Audrey memandang selembar undangan itu dengan perasaan aneh. Dia tidak menyangka jika timeline nya akan secepat ini, dari tunangan langsung sebar undangan, bahkan Najwa sendiri tidak memberi kabar apapun kepada yang lain, hanya Audrey seorang yang tahu namun dengan pesan kalau Audrey harus memberi kabar pada yang lain.
Di satu sisi ia merasa kasihan pada Najwa yang harus menghadapi keinginan ayahnya yang secara tiba-tiba, namun disisi lain Audrey juga merasa bersalah lantaran tidak bisa menemani Najwa dimasa sulit begini.
Audrey menghela napas. Disedotnya es kopi yang tinggal sedikit itu sambil membolak-balik kertas undangan tersebut, bahkan tidak ada foto mempelai di sana. Benar-benar dadakan sekali.
Hubungan dia dan Gea pun semakin merenggang. Keduanya tidak bertegur sapa sama sekali, bahkan Audrey terakhir bertemu dengan Gea saat Audrey tertidur di perpustakaan, setelah itu Gea tidak menghubunginya lagi. Bahkan, grup chat yang biasanya ramai pun kini sunyi sepi seiring dengan suasana yang terasa canggung diantara kelimanya.
Audrey menaruh gelasnya di meja saat mendengar suara seseorang sedang menggunakan sebuah mesin pemotong rumput di halaman belakang. Audrey bergegas menghampiri sumber suara, dan di sana ia melihat seorang laki-laki berusia empat puluh tahunan sedang membersihkan halaman belakang menggunakan mesin pemotong rumput, dan tak lama dari itu ia mendapati Saskia datang sambil membawa air minum serta makanan ringan diatas nampan.
Audrey yang penasaran pun mendekat pada Saskia.
"Kamu nyewa tukang kebun buat apa?"
Saskia menoleh pada Audrey. "Lahan kosong ini mau aku jadikan taman," balasnya.
"Oooh," Audrey manggut-manggut. Baru dia akan pergi lagi, Saskia malah kembali memanggilnya.
"Kamu tidak ada kerjaan kan? Lebih baik tolong saya mengerjakan ini," kata Saskia sambil menujuk tumpukan baru yang kotor dan berlumut. "Bawa kantung plastik dan masukan batu-batu itu ke dalam."
"Ih gak mau, kan itu kotor," Audrey enggan melakukannya. Dia tidak biasa menyentuh tanah begitu. "Kamu aja ah, aku bantu doa aja ya."
"Dih." Cibir Saskia. "Ya sudah sana jangan di sini," katanya, kembali pada mode jutek.
Audrey terkekeh kecil. Melihat ekspresi Saskia sekarang, dia pun dengan senang hati berjongkok dan ikut mengumpulkan batu krikil itu agar dataran tanahnya menjadi lebih halus. Audrey tidak tahu apa tujuannya namun yang jelas ia suka melakukan ini.
"Katanya gak mau."
"Istri aku yang minta, masa aku nolak sih?" bisiknya saat tukang kebun tadi sedang minum dengan jarak yang tidak cukup jauh dari mereka.
Pipi Saskia blushing tanpa alasan yang jelas, Saskia berusaha menyembunyikan kemerahan itu dengan mengalihkan pandangan agar tak berhadapan langsung Audrey, namun ia gagal saat gadis itu malah berganti posisi agar bisa melihat wajah Saskia yang sedang blushing. "Kamu beneran blushing?"
"Ini karena cuaca panas," Saskia pura-pura menyeka keringat.
"Panas apanya orang mendung gini."
Dan tiba-tiba ada suara petir bergemuruh di langit. Saskia merutuki jawaban konyolnya barusan.
"Kamu udah mulai suka ya sama aku?"
Saskia menggeleng tegas. "Saya susah suka sama bocil," ujarnya tanpa berani memandang Audrey.
Audrey malah kembali membisikkan kata-kata yang membuat Saskia salah tingkah. "Bocil-bocil gini tapi enak, kan?"
"Bahasa kamu tolong diperbaiki sebelum saya kasih nilai E." Ancamnya
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lecture is My Wife
ChickLit18+++ Menceritakan tentang Saskia Larissa, seorang dosen Prodi Akuntansi yang dijodohkan secara tidak sengaja dengan Mahasiswinya sendiri, Audrey Sheilla. Perjodohan itu membawa Saskia menemukan dirinya yang 'baru' setelah perasaannya mati selama be...