8. Video call

3.5K 230 7
                                    

Malam harinya saat teman-teman Audrey sudah kembali pulang, barulah Saskia muncul lagi di ruangan itu. Ia melihat Audrey tengah tertidur pulas dengan kening yang sudah mulai mencapai suhu tubuh normal. Saskia juga memeriksa bagaimana keadaan kaki gadis itu, dan syukurlah bengkaknya sudah mulai mengempes dan luka kebiruan yang ada di sana mulai memudar. Hasil pemeriksaan tentang tulang Audrey baru akan di bawa besok, jadi dia belum memastikan bagaimana keadaan Audrey yang sebenarnya.

"Udah liatin akunya?"

Saskia terperanjat kaget saat gadis itu tiba-tiba membuka mata dan mendapati dirinya tengah memandang gadis itu. "Siapa yang lihatin?"

"Kamu lah, masa hantu," jawabnya, masih dengan nada ketus. "Kenapa? Kamu jatuh cinta sama aku, ya?"

"Jangan harap," jawabnya, sembari duduk di sofa. Entahlah, Saskia bisa saja duduk di samping Audrey namun ia enggan melakukan itu. "Jawaban quiz kamu ngaco semua."

"Hellow? Kamu lihat sendiri kan gimana keadaan aku yang diinfus gini? Bisa pegang stylus pen juga udah mending, minimal ya dapet nilai tulis lah."

Saskia berdecak. "Sebelum-sebelumnya juga nilai kamu memang kecil, Audrey. Apa kamu enggak pernah belajar?"

"Bukan aku yang gak belajar, tapi tugas kamu aja yang kebanyakan," jawabnya sambil menggerutu dengan bibir yang mengerucut, imut. Saskia menggeleng kecil, untung saja gadis itu tidak menyadari bahwa sedaritadi Saskia masih memperhatikan setiap gerakan kecil yang dia lakukan. "Sebagai dosen harusnya kamu paham lah, mahasiswa juga punya kesibukan lain."

Sontak Saskia mengernyit heran. Di sini kan, dia yang jadi dosennya, kenapa malah Audrey yang memberi ceramah. "Sebagai mahasiswa seharusnya kamu paham lah, kalau dosen ngasih tugas itu untuk dikerjakan dengan serius biar nilai yang didapat bukan hasil cuma-cuma." Ia menyilangkan kedua tangannya di dada. "Saya jadi bertambah semangat untuk memberikan tugas setiap minggunya."

Audrey langsung menoleh dan menatap Saskia dengan tajam. "Apa?!"

"Biar mahasiswa saya bisa melakukan time management yang baik."

"T-tapi kan..."

"Siapa dosennya?"

"Kamu."

"Yang butuh nilai, siapa?"

"Mahasiswa."

"Sampai sini clear, kan? Untuk mendapat sesuatu kalian harus berjuang terlebih dahulu."

"Nyenyenye."

"Hey! Apa itu tadi? Kamu meledek saya?"

Audrey menggeleng. "Enggak! Udah ah aku mau tidur, ngomong sama kamu bikin kepala aku sakit."

Saskia tak ambil pusing, dia lantas memainkan ponselnya sampai suara ketukkan pintu terdengar dari luar. Ia beranjak kemudian melihat siapa yang ada di depan, ternyata seorang laki-laki seusia Audrey yang datang kemari. "Ada apa ya?"

"Saya pacarnya Audrey, Kak. Pengen ketemu Audrey, boleh?"

Pacar?

Memang, Audrey punya pacar? Kenapa selama ini dia tidak bilang kalau punya pacar? Setrlah menimbang sejenak, akhirnya Saskia pun membuka pintu lebih lebar dan membiarkan cowok ini masuk.

"Drey, kenapa kamu bisa sampe sakit kaya gini?" Audrey yang semula memainkan ponsel sontak menoleh dengan mata yang terkejut.

"Loh kamu ngapain ke sini?"

Saskia tidak ingin ambil pusing, dia memilih kembali duduk di sofa namun telinganya dipakai setajam mungkin agar tak melewatkan obrolan mereka.

"Aku denger dari Mario kalau kamu sakit, Drey. Makanya aku ke sini."

My Lecture is My Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang