Setelah urusannya selesai, Kaira kembali ke kelas. Sudah lama ia tidak menghabiskan waktu di bangkunya. Baru saja ia masuk, suara Astrid menyambut dirinya dengan heboh. "Kaira, lo gak sibuk lagi kan akhir-akhir ini? Gue kesepian tau," ungkapnya. Tapi, Kaira hanya membalas celotehan Astrid dengan senyuman. "Ra, gue tuh heran banget sama lo. Badan kecil, kurus lagi. Cuman menang tinggi doang, emang tuh badan gak remuk?" tanyanya kepo.
Kaira tersenyum lagi, menatap sahabatnya. "Gak, gue sengaja nyari kesibukan, biar pikiran gue tenang," balasnya.
"Emang bisa gitu?"
"Bisa, udahlah, jangan nanya-nyanya lagi. Gue mau tenag, oke," finalnya.
Astrid pun tidak menganggu Kaira lagi, gadis itu kembali sibuk dengan handphonenya. Sedangkan Kaira, gadis itu memilih untuk membaca buku, dan mengerjakan tugas-tugas yang sempat tertinggal, karena akhir-akhir ini ia jarang masuk kelas.
Namun, saat dirinya tenang. Suara Bu Marwah, tiba-tiba terdengar, guru itu masuk ke kelas 12 IPS 3, menyuruh Kaira untuk mengantarkan berkas ke Bu Elda. "Kaira, tolong Ibu. Tolong kasih ini ke bu Elda ya, beliau ada di ruangannya," seru Bu Marwah. Wanita paruh baya itu memberikan sebuah dokumen, kepada Kaira. Kaira pun tidak menolak, ia pun lekas mengambil dokumen itu dari tangan sang guru.
Saat ini, kelasnya memang sedang tidak ada guru. Para guru, sedang melakukan rapat. Beberapa kelas akan melakukan hal aneh saat jamkos berlangsung, mereka tidak ingin membuang kesempatan itu.
Kaira mulai beranjak dari duduknya, gadis itu merapihkan kembali buku-bukunya. "Strid, mau ikut gak?" ajak Kaira. Namun, Astrid yang sedang asik sendiri. Menolak ajakan Kaira.
"Gak deh, Ra. Gue masih pengen foto-foto, buat aplod di sosial media gue," balasnya.
Kaira pun tidak mempermasalahkannya, gadis itu melangkah pergi. Ketika berjalan melewati koridor, Kaira bertemu dengan Panca, lelaki itu seperti ingin ke tempat tujuannya. "Tuh cowok kenapa? Mukanya kayak gelisah gitu," gumam Kaira. Tidak ingin kepo, Kaira pun melanjutkan perjalanannya.
Tibanya di sana, Kaira langsung mengetuk pintu. "Permisi, Bu, ini ada berkas dari bu Marwah," Kaira membetitahu Bu Elda. Wanita itu menyuruh Kaira meletakan berkas itu di atas meja kerjanya. Namun, saat ia melangkah. Gadis itu bertemu dengan Kelvin dan Panca. Seperti ada sesuatu di antara mereka. Tidak lupa dengan kedua orang tua yang sedang duduk berdampingan dengan mereka.
Kelvin hanya menunduk, sedang Panca, lelaki itu mencoba terlihat tenang. Kaira tidak punya alasan untuk menetap di tempat itu terlalu lama, ia pun segera berpamitan. "Bu, kalo gitu, saya pamit dulu ya," ucapnya.
"Oh, ya, Kaira. Kamu bisa tunggu di depan sebentar? Ada yang ingin Ibu bahas," ucap Bu Elda, sebelum Kaira memutuskan untuk pergi.
"Baik, Bu," balasnya. Gadis itu pun melangkah keluar ruangan. Duduk di depan ruang kerja Bu Elda, yang tersedia kuris di sana. Sambil menunggu, Kaira mengayunkan kakinya. Tak lama kemudian, orang-orang yang di dalam tadi keluar. Tapi, betapa terkejutnya Kaira, melihat Kelvin mendapatkan kekerasan. Sedangkan Panca, lelaki itu hanya mendapatkan nasehat, walaupun dari raut wajah ibunya terlihat kecewa.
"Anak gak tau diri, kamu di sekolahin biar pintar. Bukannya bikin malu kayak gini, percuma aja Papah jadi donatur di sekolah ini, tapi punya anak bodoh kayak kamu!" pekikan itu terdengar.
Kaira yang tidak suka ada kekerasan, gadis itu pun menghampiri mereka. "Maaf Pak, saya lancang. Bukan saya mau ikut campur, tapi, alangkah baiknya. Masalah pribadi, diselesaikan di rumah. Kasian, jika Kelvin diliatin banyak orang," saran Kaira. Namun, pria paruh baya itu tidak ingin mendengarkannya. Ia malah memarahi Kaira.
"Ini bukan urusan kamu, jadi kamu gak usah ikut campur. Kalo kamu berani ikut campur. Saya bisa suruh pihak sekolah keluarin kamu dari sekolah ini!" Bentakan itu, membuat Kaira terkejut. Gadis itu mundur satu langkah ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pahami Aku! (End)
Teen FictionWarning ⚠️ bijaklah dalam membaca! Sebelum baca, alangkah baiknya follow akun aing terlebih dahulu, terima kasih 🤗 Bagaimana jika seorang gadis memiliki mimpi untuk hidup bahagia. Namun, ia malah menyimpan banyak luka. Kehidupan yang ia alami, tida...