Delapan : Lea Say Yes!

4.4K 408 18
                                    

Chapter  8 #Lea Say Yes#

**** 

Sesaat Dipta turut larut dalam godaan dari Leanetta. Jika tubuhnya tak bereaksi setelah disentuh dengan begitu intim oleh seorang wanita yang dari segi fisik sangat menarik mungkin dia akan segera memeriksakan diri. Namun dia segera menyadari jika dia adalah manusia waras yang beradab, yang tentunya lebih mendahulukan akan sehat dibandingkan insting dan juga nafsu. Meskipun sentuhan-sentuhan yang Lea berikan, nyaris membuatnya kehilangan akal sehat.

"Lea, sadar! Lihat saya, kita nggak boleh melakukan ini!" Dipta berusaha menyadarkan Lea, setelah lebih bisa menguasai dirinya.

Lea yang memang sedikit kehilangan akal sehatnya, menatap Dipta bingung. "Apa saya nggak menarik, apa saya nggak cantik?" rancaunya.

"Bukan, kamu cantik, kamu juga menarik."

Lea tersenyum tipis, lalu meringsek ke arah Dipta"Lalu kenapa? Atau punya kamu nggak berfungsi dengan baik?" ujarnya dengan tangannya yang dengan liar mengusap area sensitif milik Dipta.

Lagi-lagi Dipta merapalkan segala umpatan dalam hatinya, dia sudah susah payah menenangkan diri dan Lea dengan seenaknya membangunkan nalurinya lagi. "Nggak bisa, kalau gini terus gue yang bakal kalah." Dipta terlihat begitu betekad, dengan mudah dia mengangkat Lea seperti mengangkat karung beras, lalu membawa Lea ke kamar mandi dan tanpa ragu-ragu menyiram tubuh Lea dengan air dingin. "Kamu bilang kamu panaskan, sekarang udah dingin kan?"

Setelah hampir lima belas menit diguyur oleh air dingin hingga tubuh Lea sedikit memucat, Lea terlihat mulai mendapatkan kesadarannya kembali. Sialnya dia juga mengingat hal-hal gila yang baru saja dia lakukan pada Dipta, saking malunya dia bahkan ingin bersembunyi di lubang marmut.

"Sepertinya kamu sudah tenang, bersihkan diri kamu." Dipta menunjuk lemari gantung yang ada di sebelah wastafel kamar mandi. "Disana ada handuk bersih, kamu bisa pakai. Nanti saya taruh baju ganti kamu di kasur," ujar Dipta lalu pergi meninggalkan Lea yang sudah sepenuhnya sadar.

"Lea, lo gila!" umpatnya pada dirinya sendiri.

***

Butuh sekitar setengah jam, hingga Lea bisa keluar dari kamar mandi. Dia sedang mengumpulkan seluruh keberanian dari seluruh dunia, untuk menghadapi Dipta. Dia bahkan beberapa kali menjulurkan kepala keluar dari dalam kamar untuk memeriksa keadaan di luar. Lebih tepatnya, dia sedang mencari cara untuk melarikan diri. Namun sial saat akan mencoba sekali lagi, dia tertangkap oleh Dipta yang berdiri di depan pintu kamar.

"Sudah merasa lebih baik?" tanya Dipta datar, sedangkan Lea hanya mengangguk. "Kita bisa bicara di ruang tamu?" Lagi-lagi Lea hanya mengangguk.

Dipta berjalan mendahului Lea, dan gadis itu mengikutinya dengan patuh tanpa bertanya. Sekilas Dipta menyunggingkan senyum tipis, sebenarnya sudah dari beberapa saat lalu dia mengamati tingkah Lea yang cukup menggemaskan. Terlebih celana training hitam yang dilipat bawahnya karena kepanjangan dan hoodie yang benar-benar menutupi seluruh lekuk tubuh Lea, membuatnya lebih terlihat menggemaskan. Tentu saja, karena baju yang Lea kenakan adalah milik Dipta, Lea yang memiliki tinggi 169 cm dan berat 56 terlihat mungil saat berdekatan dengan Dipta.

Lea yang merasakan telah melakukan kesalahan fatal langsung berlutut saat Dipta sudah duduk di sofa dan menatap ke arahnya. "Saya salah, mohon maafkan saya," ucap Lea dengan kepala yang terus menunduk, tentu saja dia sudah kehilangan muka untuk menatap Dipta.

"Setelah yang kamu lakukan, kamu pikir saya akan memaafkan kamu dengan mudah?" tanya Dipta dengan nada datarnya seperti biasa.

Sebenarnya Lea sudah menduga, Dipta tak akan memaafkannya dengan mudah. "Apa yang harus saya lakukan agar bapak memaafkan saya?"

Your's Profesional WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang