10. Kembali Berulah

17 2 0
                                    

Hari ini, adalah jadwal piket Kaira. Gadis itu datang lebih awal, untuk mengecek para siswa-siswi yang datang terlambat. Perannya benar-benar seperti guru BK, Bu Elda, sebagai guru BK sekaligus pembimbing OSIS. Menyerahkan tanggung jawab untuk membantunya bertugas kepada Kaira, karena gadis itu sangat bisa diandalkan.

"Kaira, tolong kamu awasin ya. Nanti, kalau ada yang telat. Segera lapor ke Ibu," ucap Bu Elda, sebelum ia memutuskan pergi ke kantor.

"Siap Bu," balas Kaira.

Waktu sudah menunjukan pukul 7.15, di mana pintu gerbang akan ditutup. Meskipun anak-anak SMA Delima mulai belajar pukul 7.30. Kedisiplinan harus diketatkan. Saat Kaira hendak masuk ke kelas, ia melihat sosok Kelvin dan teman-temannya dipintu gerbang belakang. Kaira pun menghampiri mereka. "Kalian mau bolos ya?" Suara Kaira membuat mereka berhenti.

"Sial, cewek ini lagi. Kenapa sih, dia ada di mana-mana?" gumam Kelvin pelan, namun gumamnya itu masih bisa Panca dengar.

"Jangankan elo, Kel, gue aja bingung. Dia manusia atau hantu sih?" celetuk Panca.

"Kalian gak usah gibah, kalo dia dengar abis kalian. Kita telat juga gara-gara lo, Nca. Lelet banget jadi cowok," kesal Julio.

Kaira mendekat ke arah mereka, mengintrograsi ketiga laki-laki itu. "Kalian mau bolos kan?"

Kelvi langsung membantah tuduhan Kaira. "Gak, kita cuman telat datang. Lo gak usah sok tau jadi orang, senang banget ikut campur urusna orang lain. Harusnya lo urus diri lo sendiri."

Kaira dibuat geram dengan tingkah Kelvin, lelaki itu sudah sering kali mendapatkan peringatan. Tapi, ia tidak ingin berubah juga. "Heh! Gue gak ikut campur, tapi ini tugas gue. Kalian bertiga ini, bisa gak sih, gak usah bikin ulah terus? Gue bosan, harus berhadapan sama kalian terus," kalimat Kaira mampu membuat ketiganya terdiam. Namun, suara Panca terdengar di antara mereka.

"Ya, kalo lo bosan. Gampang kok, lo tinggal biarin kita masuk. Terus, lo masuk kelas, dan gak usah berurusan sama kita lagi, sama gak usah peduli tentang kita," ucapnya. Kaira melotot, bola matanya membesar, wajah sangarnya membuat ketiga lelaki itu bergedik ngeri. "Anjir, serem banget nih cewek," gumam Panca pelan.

"Kalo bisa gitu, udah gue lakuin. Kalian ngerti gak sih, punya tanggung jawab yang besar. Terus, harus dilaksanain? Kalo dibilang capek, ya capek banget. Tapi, itu udah jadi tanggung jawab gue. Gue tau, kalian kayak gini karena butuh perhatian," ungkap Kaira.

Julio jadi merasa bersalah pada gadis di hadapannya. Julio tahu, tugas OSIS itu berat, apalagi harus berhadapan dengan kenakalan para siswa-siswi sekolah. Bahkan, waktu istirahat mereka sedikit. "Udahlah, kita jalani hukuman kita aja. Lagi pula, kita yang salah. Karena udah terlamat masuk," ujar Julio. Tentu saja, kalimatnya membuat kedua temannya heran.

"Jul, lo gak lagi kerasukan setan sekolah kan?" tanya Panca takut.

Julio menoyor kepala Panca, entah mengapa, lelaki satu ini. Sulit berpikir positif, pikirannya selalu negatif. "Gaklah, lo gak usah ngaco ya, Nca.  Makanya, jangan kebanyakan nonton film horor lo, otaknya jadi ngaco gini kan," protes Julio.

Kaira masih menatap ketiga laki-laki itu, sampai suaranya terdengar. "Kalian mau ngelaksanain hukuman dengan cara baik-baik, atau adu argumen dulu? Jujur, sebenarnya gue capek banget, selalu ketemunya kalian. Jarang banget ketemu anak yang lain. Tapi, gue juga bisa paham. Setiap orang butuh perhatian, dengan cara melakukan sesuatu yang menurutnya bisa mendapatkan perhatian yang sempat hilang," ujar Kaira.

Kelvin mengambil tasnya yang berada di bawah. Ia pun memulai langkahnya, ia menyetujui hukuman dari Kaira, daripada harus berdebat dengan gadis itu. Namun, sebelum ia benar-benar pergi, Kelvin melontarkan kalimat, yang mampu membuat Kaira terdiam. "Ngoceh mulu lo, ngasih nasehat ini, itu. Udah kayak konsul ke pisikiater gue," ucapnya.

Pahami Aku! (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang