Mereka pun langsung menuju ruang OSIS. Di sepanjang jalan, Heru terus menatapi Kaira. Namun, gadis itu seolah tidak melihatnya.
Saat Hasan dan Bani jalan lebih dulu. Heru bertanya pada Kaira. "Ra, lo kenapa? Ada yang sakit?" Mendengar kalimat itu, membuat Kaira menatap Heru. Gadis itu melemparkan senyum pada lelaki itu.
"Gue baik-baik aja, emang gue kenapa?" pintar sekali ia menyembunyikan lukanya. Menutupinya dengan rapat, tanpa ingin orang lain tahu.
"Bohong, kata Bani, lo dipegang sakit. Coba sini gue liat," Heru memang keras kepala. Kaira tidak bisa berbohong padanya.
"Apaan sih, gak ada apa-apa. Udahlah, ayo, kita udah ketinggalan jauh tuh," alihnya. Gadis itu melangkahkan kakinya dengan cepat, mengejar Hasan dan Bani yang sudah jauh.
Sedangkan Heru, lelaki itu terus menatap bahu Kaira. Banyak teka-teki dalam diri Kaira, yang belum ia temukan jawabannya. "Ra, gue harap, lo lebih terbuka dari kemaren. Lo juga butuh pundak untuk bersandar, Ra. Bukan lo yang selalu jadi pundak untuk orang lain terus," gumam Heru. Entah dari segi apa, Heru tertarik dengan kisah Kaira. Kisah yang belum jelas tujuan ceritanya.
Heru pun menyusul mereka. Saat sampai di ruang OSIS, semua para anggota OSIS duduk bersila. Mendengarkan Bu Elda berbicara di depan. Memberikan arahan untuk kemajuan sekolah ke depannya.
"Baik, anak-anak. Sebelumnya, Ibu berterima kasih kepada kalian semua. Yang sudah banyak membantu Ibu, serta pihak sekolah. Kita harus disiplin, menuruti peraturan yang telah dibuat dari sekolah. Jika melanggarnya, ada konsukonsinya. Maka dari itu, Ibu ingin kalian ikut andil dalam program baru ini," ucapnya. Mereka semua hanya mendengarkan Bu Elda. Sampai ada yang bertanya.
"Bu, caranya kita cegah mereka gimana?" tanya gadis berambut kecoklatan, berkaca mata.
"Para guru sudah berdiskusi, jadi kami para guru. Menerapkan peraturan baru. Setiap pagi, para petugas piket, bagi anggota OSIS. Itu kan ada empat orang, dua dipintu gerbang. Duanya lagi, keliling minta absen. Jika di absen BK mereka pagi ada, setelah jam istirahat tidak ada. Maka akan di alpakan. Alpa lebih dari 3x akan mendapatkan sangsi," jelas Bu Elda.
"Em, Bu. Kalo kita nunggu anak OSIS yang lain. Gak semuanya bisa gerak, gimana kalo ketua, wakil, bendahara, dan sekretaris aja yang bertugas. Yang lainnya mantau Bu, nanti ada bagian gerbang belakang sekolah dan gerbang utama. Misal, tempat yang sangat sulit dijangkau anak-anak lain. Karena, setau saya. Biasnya, mereka yang sering bermasalah sering bolos ketempat itu," usul Yohan—salah satu murid yang selalu diandalkan juga. Selain Heru dan ketiga temannya.
Yohan, sangat pintar berbaur dengan para murid pembuat masalah. Ia akan bergabung dan bergaul, seakan-akan mengikuti jejak langkah mereka. Setelah ia mengetahui tempat-tempat bolos dan apa saja yang mereka lakukan, baru ia membuat tindakan. Cukup cerdik. Ia seperti seorang intel untuk sekolah.
"Saya setuju sama usul Yohan, Bu," ujar Heru.
"Oke, Ibu serahkan kepada kalian semua. Oh, ya. Ibu minta, bagi beberapa kelompok untuk mengerjakan tugas, untuk seksi mading tolong tempelkan peraturan baru di mading sekolah. Dan untuk seksi-seksi lainnya. Tuliskan artikel yang bagus untuk menarik listrasi sekolah kita. Heru, kamu sebagai ketua OSIS. Tolong bimbung teman-temannya," ucap Bu Elda.
"Siap Bu," jawab Heru tegas.
"Oke, rapat kita sampai di sini aja. Silahkan kerjakan tugas kalian. Kalau begitu, Ibu izin undur diri, permisi." Bu Elda melangkah pergi.
Beberapa orang masih berdiskusi di dalam ruangan, dan yang lainnya memilih untuk kembali ke kelas masing-masing.
Sedari tadi, Kaira hanya diam. Sampai akhirnya, Hasan memecahkan keheningan."Guys, gimana kita ngerjain tugasnya di rumah gue, sekali-kali ya kan main," ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pahami Aku! (End)
Teen FictionWarning ⚠️ bijaklah dalam membaca! Sebelum baca, alangkah baiknya follow akun aing terlebih dahulu, terima kasih 🤗 Bagaimana jika seorang gadis memiliki mimpi untuk hidup bahagia. Namun, ia malah menyimpan banyak luka. Kehidupan yang ia alami, tida...