Haii Gengss!!!!
Selamat malam.
Aku kembali setelah sekian lama, terima kasih yang masih setia nungguin.
Happy Reading ^^
Nyatanya tidur sambil memeluk seseorang itu menyenangkan, ya meski sedikit sesak karena harus berebut oksigen di tempat yang sangat dekat. Hingga tiba-tiba dia merasa sedikit lega, dia meraba bagian bagian lain dari ranjang yang lain dan tidak merasa keberadaan suaminya. Perlahan matanya terbuka, hari masih terlalu pagi, bahkan jam di ponsel pintarnya baru tertulis 04:48. Tidak perlu usaha lebih, dia langsung menemukan sosok yang dicarinya. Pria itu terlihat baru menyelesaikan ibadah subuh, lalu saat menyadari Lea menatapnya dia berjalan menghampiri sang istri.
"Kok udah bangun?" tanyanya lembut.
"Kan udah pagi, lagi pula aku juga nggak pernah bangun siang tuh," jawabnya sambil mengikat rambutnya asal, lalu berjalan menuju kamar mandi.
Dipta hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah Lea, terlebih cara jalan Lea yang terlihat masih kurang stabil, karena baru bangun. "Dia masih terlihat sama seperti dulu," gumamnya, lalu dia mengambil tablet dari kopernya. Meski sedang mengambil cuti untuk pernikahannya, Dipta menyempatkan diri untuk memeriksa tugas yang telah dikirimkan oleh mahasiswanya.
Saat keluar kamar mandi, Lea melihat suaminya yang sedang fokus pada layar tabletnya. Dipta dengan kacamatanya dan wajah datarnya benar-benar sama mengingatkan Lea pada sosok Dipta yang sangat menyebalkan dulu. Tak ingin mengusik Dipta, Lea memutuskan menyeduh kopi untuknya dan juga Dipta sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Lea masih mengenakan baju tidur yang dipakai semalam, baju yang cukup minim, terlebih dia tak mengikat outer-nya dengan benar hingga saat dia cukup banyak bergerak membuat bagian lengannya sedikit melorot dan menampakkan sebagian sebagian pundaknya.
Tanpa Lea sadari, ternyata apa yang sedang Lea lakukan sudah mengganggu fokus Dipta, dia bahkan sampai meneguk salivanya dengan kasar. Dia memberanikan diri untuk mendekat, lalu memeluk Lea dari belakang, menenggelam wajahnya di ceruk leher istrinya dan memberikan beberapa cium, bahkan kecupan dan meninggalkan beberapa bekas kepemilikan di sana.
Lea yang terusik berbalik dan menatap suaminya. "Geli tau," protesnya.
"Kamu nggak suka?" tanyanya dengan suara yang cukup rendah.
"Suka kok," jawab Lea tanpa ragu, lalu tanpa diduga dia pendarat ciuman di bibir Dipta yang tentu saja disambut baik olehnya. Ciuman yang awalnya lembut, perlahan semakin membara hingga suara decapan mereka menggema memenuhi kamar itu. Tangan Dipta mulai menggerilya menelusuri setiap inci tubuh istrinya membuat Lea bergerak gelisah.
"Kamu sukanya kopi tanpa gula kan Mas?" tanya Lea yang menarik Dipta dari imajinasinya.
"Ah i-ya," jawabnya gagap.
Terlihat sekali jika Dipta salah tingkah, yang jelas dia sedang mengutuk dirinya yang telah membayangkan hal liar bersama istrinya. Dia merasa sebagai manusia munafik setelah mengingat kata-kata bijak yang dia katakan semalam, jika melihat tubuh istrinya yang cukup terbuka pikirannya menjadi sekacau ini.
"Lea, kamu kenapa pakai baju itu lagi?"
"Ah, sayang aja cuma dipakai tidur aja," jawabnya tanpa rasa bersalah sambil menyeruput kopinya.
"Tapi itu terlalu terbuka, sayang."
Lea tersenyum nakal, mengerti kemana arah pembicaraan Dipta. "Ahhhhh, terbuka ya?" Dengan jahilnya dia justru membuka baju luarnya menyisakan dress mini bertali spaghetti. "Padahal yang terbuka tuh gini," lanjutnya. Melihat wajah Dipta yang salah tingkah adalah hiburan tersendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your's Profesional Wife
RomanceBerawal niat baiknya untuk membantu sahabatnya, hidup Leanetta yang sudah tenang harus kembali jungkir balik. Semua dimulai saat Anantasia yang berprofesi sebagai pacar sewaan tiba-tiba terserang diare tepat sebelum janji temu dengan klien yang aka...