itu dari pundaknya.

"Apaan sih, lo."

"Lo, kenapa, Kel?" kini suara Julio yang terdengar.

"Kaira, Jul. Katanya, tadi pagi dia kecelakaan," jelas Kelvin.

"What? Kok bisa? Tabrakan antara motor sama mobil atau gimana?" Panca jadi heboh sendiri.

"Gue gak tau, gue cuman tau dia kecelakaan. Gue aja lupa, mau nanya dia dirawat di rumah sakit mana. Karena gue benar-benar gak kepikiran," balasnya.

"Kayaknya, udah ada benih-benih cinta nih. Kel, gue bukan mau ngejatohin semangat lo, buat ngejar Kaira. Tapi, kalo lo nekat, ya saingan elo Bani kalo gak Heru. Yakin lo, mau dekatin Kaira?" Kelvin menatap sinis ke arah Panca.

"Gak usah urusin tentang perasaan gue, sekarang yang harus diurusin itu, kondisi Kaira. Gue takut dia kenapa-napa," cetus Kelvin.

Julio langsung menyenggol lengan Panca, memberinya peringatan. "Nca, gue kan udah bilang. Jangan bahas soal itu di depan Kelvin, orangnya marah kan, gimana sih lo. Gak dengar gue ngomong," bisik Julio.

"Maaf, Jul, abisnya. Gue geregetan liatnya, ngungkapin suka aja susah," balas Panca.

"Namanya orang gengsi, nanti juga ada saatnya hal itu terjadi."

Kelvin mengamati kedua temannya yang sedang berbisik-bisik. "Heh, kalian ngomongin gue ya?"

Keduanya kaget. Panca langsung mencari alasan, lelaki itu sangat pandai mengelak. "Eh, enggak kok, Kel. Kita lagi ngomongin kucing gue, dia barusan lahirnya. Anaknya ada 3 tapi gak ada bapaknya. Gue nawarin Julio, buat jadi bapaknya, eh ternyata dia gak mau," jelas Panca.

"Ya, iyalah gak mau. Lo kira gue apaan ha? Gue pengennya punya anak benaran, bukan anak kucing," balas Julio.

Kelvin menatap keduanya dengan lekat, lalu ia buang muka dari mereka. "Awas aja kalian ketauan bohong sama gue, liat aja."

"Nih, liatin kita, Kel. Gue manis loh," Panca benar-benar tidak bisa memahami situasi. Tidak ingin melihat Kelvin ngamuk, Julio langsung menarik Panca menjauh dari laki-laki itu.

"Ih, apaan sih, Jul. Ngapain lo narik-narik gue? Jangan bilang, lo mau buat vidio klip lagu india ya, gak mau gue. Gue masih normal," cerocosnya.

Mendengar itu, Julio memukul pelan kening Panca. "Heh, dodol. Siapa juga yang mau ngajakin lo, nari-nari, kayak difilm india. Lo kira, gue gila apa? Gue gak sebego lo."

"Ya, kan siapa tau, gue takut aja. Kalo ada yang suka sama gue selain cewek, gue kan masih—"

Belum sempat Panca melanjutkan ucapannya, Julio sudah memotongnya terlebih dahulu. "Bego lo, Nca. Mikirnya kejauhan, makanya. Banyakin mikir positif lo, jangan negatif mulu. Ketempelan setan mampus lo." Usai berucap, Julio pergi meninggalkan Panca seorang diri.

"Sembarangan lo, Jul. Woi, Julio. Lo mau ke mana?!" Panca meneriaki nama Julio. Tapi, tidak ada respon dari sang empu.

"Benar-benar ya, gue malah ditinggal sendiri," gumam Panca.

***

Kelvin masih di tempatnya, lelaki itu belum juga beranjak dari sana. "Ra, lo baik-baik aja kan? Gue khawatir. Walaupun gue belum kenal banget sama lo, pas malam itu, lo bisa buat gue tenang, lo udah mau dengerin curhatan gue. Gue belum sempat berterima kasih sama elo, gue harap, lo baik-baik aja, Ra. Nanti gue bakal jengukin elo."

Pahami Aku! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang