Tujuh : Bad Day Ever

5.9K 501 13
                                    

Chapter 7 #Bad Day Ever# 

Sudah lima hari, tapi Lea masih tak bisa melepas cincin itu dari jarinya. Seolah ada magnet yang melekat pada jarinya hingga cincin itu masih menempel dengan kuat. Dia ingin segera melepas cincin itu dan mengembalikannya pada sang pemilik, terlebih saat lagi-lagi videonya bersama Dipta menjadi viral. Jika yang pertama dia cukup menikmati, tapi kali ini dia merasa kesal pada orang-orang yang dengan seenaknya merekam dan menyebarkannya.

"Susah banget sih lepasnya! Apa gue minta tolong damkar ya," gumamnya sambil mencoba melepas cincin itu. "Ah enggak deh, cincinnya pasti mahal, bisa tambah miskin gue kalau nanti suruh ganti." Dia menatap lekat cincin yang melingkar di jarinya, setelah lelah mencoba melepasnya. "Cincinya juga cantik, sayang banget kalau di patahin."

Akhirnya dia memilih menyerah, lagi pula Dipta sudah berjanji akan melepaskannya setelah waktu satu minggu yang dia berikan selesai dan itu hanya tinggal dua hari lagi. Kabar baiknya, Lea masih belum berubah pikiran, meski setiap kali melihat buket dollar yang masih tergelak di nakas samping tempat tidurnya itu dia sedikit goyah. Dulu dia memang selalu bercita-cita menikah dengan pria kaya, tapi setelah bisa menghasilkan uang sendiri dia, pemikirannya sedikit berubah. Dibandingkan menikah dengan pria kaya, dia lebih ingin menjadi kaya.

Lea menghela napas berat saat melihat kalendernya. Dia membenci kenyataan jika ini adalah hari Jum'at dan akhir bulan, lebih tepatnya dia membenci budaya menyebalkan di mana para petinggi perusahaan akan berkumpul setelah pulang kerja, untuk sekedar makan malam bersama dengan dalih untuk mempererat hubungan satu dengan lainnya. Namun setelah beberapa kali ikut, itu hanyalah dalih untuk menekan para bawahan.

Sebenarnya Lea tidak ingin datang, terlebih untuk kali ini tempat yang mereka pilih adalah sebuah bar elit. Lea memang bukan perempuan polos yang tidak pernah menginjakan kaki di tempat seperti itu. Saat kuliah dia beberapa kali datang bersama teman-temannya. Namun kali ini berbeda datang bersama para atasan yang mayoritas laki-laki. Hanya ada tiga perempuan termasuk dirinya. Meskipun tidak suka, Lea tetap datang. Dia bertekad untuk setor muka, lalu pulang dengan berbagai alasan yang sudah dia rancang.

"Maaf saya terlambat," ucap Lea yang datang lebih terlambat dari yang lain.

Seorang pria paruh baya tiba-tiba menghampirinya dan merangkulnya. "Ah manajer pemasaran kita rupanya," ujarnya.

Lea berusaha melepas rangkulan pria itu. "Iya saya manajer pemasaran, Leanetta Anjani." Meski kesal, Lea berusaha untuk menahan diri.

"Anak muda memang manis ya, berbeda dengan berbeda dengan Bu Fransiska. Mungkin karena dia sudah mau memasuki usia empat puluh tahun dia jadi gampang marah. Alasannya mungkin karena dia kesepian, makanya bu cari pasangan, biar nggak kesepian," ujar pria lain yang juga datang ke tempat itu.

"Ah, mungkin Bu Siska nggak tahu, anak buah Anda memanggil Anda singa betina yang kesepian. Kalau Bu Siska butuh seseorang untuk menyalurkan kebutuhan hormon Anda, saya bisa kenalkan ke teman-teman saya. Jangan kesepian Anda pada bawahan Anda," timpal yang lainnya, kemudian mereka tertawa hal itu adalah hal yang lucu.

Lea melirik ke arah Fransiska yang terlihat sedang berusaha keras menahan diri, Lea memang sering mendengar orang-orang sering menggosipkan wanita itu. Namun mendengar langsung di depan yang bersangkutan benar-benar membuat Lea tidak tahan. Dia mengambil segelas wine yang tersaji di meja dan menuangkannya di atas kepala pria itu.

"Maaf tangan saya licin," ucapnya yang di akhiri dengan senyuman manis.

Pria itu terlihat sangat kesal. "Ah dasar!" umpatnya.

"Ah bapak kan nggak kesepian kan, harusnya nggak mudah marah dan tidak melampiaskan pada bawahannya." Kata-kata Lea benar-benar membungkam pria itu.

Pria hanya bisa menatap Lea tajam, setelah itu dia pergi untuk meninggalkan tempat itu. Sedangkan Lea tersenyum puas. Lea benar-benar membenci manusia sejenis itu. Seseorang yang bercanda dengan merendahkan orang lain tanpa tahu situasi yang terjadi.

Your's Profesional WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang