26. Pertengkaran

14 1 0
                                    

Bani pun melanjutkan tidurnya, walaupun terkadang Hasan menyebalkan. Lelaki itu sangat perhatian.

Sedangkan Kaira, gadis itu mendekat kepada Astrid. "Hai, Strid," sapanya. Astrid yang keasikan ngobrol dengan ibu Hasan. Sampai lupa, bahwa ada Kaira.

"Eh, Ra. Kapan sampenya? Lo sama siapa?"

Kiara ikut duduk bersama Astrid dan ibunya Hasan. Wanita itu sangat ramah, dan penuh kasih sayang.

"Sama Bani tadi," balas Kaira. Astrid hanya mengangguk sebagai respon.

"Eh, kalian belum pada makan kan? Ayo makan, Ibu buat ayam bakar sambel pedas loh. Enak banget," betapa lembutnya wanita itu. Kaira tersenyum hambar, ia sangat merindukan sosok hangat dari ibunya.

"Iya, Ra, ayo!" Astrid menarik pergelangan tangan Kaira. Mengajaknya untuk beranjak dari tempat itu.

"Oh, iya. Yok," sepontan Kaira merasa canggung.

Di dapur, mereka bertiga menghabiskan waktu. Sedangkan anak-anak lainnya pada sibuk dengan acara yang mereka buat. Ada yang bernyanyi, main gitar, bahkan tidur. Seperti yang Bani lakukan.

Tidak ada keheningan saat mereka makan, ibu Hasan terus bercerita tentang kedua anaknya. Hasan dan kakaknya.

"Ibu, suka heran sama Hasan. Dia tuh, kalau di sekolah gimana sih?"

Astrid yang selalu ribut jika bertemu dengan Hasan. Membongkar semua tingkah laku lelaki itu.

"Tante, mau tau? Hasan kalo di sekolah, buh. Nyebelin banget, suka bikin anak orang emosi," adunya.

"Ha? Beneran? Oh, ya, jangan panggil Tante dong. Panggil Ibu aja, biar lebih akrab." Kekeh wanita itu.

"Oh, iya, Tan. Eh, Ibu maksudnya." Astrid memperlihatkan seluruh giginya. Gadis itu terlihat canggung.

"Terus, gimana lagi? Apa aja yang Hasan lakuin?"

Saat Astrid ingin berbicara lagi. Kaira mencegahnya, mau bagaimanapun. Astrid harus membuat citra Hasan baik di depan ibunya. Walaupun kenyataannya tidak seperti itu.

"Oh, ini. Bu, Hasan itu kalo di sekolah rajin banget, kadang dia juga sering bantuin aku. Anaknya juga asik," imbuh Kaira.

"Wah, ternyata dia melakukan hal yang sama. Hasan itu, kalau di rumah, sering banget bantuin Ibu. Entah, pas Ibu lagi nyuci baju atau piring. Dia yang bantuin beresin depan, nyapu, ngepel juga."

Mendengar apa yang ibu Hasan katakan. Membuat Astrid tidak enak, harusnya ia tidak melakukan hal itu. Walaupun Hasan sangat menyebalkan. Tak seharusnya ia mengatakan hal jelek tentang lelaki itu.

"Em, Bu. Soal Hasan tadi, yang Astrid omongin, gak benar kok. Astrid cuman bercanda. Astrid minta maaf ya"

"Gak papa, tau gak, Hasan itu sering banget tau, cerita tentang kalian. Apalagi pas Heru, Bani, Hasan lagi ngumpul. Pembahasan mereka ya kalian," kalimat ibu Hasan membuat kedua gadis itu penasaran.

"Mereka bahas apa?" jawab keduanya kompak.

Wanita itu tersenyum, melihat dua remaja yang sedang bersamanya. "Kalau kata Hasan, Kaira itu tempat curhatnya orang-orang, dan kalau Astrid. Dia bilang, cewek nyebelin yang muncul dihidupnya."

"Serius, Bu. Hasan bilang gitu?" Astrid seperti tidak terima dengan perkataan Hasan. Wajahnya jadi cemberut.

"Terus, kalo Bani dan Heru bilang apa, Bu?" tanya Kaira.

"Bani bilang, Kaira itu vitaminnya. Yang selalu membuatnya semangat, sedang Astrid sahabat Kaira yang reseh, gitu sih katanya."

Astrid tambah kesal. Kenapa tidak ada yang berkata baik tentangnya? Walaupun kesal, Astrid berusaha menjaga emosionalnya. Karena ia sedang bersama ibu dari rivalnya.

Pahami Aku! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang