Saat Bani tengah asik bercanda dengan kedua temannya. Tiba-tiba deru handphonenya berbunyi. Tertara nama 'Kaira' di sana.
"Siapa, Ban?" tanya Heru.
"Kaira," jawab Bani.
"Lah, katanya dia gak mau dijemput. Coba angkat, sebelum masuk nih, bisa nyusul dia," saran Hasan.
"Pala lo, udah jam berapa ini? Yang ada telat, kalo dia beneran minta susul, ya gue izin dulu ke bu Elda." Tidak banyak basa-basi lagi, Bani lekas mengangkat telpon itu.
"Hallo, kenapa, Ra?"
"Hallo, Mas, ini saya ingin mengabarkan bahwa pemilik handphone ini mengalami kecelakaan. Sekarang korban sedang dibawa ke rumah sakit."
"Pak, ini gak bercanda kan? Ini bukan pembohongan kan?"
Bani seperti tidak terima atas kabar yang telah ia dengar. Tidak mungkin, kemarin malam mereka berjanji untuk makan bareng hari ini.
"Saya tidak bercanda, Mas. Nanti saya kirim alamat rumah sakitnya ya."
"Oke, Pak. Tolong jagain teman saya dulu ya, saya mau ngabarin orang tuanya," ujar Bani.
"Baik, Mas."
Panggil itu mati begitu saja. Bani langsung beranjak dari duduknya, berlari ke arah kantor. Mencari Bu Elda, untuk meminta izin, sekalian minta tolong kabarin orang tua Kaira.
"Bani, lo mau ke mana?" Teriak Heru. Lelaki itu pun mengejar Bani, saat pertanyaan tidak mendapatkan jawaban.
"Ru, tunggu!" Hasan pun ikut mengejarnya.
Sampainya di ruang Bu Elda, Bani langsung masuk.
"Permisi, Bu," salamnya. Napasnya terengah-engah.
"Bani, kamu ngapain? Abis ngapain kamu, ngos-ngosan gitu?"
Bani menelan air liurnya susah payah. "Bu, tolong kabarin orang tua Kaira, tadi saya dapat telpon. Kalo, Kaira mengalami kecelakaan saat hendak berangkat ke sekolah," jelas Bani.
"Innalilahi, kok bisa? Biasanya dia bareng kamu, kalo gak Heru," saat mendengar kabar tentang Kaira. Bu Elda langsung menghubungi orang tua Kaira. Namun, saat panggilan pertama, tidak ada jawaban.
"Aduh, ini orang tuanya pada ke mana sih? Susah banget dihubungin," Bu Elda sangat khawatir dengan kondisi Kaira.
"Bu, Bani izin susulin Kaira ya, nanti kalo Bani, udah sampe sana. Bani kabarin Ibu, dan kalo orang tuanya udah bisa dihubungi, kasih tau Bani ya, Bu."
"Bani, ini masih jam sekolah, kamu gak bisa pergi gitu aja dong," mau tidak mau, Bu Elda harus menaati peraturan yang berlaku di sekolah.
"Bani, tau, Bu. Tapi ini soal Kaira, plise, Bu. Izinin Bani," mohonnya.
Bu Elda pun sangat khawatir dengan Kaira. Setelah dipikir-pikir, akhirnya Bu Elda mengizinkan Bani untuk pergi. "Baiklah, Ibu, izinkan. Tapi, setelah kamu sampai, langsung kasih tau kabar Kaira gimana ya."
"Baik Bu, makasih." Dengan tergesa-gesa, Bani keluar dari ruangan Bu Elda. Namun, saat dirinya keluar, sosok kedua temannya sudah berada di sana.
"Lo, kenapa Ban? Kayak panik gitu, ada apa sih?" Heru terus bertanya.
"Ru, ini gawat, Kaira kecelakaan, gue mau ke sana nyusulin dia."
Astrid yang tak sengaja mendengar pembicaraan ketiga lelaki itu terkejut.
"Maksud lo, apa Ban?"
"Strid, lo kok ada di sini?" Hasan kaget dengan keberadaan Astrid yang tiba-tiba muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pahami Aku! (End)
Teen FictionWarning ⚠️ bijaklah dalam membaca! Sebelum baca, alangkah baiknya follow akun aing terlebih dahulu, terima kasih 🤗 Bagaimana jika seorang gadis memiliki mimpi untuk hidup bahagia. Namun, ia malah menyimpan banyak luka. Kehidupan yang ia alami, tida...