Lima belas : Wali Nikah

4.4K 404 33
                                    

Haiii Gengsss! 

Apa kabar kalian? 

Kangen aku nggak? 

Absen dulu sini. 

Happy reading ^^ 



Sesuai dugaan Lea, karir yang dia bangun dengan penuh darah dan air mata berakhir. Dia sarankan untuk mengundurkan diri, ya dia dipecat secara halus, karena telah membuat citra perusahaan memburuk. Meski kasusnya pun tak sampai menjadi viral, tapi cukup diketahui secara umum, hingga membuat perusahaan merugi. Parahnya tak sedikit pula dia mendapat gunjingan buruk, ini juga menjadi penyebab banyak korban pelecehan banyak yang memilih untuk diam, karena meski mereka adalah korban pasti selalu ada celah untuk menyalahkan mereka. Entah dari cara mereka berpakaian, cara mereka berbicara atau bahkan cara mereka beramah tamah, kadang mereka menjadi salah hingga menjadikan itu alasan mereka pantas untuk dilecehkan. Padahal mereka sama sekali tak bersalah, sang pelakulah yang salah.

"Saya pamit ya, maaf jika selama saya menjadi rekan kerja kalian, saya banyak salah dan juga terima kasih sudah menjadi rekan terbaik untuk saya, semoga kedepannya kalian semakin kompak," ujarnya setelah selesai membereskan barang-barangnya.

"Bu Lea, kami juga minta maaf, kalau selama ini kami banyak ngebantahnya dan terima kasih sudah banyak menutupi kekurangan kami." Anissa mengatakan itu dengan sedikit berkaca-kaca.

Lea tersenyum tipis. "Itu sudah menjadi tugas saya, jika ada yang kurang berarti ada yang salah dari saya dalam mengarahkan kalian. Sampai bertemu lagi, nanti kapan-kapan kita bisa ngopi bareng mungkin. Semangat ya kerjanya, saya pergi dulu." Setelah itu Lea melangkahkan kakinya pergi.

Dia sudah siap dengan semua ini, tapi saat melangkah keluar air matanya jatuh. Dia mengingat setiap jatuh bangunnya dalam menaiki tangga karirnya. Dimulai dari anak magang yang hanya disuruh fotokopi dan membeli kopi, marketing kontrak yang harus kejar target agar kontraknya diperbarui, hingga menjadi seorang senior manager, semua itu hilang begitu saja, karena seorang penjahat kelamin tak tahu diri itu.

"Kamu nangis?" tanya seorang wanita yang sibuk dengan tab-nya yang kebetulan satu lift dengan Lea tanpa Lea sadari.

Spontan Lea menghapus air matanya. "Bu Siska, selamat siang," sapanya.

"Jangan nangis, kamu sudah melakukan hal hebat. Perusahaan sampah seperti ini, terlalu beruntung jika memiliki karyawan seperti kamu!" Kata-kata Fransiska yang jauh dari kata lembut itu, justru menjadi hiburan untuk Lea. "Ini!" Dia menyodorkan kartu nama pada Lea.

"Ini apa Bu?" tanyanya bingung sambil membaca tulisan di kartu nama itu.

"Saya merekrut kamu secara pribadi, jika kamu sudah siap bekerja lagi. Btw ini hari terakhir saya," ujarnya lalu dia keluar dari lift saat sudah sampai di lantai yang dia tuju.

Lea masih tak percaya dengan apa yang baru terjadi, dia tak menyangka jika Fransiska telah mengundurkan diri, bahkan sudah menbangun perusahaanya sendiri. Bukan hal yang aneh memang, terlebih dengan kemampuan, pengalaman dan koneksi yang wanita itu miliki, bahkan justru aneh jika dia tetap bertahan di perusahaan yang katanya sampah ini.

"Sudah?" tanya seseorang yang setia menunggunya di depan gedung kantornya itu. Lea mengangguk. "Nangis lagi pasti?"

Lea mencebikkan bibirnya. "Sudah tahu masih saja ditanya," jawabnya ketus sambil meletakkan barang-barangnya di jok belakang mobil pria itu, lalu mendudukkan dirinya di sebelah kursi kemudi

Dipta menghela napas panjang, lalu menyusul Lea masuk ke mobil. Selama beberapa hari ini terus bersama untuk mengurus pernikahan mereka, dia sudah mulai terbiasa dengan gadis itu yang tiba-tiba menjadi ketus saat perasaannya memburuk. "Ya sudah, saya salah. Maaf karena sudah bertanya," ucapnya lembut.

Your's Profesional WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang