Tiga belas : Luka di Sudut Hati.

4K 367 30
                                    


 Pernyataan cinta tersirat dari Dipta terus terngiang di kepalanya. Benar memang, pria itu tak secara gamblang mengatakan jika dia mencintai Leanetta, tapi dengan pria itu mengakui kekalahannya bahkan sebelum mereka melakukan pertaruhan itu, artinya dia sudah jatuh cinta. Lea ingin menanyakannya, tapi dia takut jika tebakannya itu tidak benar. Dia takut jika salah mengartikan.

"Lea, masih mau terus sama saya ya?"

Mendengar pertanyaan, Lea langsung tersadar dari lamunannya, sejak mendengar pernyataan dari Dipta, Lea memilih menutup bibirnya rapat-rapat. Tanpa sadar dia sudah sampai di depan apartemennya. "Ah iya, terima kasih udah nganterin."

"Terima kasih terus, bilang lain kan bisa," protes Dipta yang merasa bosan mendengar ucap terima kasih dari Lea.

"Terus saya harus bilang apa?"

"I love you, maybe ...."

Lea tersenyum geli, dia masih tak terbiasa dengan sosok Dipta yang seperti itu. "Ya sudah selamat malam, hati-hati nyetirnya."

"Kamu nggak nawarin saya mampir?"

Lea menggeleng. "Udah malam, kamu pasti capek, saya juga. Terlebih besok saya harus ke panti asuhan untuk mengambil beberapa dokumen pribadi."

"Ya udah, besok saya antar kamu?"

' "Nggak usah, saya bisa pergi sendiri ah ...." Lea menunduk. "Saya ingin pergi dulu, setelah besok kita akan sering bersama, jadi saya ingin pergi sendiri," lanjutnya lirih tapi masih bisa Dipta dengar.

"Oke, tapi kalau kamu berubah pikiran jangan sungkan untuk hubungi saya."

Lea mengangguk kecil. " Saya masuk dulu ya, Mas Dipta hati-hati nyetirnya," ujarnya lalu bersiap untuk membuka pintu.

"Tunggu, ada yang ketinggalan," ujar Dipta yang membuat Lea langsung memastikan barang bawaannya.

"Nggak ada kok Mas." Lea terlihat kebingungan, karena semua barangnya sudah dia masukkan ke dalam tasnya.

"Ini yang ketinggalan." Dipta tiba-tiba mendaratkan kecupan di kening Lea yang memuat gadis itu langsung membeku. "Udah sana masuk."

"Ah iya."

Lea yang masih salah tingkah dengan buru-buru meninggalkan Dipta yang membuat Dipta tersenyum lebar, Lea terlihat seperti robot yang sistemnya eror. Biasanya seorang Leanetta memang selalu terlihat tanpa celah, jadi Lea yang eroe seperti itu adalah pemandangan yang sedikit langka.

"Ah, kamu tetap terlihat menggemaskan seperti dulu."

***

Akibat ulah Dipta, semalaman Lea nyaris tidak bisa tidur, semalaman dia terus terbayang-bayang perlakuan Dipta padanya, yang berakibat lea yang seharusnya bangun pagi untuk pergi ke panti asuhan yang ada di pinggiran ibu kota, jadi bangun sedikit kesiangan. Dia segera bergegas, bahkan dia memilih tidak menggunakan riasan dan mengikat rambutnya asal.

Saat memasuki mobilnya, dia langsung disambut oleh wangi Dipta. "Astaga, kayanya gue gila deh, masa gue nyium wangi parfum Mas Dipta. Iya gue pasti gila, Lea sadar!" gumamnya sambil menepuk-nepuk pipinya, lalu dia segera melajukan mobilnya, karena takut terjebak macet jika berangkat lebih siang lagi.

Perlu waktu satu jam berkendara, untuk sampai di tempat Lea tumbuh besar, tempat yang tidak terlalu banyak memiliki kenangan indah, tapi bukan berarti dia memiliki kenangan buruk di tempat ini. Saat mobilnya berhenti di depan bangunan besar dua lantai itu, beberapa anak langsung menghampirinya. Dia cukup akrab dengan anak panti asuhan, karena setiap bulan dia memang rutin berkunjung.

Your's Profesional WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang