25. 🥀

2.9K 217 7
                                    

Aku udah di jakarta.

Audrey membaca pesan yang dikirimkan oleh Saskia dengan mata yang berkaca-kaca, ia segera meminta Mario mencarikan waktu penerbangan terdekat agar bisa segera menjelaskan semua kesalahpahaman ini kepada Saskia.

Dengan bantuan Mario akhirnya Audrey sudah kembali mendarat di Jakarta, ia segera pulang ke rumah dan tidak mendapati Saskia di manapun, bahkan taman belakang tempat favorit wanita itu nampak kosong. Audrey menghela napas, dia berusaha memberi kabar kepada Saskia namun pesannya cuma dibaca saja.

Audrey benar-benar frustrasi. Dia benar-benar tidak tahu harus melakukan apa sekarang. Saskia jelas menghindarinya. dan Audrey tidak tahu menahu Saskia akan pergi ke mana ketika marah begini.

Ia menghela napas, lalu duduk diatas tempat tidurnya sambil menunggu Saskia pulang. Berjam-jam lamanya, dan wanita itu belum juga menampakkan diri. Audrey mengambil dua potong roti yang terletak di meja karena perutnya kelaparan, lalu memakannya dengan perasaan gelisah karena Saskia tak kunjung pulang meski waktu sudah semakin larut.

Dua hari kemudian perkuliahan sudah di mulai kembali dengan normal, dan dua hari itu pula Saskia tidak pulang. Audrey sudah mulai hopeless, dia memang sedih, tapi dia juga kecewa dengan sikap Saskia yang begini kepadanya.

"Dia belum ngasih kabar?" Mario bertanya kepada Audrey yang sedang memutar-mutar minumannya menggunakan sedotan. Gadis itu masih terlihat gusar, sorot matanya sarat akan kekhwatiran pada Saskia yang tidak kunjung pulang selama dua hari ini.

Dengan lemah Audrey menggeleng, ia memperhatikan ponselnya sedaritadi namun tidak ada notifikasi dari Saskia.

"Udah jam sembilan! Gue harus buru-buru masuk kelas," Audrey membereskan barang-barangnya lalu bangkit dari kursi. "Lo nggak masuk?" tanyanya saat melihat Mario masih anteng bermain ponsel. Mario menggeleng lalu memandang Audrey sejenak.

"Perasaan gue gak enak diajar sama orang yang lagi galau," ucapnya, saat tahu jika hari ini merupakan jadwal Saskia mengajar.

"Tai lo," cibirnya. Lalu meninggalkan Mario sendirian di kantin.

Sesampainya di kelas, Audrey memilih duduk dibangku paling depan, dekat dengan meja dosen. Ia ingin melihat Saskia dari dekat, sungguh dia sangat merindukan istrinya itu. Entah sampai kapan Saskia akan marah, tapi yang jelas Audrey sudah benar-benar frustrasi dengan sikap menghindar dari wanita itu.

Dan sial, Saskia bahkan belum datang meski dia sudah ngaret setengah jam.

Brakkk!!!

Seluruh mahasiswa yang ada di kelas tiba-tiba menoleh ke arah Raka, ketua kelas yang baru saja masuk sambil membuka pintu dengan kasar. Mereka bertanya-tanya ada apa dengan Raka sampai terlihat begitu kesal setelah kembali dari ruang dosen.

"Tugas woy tugas!" ucapnya sambil duduk di kursi dosen untuk menjelaskan bagaimana detailnya. "Bu Saskia katanya gak masuk, tapi doi ngasih tugas bikin review artikel dari jurnal internasional, bikin dua puluh biji, selesaikan pas mata kuliah dia selesai. Dan harus tulis tangan!"

"Anjing tugas apaan itu bangsat?!" teriak salah seorang mahasiswa dari kursi paling belakang. "Masa tulis tangan sih?"

Satu kelas jelas protes, tapi tidak ada yang berani protes langsung ke dosen yang bersangkutan. Audrey menghela napas, ia menatap jemari letiknya sejenak sebelum mengerjakan tugas yang diberikan oleh Saskia. Pembalasan yang Saskia berikan sungguh merugikan banyak orang.

"Besok ajalah gue ngerjainnya," ucap salah satu temn kelas Audrey.

Tapi Raka membalas, "itu buat nilai perbaikan UTS. Harus selesai sekarang, kalo ga beres ya nilai lo otomatis C."

My Lecture is My Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang