Kaira tidak memperdulikan kalimat Ahwan. Gadis itu duduk di samping Ahwan, ayunan yang kosong. Sambil mengayunkannya, ia menatap ke arah depan. Namun, mulutnya mengajak Ahwan bercerita, meskipun sang empu selow respon.
"Wan, tau gak. Dulu, pas Kakak masih seumuran kamu. Kakak suka banget main ayunan, tapi Kakak gak pernah mau main ayunan kalo gak ada temannya."
Ahwan menatap Kaira, sedangkan Kaira masih fokus menatap depan. "Kenapa gak mau?" Ahwan seperti tertarik mendengarkan kisah Kaira.
Kaira memalingkan wajahnya, menatap Ahwan. Tatapan itu bertemu, seperti ada sebuah luka yang ingin sekali mereka bagi. "Karena Kakak takut sendiri, takut gelap, tapi Kakak suka hujan," balas Kaira.
Ahwan tidak membalas kalimat Kaira lagi, ia pergi dari tempatnya. Meninggal Kaira sendirian di sana. Tanpa sepatah kata pun yang ia ucapan.
Kaira menatap kepergian Ahwan, sedikit kesal dengan tingkah anak laki-laki itu. "Ih, kenapa sih, cowok itu rata-rata ngeselin banget. Lagi ngomong juga, malah ditinggalin," kesalnya. Tak ingin larut dalam kekesalan, Kaira pun menghampiri Heru yang berada di dalam.
Saat sampai di sana, sosok pertama yang ia lihat, ialah; Ahsila yang sedang bermanja-manjaan bersama Heru. Kaira pun menghampiri mereka.
"Hai, lagi pada ngapain?" Heru yang menyadari suara Kaira, lelaki itu lekas menghentikan aktivitasnya.
"Eh, elo, Ra. Gimana? Udah selesai ngomong sama Ahwan?"
"Udah kok, cuman ..., ya gitu, dia cuek banget. Kayak elo, kalo lagi di sekolah," balas Kaira.
Ahsila hanya menatap dua orang dewasa itu berbicara.
"Dih, kok gue sih. Kan gue udah bilang, Ra awas dicuekin. Lo sih, ngeyel," timpal Heru.
Kaira tidak menghiraukan Heru lagi. Kini, tatapan gadis itu jatuh kepada Ahsila. Ia menatap gadis kecil di hadapannya. "Hai, Sila. Kamu gak main sama Ahwan?"
Ahsila menggeleng. "Enggak, Kak. Dia gak suka diganggu. Apalagi kalo dia lagi gambar," balas Ahsila.
"Loh, bukannya kalian kembar ya? Setau Kak Kaira, kalo kembar itu. Selalu bareng, gak berjauhan," ucap Kaira. Ahsila hanya tersenyum simpul. Ia tahu tentang itu, banyak orang yang mengatakan hal itu. Tapi, Ahwan dan Ahsila berbeda.
"Mungkin banyak yang bilang gitu, Kak. Tapi, Sila sama Wan beda. Dia gak suka digangguin sama Sila," jelas gadis kecil itu.
Kaira diam, ia tidak bisa menjawab apa pun lagi. Sampai akhirnya, Heru memecahkan keheningan itu. "Eh, daripada diam aja. Mending kita samperin Ahwan, biasanya dia lagi gambar di taman belakang, jam segini."
Mereka bertiga pun menghampiri Ahwan, sosoknya duduk di bawah pohon yang rindang. Terlihat jelas, di atas kertasnya, terlukis sebuah pemandangan yang indah. Pintar sekali ia mengambar.
"Ahwan," panggi Heru. Ahwan pun menoleh kesumber suara, saat melihat ke belakang. Sosok Heru beserta Kaira dan Ahsila berada di dekatnya.
"Ada apa Kak?" balasnya. Namun, fokusnya masih pada lukisannya.
"Kamu sendiri aja? Kok gak ajak Sila?"
Ahwan menghentikan aktivitasnya. "Sila itu reseh Kak, dia selalu ngancurin apa yang Ahwan lukis. Jadi, lebih baik sendiri daripada sama Sila, si biang kerok," balasnya. Mendengar kalimat yang Ahwan lontarkan, membuat Kaira tertawa. Aksi itu mendapat tatapan dari Ahwan dan Heru.
"Kak Kaira, ketawa ada yang lucu?" tanya Ahwan. Sontak Kaira menghentikan tawanya.
"Enggak, cuman ekspresi kamu yang lucu," balas Kaira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pahami Aku! (End)
Teen FictionWarning ⚠️ bijaklah dalam membaca! Sebelum baca, alangkah baiknya follow akun aing terlebih dahulu, terima kasih 🤗 Bagaimana jika seorang gadis memiliki mimpi untuk hidup bahagia. Namun, ia malah menyimpan banyak luka. Kehidupan yang ia alami, tida...