HAiiiii
Cukup lama ya, meski nggak lama-lama banget sih.
Kalian pasti capek ya nungguin aku?
Terima kasih sudah selalu setia nungguin aku.
Happy reading.
Akad nikah hingga resepsi yang sangat menguras tenaga berjalan dengan lancar, tapi rangkaian acara pesta pernikahan Lea dan Dipta belum usai, masih ada jamuan makan malam khusus untuk teman dekat dan keluarga kedua mempelai. Masih di hotel yang sama, hanya saja tempat jamuan makan malam dilakukan di restoran hotel tersebut. Suasananya terlihat hangat, kedua keluarga terlihat akrab satu sama lain, meski sebenarnya baru bertemu hari ini.
Dipta terlihat sedang menikmati obrolan menyenangkan dengan para sahabatnya, sementaara Lea hanya duduk diam sambil menikmati segelas lemon squash dingin. Sahabat-sahabatnya sudah pulang lebih dahulu, Lea sudah merasa cukup dengan kehadiran mereka di hari bahagianya dan tidak ingin menahan mereka lebih lama, terlebih mereka yang datang jauh dari luar kota. Mereka memiliki kesibukan dan tanggung jawab yang tidak bisa mereka tinggalkan.
"Kamu capek banget ya?" tanya Dipta lembut.
Hangat, itu yang Lea rasakan saat tiba-tiba Dipta merangkulnya. Lea menatap Dipta yang berdiri di sebelah kursi dia duduk. "Banget," jawabnya dengan nada yang cukup manja.
Dipta tersenyum, lalu mengusap pipi Lea lembut. "Ya udah istirahat aja dulu."
Lea menggeleng. "Nggak enak sama yang lain."
"Mau puding mangga nggak, tadi aku nyobain enak," tawarnya.
Senyuman mengembang di bibir Lea, bukan karena puding mangga yang suaminya tawarkan, tapi cara Dipta menyebut dirinya. Bukan lagi saya seperti biasanya, tapi aku. "Cie yang udah pakai aku," ledeknya dengan menekankan kata aku.
"Kamu nggak suka?"
"Suka, puding mangganya juga mau."
Dipta tak bisa menahan senyumnya, mendengar jawaban Lea yang sedikit tidak nyambung, tapi dia bisa memahami yang Lea maksudkan. "Tunggu sebentar aku ambilin," ujarnya yang dibalas anggukan oleh Lea.
Dari tempat dia duduk, Lea bisa melihat Dipta terlihat antusias mengambilkan makanan untuknya. Pria yang dulu terlihat lebih dingin dari es di kutub utara dan kaku seperti kanebo kering itu, kini terlihat begitu manis dan juga hangat. Tak lama kemudian dia kembali dengan membawa puding mangga dan sepiring buah-buahan yang sudah dipotong. Namun rupanya dia diikuti oleh sahabat-sahabatnya.
"Manis banget yang baru jadi suami." Abian menjadi orang pertama yang menggoda Dipta.
"Ini mah Dipta, lagi ngisi tenaga istrinya," timpal Ressa.
"Kalian tuh ya, nggak boleh gitu. Kalau cuma sama Dipta nggak apa-apa, tapi ingat candaan kalian bisa bikin istri Dipta nggak nyaman," tegur Adrian, diantara mereka Adrian memang yang paling dewasa, tidak seperti kelihatannya jika mereka bersama Dipta terkadang sedikit kekanak-kanakan.
Sedangkan sebenarnya Lea tak peduli dengan candaan para laki-laki, dia asyik menikmati puding yang dibawa oleh Dipta sambil sesekali memakan buah yang suaminya suapkan. Saat jamuan makan malam tadi, dia tak bisa makan dengan cukup, karena sibuk menjawab beberapa pertanyaan dan menanggapi candaan para orang tua.
"Lea, habis ini kamu istirahat saja biar aku saja yang ngurus di sini," ujar Dipta sambil mengusap puncak kepala Lea lembut.
"Memangnya nggak apa-apa?" Sebenarnya Lea memang sudah merasa sangat Lelah, tapi tak enak hati jika pergi lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your's Profesional Wife
RomanceBerawal niat baiknya untuk membantu sahabatnya, hidup Leanetta yang sudah tenang harus kembali jungkir balik. Semua dimulai saat Anantasia yang berprofesi sebagai pacar sewaan tiba-tiba terserang diare tepat sebelum janji temu dengan klien yang aka...