Setelah rapat dari OSIS, Kaira ikut berkumpul bersama Bani dan kedua temannya. Gadis itu hanya diam, ketika teman-temanya ngobrol. Heru yang menyadari diamnya Kaira, lelaki itu langsung menegur Kaira. "Ra, lo kenapa? Dari tadi diam aja, ada masalah lo?" Mendengar suara Heru, Bani dan Hasan langsung menatap ke arah Kaira.
Kaira menyadari suara Heru, gadis itu menatap Heru. "Gak, gue bingung aja mau bahas apa," balasnya.
"Gue kan lagi bahas festival sekolah Ra, berarti lo gak dengerin gue?" tanya Heru.
"Lah, tadi kan udah rapat kita. Emang apalagi yang mau dibahas?"
"Banyak sih, tapi udahlah. Nanti aja, masih punya waktu ini," balas Heru. Mendapatkan respon seperti itu, Kaira mengerutkan keningnya.
Kembali hening, sampai akhirnya suara Hasan menyadarkan mereka dari lamunan. "Woi, daripada diam aja. Mending ke kantin, bentar lagi bel istirahat juga bunyi," sarannya.
"Gaklah, tunggu bel aja. Gue gak mau ngelangkar peraturan sekolah," balas Kaira.
"Huf, emang susah ngajakin lo," gumam Hasan.
Mereka berempat masih diam, tidak ada pembahasan lagi. Sampai seseorang berdecih kepada Kaira, itu rombongan Kelvin. Mereka itu sangat sulit diatur, mereka selalu bolos di jam pelajaran.
"Buset, katanya anak OSIS, tapi kok malah nongkrong di samping perpus," sindir Kelvin.
"Capek jadi anggota OSIS kali, Kel, makanya mau bolos dulu. Kali-kali ya kan," sahut Panca.
Kaira menatap mereka, gadis itu beranjak dari duduknya. "Mau kalian itu apa sih? Gak bisa apa, diam sehari? Gak usah ikut campur sama urusan orang, bisa gak?"
Kelvin tersenyum remeh. "Gak bisa, soalnya lo terlanjur masuk ke dalam hidup gue. Lo kan, yang mulai duluan," ucapnya. Kaira diam, malas meladeni Kelvin. Gadis itu pun beranjak pergi dari tempatnya.
"Ra, mau ke mana?" tanya Bani.
"Mau ngilang, gue malas berurusan sama orang gak penting," balasnya.
Setelah kepergian Kaira, Bani dan kedua temannya memilih untuk masuk kelas. Meskipun, jam istirahat 2 menit lagi. Mereka lebih baik menghindari Kelvin dan teman-temanya, daripada harus berurusan dengan mereka.
Sedangkan Kaira, gadis itu tidak masuk ke dalam kelas, ia memilih untuk duduk di taman. Saat sendirian, bayang-bayang kalimat kakaknya terlintas, sudah 1 tahun kakaknya pergi. Dan belum kunjung kembali. "Lo di mana sih kak? Gue tau, lo benci banget sama gue, tapi, bukan dengan cara, lo pergi dari rumah, lo nyelesainnya. Setelah lo pergi, gue jadi serba salah. Seolah-oleh, lo pergi karena gue," gumamnya. Mengingat tentang kepergian kakaknya pada malam itu, di tahun 2017 silam.
Tapi, ketika Kaira duduk sendiri, Kaira melihat seorang gadis tengah menangis di pojok taman. Dengan rasa penasaran, Kaira menghampirinya. "Tuh, cewek kenapa ya?" Kaira berjalan pelan, menghampiri sang empu. "Hei, kenapa?" tanya Kaira.
Gadis itu mendongakkan kepalanya. "Ngapain lo di sini?" sinisnya. Walaupun begitu, Kaira tetap menghampiri gadis itu, mendekatinya.
"G-ue, gue nyamperin lo. Karena, gue gak sengaja ngeliat lo nangis," jelas Kaira. Gadis itu masih menatap Kaira dengan tatapan sinis. Namun, Kaira yang mendapatkan tatapan itu tidak peduli. Ia malah duduk di samping gadis itu. "Gue, Kaira, anak 12 IPS 3." Kaira menjabatkan tangannya.
Gadis itu hanya menatap Kaira, tanpa ingin membalas jabatan tangan Kaira. Meskipun tidak dapat respon, Kaira tersenyum. "Lo ada masalah? Mungkin, kalo, lo cerita, gue bisa bantu," ucap Kaira.
"Alasannya apa, gue harus percaya sama lo?"
"Gak ada sih, tapi gue bisa kok jadi pendengar lo," balas Kaira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pahami Aku! (End)
Teen FictionWarning ⚠️ bijaklah dalam membaca! Sebelum baca, alangkah baiknya follow akun aing terlebih dahulu, terima kasih 🤗 Bagaimana jika seorang gadis memiliki mimpi untuk hidup bahagia. Namun, ia malah menyimpan banyak luka. Kehidupan yang ia alami, tida...