Empat belas : Memiliki Seseorang.

4.9K 439 5
                                    

Haiii Gengsss!!! 

Long time no see. 

Setelah sekian purnama akhirnya bisa update juga. 

Semoga kalian suka. 

Happy reading ^^ 

**********

Pagi-pagi, Lea sudah disibukan dengan beberapa berkas yang harus diperiksa, dia telah benar-benar kembali ke rutinitasnya, setelah melewati hari libur yang terasa begitu panjang, karena banyak yang terjadi dalam dua hari. Bahkan ada kejadian yang merubah jalan hidup Lea secara total. Dia yang awalnya tidak pernah memikirkan pernikahan, tiba-tiba memutuskan menikah dalam waktu dekat. Terlebih dengan seseorang yang seklipun tak pernah dia bayangkan sebelumnya.

Perhatiannya teralih dari tumpukan dokumen itu saat sebuah pesan masuk ke ponsel pintarnya.

Jeoseung Saja

09:57

Jangan lupa nanti sore, ke studio foto.

Lea menghela napas, lalu mengetikkan balasan singkat yang mengkonfirmasi jika dia tidak lupa. Semalam, Dipta memberitahunya jika mereka harus mengambil foto untuk melengkapi dokumen yang akan diajukan ke kantor urusan agama. Gara-gara pria itu yang memutuskan pernikahan mereka seenaknya membuat semua harus diurus secepatnya, karena sudah tidak ada waktu lagi. Untuk alasan itu, Lea juga harus bekerja lebih cepat, agar bisa pulang tepat waktu. Dia bahkan merelakan jam istirahat siangnya dan makan di ruangannya sambil bekerja. Namun ketenangannya harus terganggu dengan kehadiran atasan menyebalkan yang kemarin nyaris melecehkannya, jika saja Dipta tak datang.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya dengan nada datar, dia memang tak berniat beramah-tamah.

"Anu ... masalah yang kemarin, tolong bisa kamu rahasiakan. Ah begini, jika sampai tersebar kamu sendiri yang akan rugi, apalagi dari rumor kamu akan segera naik jabatan, jika masalah ini tersebar, itu akan menghambat karir kamu," ujar pria itu tanpa rasa bersalah sama sekali.

Dia merasa sangat kesal mendengar penuturan pria itu, awalnya dia ingin melupakan saja kejadian itu, karena dia juga baik-baik saja, tapi melihat pria itu tak merasa bersalah sama sekali, justru berusaha menekannya dengan promosi kenaikan jabatannya, membuat Lea ingin memberi pria itu pelajaran.

Lea menatap pria itu sinis. "Ah kenapa saya harus takut rugi, saya itu korban dan Anda itu pelaku. Harusnya Anda meminta maaf, bukannya mengancam. Saya bisa saya melupakan kejadian itu, tapi saya nggak mau, saya maunya nuntut bapak. Jadi Anda, tidak usah repot-repot, tinggal duduk tenang dan menunggu surat panggilan dari penyidik kepolisian."

Pria paruh baya itu terlihat tak bisa menahan amarahnya, dia melayangkan tangannya ke arah Lea, tapi dengan mudah Lea menahan tangan pria itu lalu menendang lututnya hingga pria itu berlutut dan Lea mengunci pergerakannya hingga dia tak berdaya di depan Lea dan beberapa karyawan yang mejanya berada di depan ruangan Lea, karena pintu ruangannya terbuka.

"Lea lepaskan saya, kita menjadi pusat perhatian."

"Bapak pikir saya peduli!" Namun Lea tetap melepaskannya meski sedikit membuat pria itu tersungkur di lantai.

Pria itu bangkit dan menatap Lea penuh amarah. "Lihat saja Leanetta, kamu akan mendapat hasil dari mempermalukan saja dan kamu harus mengubur mimpi kamu tentang kenaikan jabatan atau apapun itu!" ancamnya lalu pergi meninggalkan Lea.

Lea membuang napas kesal setelah kepergian pria itu, tapi senyumnya langsung mengembang saat beberapa rekan kerjanya mengangkat jempolnya, menandakan jika Lea sudah melakukan hal benar. Memang sudah menjadi rahasia umum, pria itu sering mengganggu, bahkan melecehkan pegawai perempuan. Tekad Lea semakin kuat untuk memberi pelajaran pada pria itu. Akhirnya dia memutuskan untuk menunda pekerjaannya dan memilih ijin setengah hari.

Your's Profesional WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang