Haii Gengss!!!
Kembali lagi dengan calon orang kaya di masa depan hehehe.
Setelah menyelesaikan pertapaan, dalam rangka cari wangsit akhirnya berhasil update.
Happy reading ^^
Sepanjang perjalan pulang Lea hanya diam, tapi dalam pikirannya sangat berisik. Banyak hal yang dia pikirkan setelah mendengar kabar kehamilannya. Tanpa sadar tangannya terus mengelus perutnya yang masih sama seperti biasanya. Tak ada yang berbeda, tapi di sana sebuah kehidupan sedang tumbuh.
"Sayang, ayo turun," ajak Dipta saat mereka sudah di depan rumah mereka.
Terlalu sibuk dengan pemikirannya dia bahkan tak sadar sudah sampai. Dia mengulas senyum tipis pada suaminya. "Oh udah sampai ya mas?"
"Kamu kenapa? Ada yang nggak nyaman?" tanya Dipta yang menyadari jika istrinya lebih banyak diam.
"Aku baik-baik saja kok. Oh ya, Mas Dipta masih pusing?" Lea justru balik tanya pada Dipta sambil menyentuh kening suaminya.
Dipta meraih tangan Lea yang di letakkan di dahinya dan menggenggamnya lembut. "Aku tidak pernah merasa sebaik ini," tuturnya lembut. "Ayo masuk, yang lain pasti sudah nungguin," lanjutnya.
Dia menuntun Lea posesif, bahkan saat menolak dia tetap memaksa, padahal Lea baik-baik saja. Tidak seperti wanita hamil pada umumnya, sejauh ini dia belum merasakan gejala apapun. Namun pada akhirnya dia membiarkan Dipta melakukannya, dia juga cukup menikmati perlakuan suaminya.
Begitu masuk rumah besar itu, dia langsung disambut oleh pelukan ibu mertuanya yang kemudian bergantian dengan sang nenek. Bahkan ayah mertuanya juga pulang lebih awal. Mereka menyambut kabar kehamilan Lea dengan suka cita.
"Akhirnya sebentar lagi, rumah kita akan diramaikan oleh tangisan bayi," ujar eyang putri berbinar.
"Selamat ya sayang," ucap sang mama mertua.
"Makasih ma," balas Lea sambil memaksakan sudut bibirnya terangkat.
Berbeda dengan yang lain, ayah mertuanya justru memeluk putranya. "Selamat, kamu akan jadi ayah. Papa harap, kamu lebih memperhatikan istri kamu. Hamil itu tidak mudah, jadi kamu harus memaklumi jika istrimu akan sedikit berbeda dari biasanya." Sang papa memberi nasehat pada Dipta, sebagai orang yang sudah berpengalaman menghadapi wanita hamil. Lalu setelahnya dia meraih tangan menantunya. "Kamu hanya perlu menjaga kandungan kamu, jika butuh apa-apa kamu bisa bicara pada papa."
Ayah mertuanya memang sedikit kaku, yang membuat Lea masih merasa canggung dengan beliau. "Iya Pa, terima kasih," ucapnya.
"Kayanya Lea harus istirahat deh, Dipta bawa Lea ke atas dulu ya," ujar Dipta yang menyadari jika Lea terlihat kurang nyaman.
"Ah iya, Lea memang harus banyak istirahat. Terlebih dia baru ngurusin bayi gedenya," celetuk Nania sambil melirik adiknya.
"Lea ke atas dulu ya ma, pa, eyang, Kak Nia," pamitnya yang memang sudah merasa tidak nyaman.
Bahagia? Tentu saja dia bahagia, kehamilannya disambut dengan suka cita oleh semua anggota keluarga. Namun ada sudut hatinya yang merasa terbebani dengan semua ucapan selamat dan kebahagiaan itu. Terlebih semua ini terjadi begitu saja, dia bahkan belum menyiapkan apa-apa termasuk dirinya sendiri. Meski tak menunda, tapi dia masih merasa jika semua yang terjadi dalam hidupnya akhir-akhir ini terlalu cepat. Mulai dari pertemuannya kembali dengan Dipta, memutuskan menerima lamaran Dipta, menikah lalu jika dia hamil dan akan menjadi seorang ibu dalam waktu dekat.
"Bilang padaku, apa dia membuat kamu merasa terbebani?" tanya Dipta dengan lembut.
Lea lagi-lagi memaksakan dirinya untuk tersenyum. "Aku baik-baik saja, mana mungkin dia menjadi beban untuk aku, dia pasti sedih kalau dengar. Aku capek, aku istirahat dulu ya," jawab Lea yang jelas sekali jika wanita itu sedang berbohong, tapi untuk sementara waktu Dipta memilih untuk membiarkan istrinya merasa lebih tenang dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your's Profesional Wife
RomanceBerawal niat baiknya untuk membantu sahabatnya, hidup Leanetta yang sudah tenang harus kembali jungkir balik. Semua dimulai saat Anantasia yang berprofesi sebagai pacar sewaan tiba-tiba terserang diare tepat sebelum janji temu dengan klien yang aka...