"Jangan terlalu banyak berkorban untuk orang lain, hargai dan cintai dirimu sendiri."
~Kim Seokjin~
Setelah perdebatan kemarin malam. Kaira menjadi lebih kacau, ia kembali menyayat lengannya. Menghilangkan rasa sakit didadanya. Tetapi, ia membuat luka baru. Bahkan, gadis itu keluar dari rumah agak siangan, setelah kedua orang tuannya berangkat bekerja.
"Huf, sepi. Andai aja, waktu bisa gue ubah. Atau gak, gue punya pintu doraemon. Gue pengen balik kemasa kecil gue, yang penuh kebahagiaan." Gumamnya sambil berjalan menuju keluar rumah.
Sesampainya ia di depan gerbang, sudah ada Bani yang menunggu dirinya. Lelaki itu menaruh kedua tangannya di atas teng minyak.
"Hai, Bani. Udah lama?"
"Enggak, sekitar setengah jam ada kali. Lo ngapain aja sih, Ra? Tiap gue yang jemput aja, lama banget. Giliran, Heru, gercep lo," omelnya.
"Dih, tantrum lo? Nih, ya Bani. Gue tadi sakit perut, jadi makanya lama," dengan rapaih Kaira menutupi lukanya. Tidak ada mata sembab, walaupun kemarin malam ia menangis. Selesai nangis, Kaira langsung mengompres matanya, agar saat tidur matanya tidak sembab.
"Hilih, ngotak aja lo. Pasti lo, kelamaan make up kan?" tuduh Bani.
"Buset, sekate-kate lo, gue bukan tipikal cewek yang kayak gitu ya, Bani," protes Kaira.
"Ya, udahlah. Buruan naik! Entar telat lagi, gak etis kan, anak OSIS yang biasa ngehukum anak-anak yang suka telat. Malah ikut-ikutan telat," kata Bani.
Tidak banyak omong lagi. Kaira pun naik, dan mereka segera jalan menuju sekolah. Cuaca yang cerah, dan kota Jakarta yang selalu ramai. Membuat Kaira kagum melihatnya, meskipun sesekali ia mengerutu, akibat menunggu lama.
"Ra, mau lewat jalan pintas gak? Kalo nunggu nih antrian, entah kapan selesainya. Mau sampe kapan? Lebaran monyet?"
"Serah lo deh, intinya kita berdua gak telat. Gue gak mau jadi contoh buruk untuk murid-murid lain," balasnya.
"Ceilah, teladan banget Mbak. Ya udah, gas ya." Kaira mengangguk sebagai respon.
Bani kembali memutarkan motornya, memasuki gang kecil, yang bisa dibilang, jalannya itu geradakan, tidak sebagus diaspal. Melihat Bani bawa motor ugal-ugalan, Kaira memeluk Bani dengan erat. "Bani, ini untuk kedua kalinya, lo bawa gue menuju maut," teraik Kaira. Sedangkan Bani tersenyum senang di balik halem yang menutupi wajahnya.
Tidak butuh waktu lama untuk mereka sampai, akhirnya keduanya sudah berada di perkarangan sekolah. Kaira masih diam, entah mengapa, rasanya ia tidak ingin masuk sekolah hari ini. Iya ingin sendiri, merenungkan diri. Tetapi, saat pikirannya kacau, ia selalu mengingat kalimat Heru tentang kebahagiaan untuknya.
'Lo bisa bahagia, dengan cara lo sendiri.'
Kaira kembali mengukir senyuman, Bani yang masih sibuk dengan motornya. Saat berbalik badan, melihat Kaira senyum-senyum. Membuat dirinya berdecih.
"Dih, kesambet lo? Senyum-senyum sendiri lagi. Oh, atau jangan-jangan, lo ketempelan sama setan di gang kecil yang kita lewati tadi. Tapi, lo gak papa kan, Ra?" Bani sudah seperti wartawan yang menuding nara sumbernya dengan begitu banyak pertanyaan.
Kaira yang tersenyum pun, mengubah lengkung senyum itu menjadi wajah datar. "Heh, asal lo tau ya, Kunyuk. Setan mana yang berani nempel dibadan gue, ha?! Setan mana?" niatnya, Kaira ingin bercanda. Mau bagaimanapun, Kaira tetap takut dengan hantu. Tetapi, Bani malah membuat lolucon yang menimbulkan amarah dari Kaira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pahami Aku! (End)
Teen FictionWarning ⚠️ bijaklah dalam membaca! Sebelum baca, alangkah baiknya follow akun aing terlebih dahulu, terima kasih 🤗 Bagaimana jika seorang gadis memiliki mimpi untuk hidup bahagia. Namun, ia malah menyimpan banyak luka. Kehidupan yang ia alami, tida...