Tiga : Theather in Live Action

7K 585 31
                                    

Chapter 3 #Theater in Live Action#

****

Hari-hari Lea berjalan dengan normal seperti biasanya setelah hari itu. Dia merasa lega, karena setelah seminggu tidak ada kabar dari Pradipta, sepertinya semua berjalan lancar seperti yang mereka rencanakan. Sejujurnya dia juga tak ambil pusing, karena dia juga sudah melakukan tugasnya dengan baik, hingga harus menjatuhkan harga dirinya dan juga masih banyak yang harus dia pikirkan dengan otaknya itu.

Mulai dari pelatihan karyawan baru, laporan penjualan akhir bulan, hingga rencana marketing bulan berikutnya sudah cukup menguras semua energi dan pikirannya. Tentu saja dia tidak mengerjakan semua sendiri, tapi tetap saja sebagai manager pemasaran dia bertanggung jawab memantau setiap pekerjaan bawahannya.

Tok ... tok. Lea mengalihkan perhatiannya dari layar komputernya, saat mendengar suara ketukan pintu ruangannya. "Masuk," ujarnya.

"Bu Lea, di lobi ada ibu-ibu yang nyariin," ujar Anissa asistennya.

"Siapa ya?" gumam Lea. "Ya sudah, saya turun dulu ke lobi. Makasih ya sudah memberitahu saya," ucapnya lalu bergegas menemui orang itu.

Sebenarnya di luar perkiraannya tentang orang yang datang menemuinya adalah Nastiti Hardjono—ibunya Pradipta, bahkan orang yang bersangkutan tidak memberitahunya. Namun dia teringat jika selama seminggu ini dia tidak mengecek pesan yang masuk ke nomor pribadinya, dia hanya fokus pada nomor yang dia gunakan untuk urusan pekerjaan. Sialnya, benar saja ada beberapa pesan dari Pradipta.

Jeoseung Saja

12 September 20xx

12:33

Ibu saya sedang menyelidiki kamu.

15 September 20xx

15:21

Ibu saya tidak menganggu kamu kan?

Hari ini

11:02

Ibu saya sedang menuju kantor kamu.

Lea langsung menyimpan ponselnya ke dalam saku outernya, dia memasang senyum ramah lalu menghampiri wanita paruh baya itu yang berpenampilan tidak terlalu mencolok, tapi sebagai orang yang sering diminta mencari hadiah untuk para nyonya besar dari atasannya dulu, dia tahu jika apa yang wanita itu kenakan bahkan melampaui gaji tahunannya.

"Loh kok tante repot-repot ke kantor Lea?" tanyanya dengan sikap sok akrabnya.

Wanita itu tak menjawabnya dia memindai penampilan Lea yang terlihat cukup berbeda dari minggu lalu saat gadis itu datang ke rumahnya. Dengan setelan formal berwarna navy dan kemeja putih, rambut yang diikat tinggi dan kacamata yang membingkai mata indah gadis itu, benar-benar memberikan kesan yang berbeda. Jika hari itu dia hanya terlihat cantik dan terkesan sedikit bodoh, tapi hari ini dia terlihat, cantik, elegan dan juga pintar. Apa lagi saat melihat jabatan yang tertera di ID card-nya

"Sekarang aku tahu, kenapa Pradipta tetap kekeh mempertahankan gadis ini," batinya.

"Tante, ada apa mencari Lea?" tanya Lea lagi.

"Apa kamu sibuk?"

"Banget. Tidak tante, kebetulan sedang jam istirahat," jawabnya penuh kebohongan, karena dia sendiri bertekad untuk makan di ruangannya, agar bisa sambil bekerja, karena pekerjaannya yang sedang banyak-banyaknya.

"Syukurlah, bisa kita bicara di luar sebentar?"

"Ah, bisa tante. Dekat kantor ini ada kafe, soalnya jam istirahat Lea cukup terbatas, nggak apa-apa kan?"

Your's Profesional WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang