Dua : Calon Mertua, Katanya

5.6K 465 24
                                    

Chapter 2 #Calon Mertua Katanya#

***** 

Awalnya, Lea pikir mereka akan bertemu dengan orang tua Pradipta di restoran itu. Namun rupanya, Dipta membawa Lea ke rumahnya. Lea sedikit menyesal, harusnya dia pesan beberapa menu, karena belum tentu dia bisa masuk ke restoran ini lagi nantinya. Mereka sampai di sebuah rumah yang besar sangat besar, hingga bisa disebut sebagai perumahan. Halaman depannya nyaris seluas lapangan sepak bola, yang ditanami berbagai bunga dan tanaman hias yang ditata dengan sangat cantik. Lea bahkan sampai terhipnotis beberapa saat.

"Mari, masuk!"

Lea tersentak saat Dipta tiba-tiba meraih tangannya dan menggandengnya tanpa aba-aba. "Kok gue deg-degan ya,"  batinnya lalu dia langsung bergidik ngeri. "Ah kayaknya gue masih phobia sama mahluk satu ini deh."  Namun yang paling mengerikan adalah saat pria itu tersenyum padanya. "Gila! Pak Dipta senyum, jangan-jangan besok kiamat."

"Kamu mau diam disini saja?"

"Ah, iya masuk pak."

Dia mengikuti Dipta dan membiarkan pria itu menggandeng tangannya, lagi pula menggenggam tangan masih dalam batas skinship yang diperbolehkan. Apalagi dia datang sebagai kekasih pria itu, jadi hal itu lebih wajar lagi. Bagian dalam rumah itu tak kalah indah dengan halamannya. Beberapa pekerja menyambut kedatangan Dipta, layaknya seorang putra mahkota yang disambut oleh dayang-dayang istana.

"Keluarga saya ada di ruang keluarga, saya akan mengikuti semua permainan kamu, jadi lakukan yang terbaik," ujar Dipta berbisik di telinga Lea, hingga mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang kasmaran.

"Baik Pak."

Seperti yang Dipta katakan, anggota keluarganya telah menunggu. Bukan keluarga besar, hanya ada nenek, ibu dan kakak perempuannya.

"Eyang putri, Mama, Kak Nania, ini Leanetta yang aku bilang mau aku kenalkan," ujarnya.

Tanpa diberitahu, Lea langsung menyalami mereka dan tak lupa mencium tangan mereka. "Saya Leanetta, pacarnya Mas Dipta," ujarnya, Ya dia mengubah panggilannya, tidak mungkin dia memanggil  'pacarnya'  dengan sebutan bapak.

"Ah, kamu kelihatan masih muda ya." Sang kakak perempuan adalah yang pertama berkomentar.

"Usianya dua puluh enam," ujar Dipta datar yang membuat tiga perempuan di keluarganya itu menunjukan keterkejutannya secara terang-terangan.

"Jadi kalian beda dua belas tahun?"

"Dia mahasiswaku dulu."

"Kamu gila Dipta, masa kamu pacari mahasiswa kamu sendiri. Dimana kredibilitas kamu sebagai pengajar!" omel sang nenek.

Lea mencoba tetap tersenyum, meski suasananya sedikit memanas, tujuannya adalah tidak mendapat restu, jadi semakin panas semakin baik. "Sebenarnya saya dan Mas Dipta, menjalin hubungan jauh setelah saya lulus, jadi tidak mempengaruhi kredibilitas Mas Dipta sama sekali," tutur Lea menjelaskan dengan lembut.

"Kalian tuh ya, masa tamu kita dibiarkan berdiri terus." Kini giliran ibunya Pradipta yang angkat bicara. Dia menghampiri Lea, lalu menggandengnya dan membawanya untuk duduk di sofa. "Dipta, kamu ambilin minum gih buat pacar kamu."

"Ya udah aku panggil Mbak Rini ...."

"Kamu sendiri yang ambil!" tegas sang ibu yang membuat pria itu mau tak mau menurutinya.

Suasana langsung mencekam untuk Lea, awan kecanggungan langsung menyelimutinya. Jika sudah dipisahkan begini pasti ada yang mereka bicarakan secara terpisah. Lea meremaas ujung roknya untuk mengalihkan rasa gugupnya. Dalam hatinya menjerit, "gila deg-degnya kaya beneran."

Your's Profesional WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang