Lima : Unpridectable

6.5K 529 39
                                    

   Chapther 4 #Unpridectable#

**** 

Butuh sedikit lama hingga otak Lea bisa berfungsi seperti seharusnya setelah mendengar lamaran tiba-tiba dari mantan dosennya itu. Dibandingkan lamarannya, orang yang melamarnya yang lebih tidak terduga. Terlebih saat pria itu mengajaknya menikah, seperti saat pria itu mengingatkan dia untuk bimbingan skripsi. Lea tidak pernah menyangka akan dilamar dengan cara seperti ini. Dia memang bukan gadis yang memiliki khayalan lamaran romantis seperti di drama-drama yang dia tonton, tapi bukan seperti ini juga.

"Bapak nggak mungkin mabuk pagi-pagi gini kan?" tanya Lea memastikan kesadaran pria itu.

"Saya sadar dan saya juga tidak minum, haram," jawabnya diplomatis.

"Kok kaya orang mabok," gumamnya cukup keras, hingga saat sadar dia langsung membekap mulutnya sendiri. "Maaf, bukan maksud saya ngatain bapak, tapi aneh aja tiba-tiba ngajakin nikah." Lea langsung berusaha memperbaiki perkataannya.

"Nggak tiba-tiba kok, saya sudah mempertingkan sejak tadi pagi."

Rahang Lea nyaris jatuh saat mendengar perkataan Dipta. Bagaimana bisa sejak tadi pagi bukan sesuatu yang tiba-tiba untuk urusan pernikahan. Terlebih mereka tak lebih hanya orang asing yang saling tahu nama satu sama lain yang kebetulan pernah menjadi dosen dan mahasiswi. Ah, mereka juga terlibat hubungan profesional sebagai pacar sewaan dan penyewanya. 

"Saya menolak dan lebih baik bapak pulang, istirahat yang cukup. Sepertinya bapak terlalu banyak pikiran, jika gejalanya semakin parah lebih baik mencari bantuan ke psikiater," tolak Lea dengan tegas, bahkan cenderung kasar meski masih menggunakan bahasa yang cukup sopan yang digunakan pada orang yang dua belas tahun lebih tua darinya.

Bahkan setelah mengatakan itu dia langsung pergi meninggalkan Dipta yang masih mematung. Dia hanya menatap Lea yang pergi meninggalkannya dengan menggumamkan kekesalannya, tapi justru itu terlihat lucu dimata Dipta. Sosok Lea yang dia lihat saat ini persis seperti sosoknya saat masih menjadi mahasiswanya dulu. Gadis itu juga sering misuh-misuh setiap kali Dipta mengkritik skripsi Lea dan meminta dia untuk merevisi. 

"Kok lucu sih, jadi pengin lihat dia lebih kesel lagi," gumamnya sambil berusaha menahan senyumnya.

****

Perasaan Dipta langsung membaik setelah bertemu Lea, itu juga yang membuat dia semakin yakin untuk menjadikan gadis itu sebagai istrinya. Tentu saja itu terlalu dini untuk disebut sebagai cinta, hanya aja Leanetta memenuhi kriteria wanita untuk dijadikan istrinya. Secara fisik, semua orang akan mengakui gadis itu cantik, tapi dia juga pintar dan mandiri. Ya, Dipta menyukai wanita yang pintar.

"Tadi pagi mukanya kaya pakaian yang belum disetrika, sekarang kok kaya ada efek bunga-bunga gitu," sindir Nania yang memergoki Dipta senyum-senyum sendiri saat menaiki tangga menuju kamarnya di lantai tiga.

Dipta mengeluarkan ponselnya, lalu menunjukan rekaman singkat saat Lea berjalan sambil menghentak-hentakan kaki. "Lucu kan?"

"Itu Lea kan? Kalian udah balikan?" Nania memastikan jika dia tidak salah orang, karena dari penampilannya dia terlihat berbeda dengan Lea yang dia lihat di rumah waktu itu dan Lea yang ada di rekaman yang viral itu.

"Dia nolak aku Kak."

"Nolak balikan?"

Dipta menggeleng. "Nolak aku ajak nikah," jawabnya seolah tanpa dosa.

Nania langsung menatap tajam dan melihatnya dari ujung rambut hingga ujung jempol kaki, adik semata wayangnya itu. "Ini nih kalau otak cuma diisi dengan materi pembelajaran. Dipta adekkuh yang IQ-nya seratus lima puluh, cewek gila mana yang mau terima kalau dilamar dengan cara seperti itu. Udah gitu penampilan kamu juga gini, jangan bilang kamu cuma bilang ayo kita nikah, gitu?" Tanpa ragu Dipta langsung mengangguk yang membuat Nania langsung memegang tengkuknya. Sepertinya tekanan darahnya langsung naik gara-gara kelakuan adiknya itu. "Kalau kakak jadi dia, malah nggak mau ada hubungan lagi dengan kamu!" ujar Nania menyalurkan rasa jengkelnya.

Your's Profesional WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang