6. Feeling Lonely

4.2K 304 7
                                    

"Kok ke sini?"

Begitulah yang pertama kali terucap saat mereka berhenti di depan sebuah pagar berwarna hitam yang hampir menutupi seluruh bagian depan rumah dengan satu lantai ini.

Audrey pun tidak menanggapi kebingungan Gea, dia turun dibantu oleh Najwa dan membuka kunci gerbang rumah Saskia. Beruntung sekali, Saskia tidak ada di rumahnya sekarang, jadi setidaknya Audrey bisa mengulur waktu agar teman-temannya tidak mengalami shock yang berlebihan saat tahu kalau Audrey tinggal satu rumah dengan dosen mereka.

"Eh sumpah ini rumah siapa anjing?! Kok bisa lo pindah tapi enggak bilang-bilang?"

Mulut Mario memang tidak bisa di rem, dia bahkan jauh lebih bawel dan ketiga perempuan yang bersamanya. Audrey memijat pelipisnya pelan, dia masuk ke dalam masih dibantu dengan Najwa dan meninggalkan Mario serta Gea dan seluruh pertanyaan yang ada di dalam isi kepala mereka. Sudahlah, Audrey terlalu lelah untuk menjelaskan semuanya sekarang.

"Ini kamar kamu?" Komentar Najwa terdengar lebih seperti ungkapan rasa tidak percaya. Yeah, bagaimana mungkin seorang Audey Sheilla yang hidupnya serba mewah kini tinggal di sebuah rumah dua lantai yang minimalis dan kecil namun tertata rapi dan tentu saja amat bersih. Najwa sangsi tak ada debu di sini mengingat barang-barang tadi begitu terjaga keadaannya. Namun, namun, kamar ini, lebih kecil dari kamar Audrey sebelumnya, tidak ada kamar mandi di dalam sini, bahkan televisi pun tidak ada.

Hanya ada ranjang, lemari, dan meja rias dengan perpaduan warna biru muda dan putih. Kamar ini memang lebih kecil namun yang Najwa suka, di sini ada tempat membaca yang langsung menghadap ke jendela dengan beberapa buku yang sudah tertata di rak kecil dekat ranjang. "Sejak kapan kamu suka baca?"

"Hah?" Audrey ikut mengarahkan pandangannya ke arah tumpukan buku yang ada di rak. "Itu ... properti doang," katanya sambil cengengesan.

Najwa mengangguk. "Sudah aku duga."

Yang jawaban itu membuat Audrey menghela napas. Selain polos, Najwa juga terlalu apa adanya jadi manusia.

"Lo jatuh miskin, Drey?" Gea datang dan tanpa ba-bi-bu bertanya hal yang konyol.

"Eh sumpah ya, mulut kalian lama-lama gue sumpel juga nih pake kaos kaki." Audrey melepaskan kaos kaki yang ia kenakan dan melemparnya ke sembarang arah hingga mengenai Gea.

"Ih jorok bangke," Audrey terbahak, namun sedetik kemudian dia meringis saat merasakan kakinya yang sakit.

Najwa yang menyadari akan hal itu lantas membantu Audrey menaikkan kakinya ke atas kasur. "Besok ke dokter aja ya, daripada kaki kamu kenapa-kenapa."

"Iya gue setuju sama Najwa, kaki lo kayanya parah. Emang anjing si Fanya, belom aja gue tendang tetenya."

"Gea, languange."

Gea seketika mingkem saat ditegur oleh Najwa.

Hal itu tidak luput dari perhatian Audrey. "Emang cuman Najwa yang bisa jadi pawang si Gea."

"Halo guys, gue tau kalian pasti haus kan."

Tiba-tiba Mario masuk dan membawa lima kaleng minuman soda dari kulkas dan beberapa cemilan yang ia dapat dari dapur kemudian meletakkannya di atas nakas. "Tumben amat lo punya cemilan kayak gitu. Emang sekarang Papa lo gak ngelarang lagi?"

Tapi, itukan punya Saskia. Baru tadi pagi gue liat dia masukin semuanya ke kulkas.

Audrey meringis, membayangkan bagaimana wajah masam Saskia ketika makanannya diganggu oleh teman-temannya.

"Sekarang, jelasin kenapa lo bisa tinggal di sini. Secara detail!" kata Gea. Dia duduk di atas karpet dan membiarkan Audrey serta Najwa duduk di atas kasur.

My Lecture is My Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang