33. Perasaan

46 1 0
                                    

1 tahun kemudian

Sekian lama, akhirnya Kaira bisa kembali ceria lagi seperti dulu. Saat lulus SMA, Kaira memutuskan untuk melanjutkan kuliah. Dengan jurusan yang ia dambakan dari dulu.

"Kaira, ayo cepat sarapan. Nanti kamu telat ke kampusnya," suara Mamah mengisi ruangan yang sunyi menjadi mengema.

Mendengar suara Mamahnya, Kaira lekas siap-siap. Gadis itu berlarian, sampai ia tidak melihat ada kakaknya yang sedang berjalan.

"Aw, Kaira. Pelan-pelan dong, lo nabrak gue kan," omel sang kakak.

"Sory, Kak. Gue gak sengaja," maafnya.

Maira hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan adiknya.

"Mah, buatin Kaira roti dong. Kalo makan nasi, gak keburu," pintanya.

Mamah lekas mengoleskan selai coklat ke roti, lalu ia berikan kepada putri bungsunya. "Nih, pelan-pelan makannya, nanti kamu keselek," peringat Mamah.

Kaira hanya mengangguk dan melahap roti itu dengan habis. Setelah selesai, ia meneguk segelas susu putih, dan langsung bergegas pergi.

"Mah, Pah, Kak. Kaira pamit dulu ya, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumssalam, hati-hati," teriak Mamah.

"Kaira ini, selalu aja terburu-buru," ucap Papah.

"Biasalah Pah, namanya juga Kaira. Dari kecil juga, dia aktif banget kan," balas Mamah.

Mira hanya diam dan menikmati sarapannya.

***

Sedangkan Kaira, gadis itu mengendarai motor kembali. Setelah 1 tahun tidak membawanya, akibat kecelakaan yang ia alami dulu. Membuat dirinya tidak boleh mengendarai motor lagi. Tapi, Kaira adalah gadis yang keras kepala. Baginya, larangan adalah perintah.

Sampainya di kampus, Kaira langsung memarkirkan kendaraannya. Lalu, gadis itu masuk kelas. Ketika hendak menuju kelas, ia bertemu dengan sahabatnya.

Astrid, gadis itu masuk ke universitas yang sama dengan Kaira. Namun, dengan jurusan yang berbeda. Tetapi keduanya tetap selalu bersama.

"Ra," panggil Astrid.

"Eh, elo. Tumben udah datang?"

"Emangnya gue elo, waktu SMA aja lo rajin masuk pagi, walaupun kadang masuknya pas mepet bel sih," Astrid kembali mengingatkan mereka pada masa SMA dulu.

"Ah, elo. Malah diingatin. Jadi kangen deh gue, dulu seru banget ya," ucap Kaira.

"Iya, sekarang seru juga sih. Tapi gak kayak dulu, dulu gue punya teman debat yang selalu bikin emosi."

"Hasan? Omong-omong ke mana ya dia? Setelah lulus gue gak pernah kabaran lagi sama dia," ujar Kaira.

"Gak tau, mungkin dia kuliah di universitas lain. Ah, udahlah masuk kelas yok. Entar telat." Ajak Astrid.

"Yok, nanti jam istirahat ketemu di kantin ya," balas Kaira.

Astrid mengangguk paham. Mereka pun pergi ke arah yang berbeda.

Ketika baru sampai kelas. Deru handphone Kaira berdering. Sebuah panggilan dari 'Bani' sudah lama lelaki itu tidak menghubunginya.

"Bani, tumben. Kenapa ya?" Tidak ingin berlama-lama lagi, Kaira segera mengangkat telpon itu.

"Hallo, Ban. Ada apa? Kok tumben nelpon pagi-pagi gini."

"Hai, Kaira. Apa kabar? Gue harap lo baik-baik aja ya. Oh, ya. Nanti siang kita bisa ketemu gak? Ada hal penting yang pengen gue omongin sama lo."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pahami Aku! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang