5. Cedera

4.2K 276 4
                                    

Saskia menatap pintu kayu di depannya lamat-lamat, cukup lama tangannya naik turun antara mengetuk dan tidak mengetuk pintu itu. Saat tekadnya sudah bulat, tiba-tiba orang di balik pintu itu membukanya hingga membuat Saskia terkejut dan hampir hilang keseimbangan karena kakinya reflek mundur beberapa langkah. Orang itu memandang Saskia bingung. "Kamu kenapa?" tanyanya dengan wajah yang terlihat masih setrngah ngantuk itu. "Ahh minggir, aku enggak kuat!"

Dia berlari kencang menuju toilet yang berada di dekat dapur, dan Saskia pun tidak akan ambil pusing. Niatnya ingin menemui Audrey karena ingin meminta maaf atas perkataannya kemarin, namun melihat Audrey yang sepertinya baik-baik saja membuat Saskia mengurungkan niat itu.

Dia pun lantas kembali ke kamarnya untuk bersiap berangkat ke kampus, namun sebelum itu dia ke dapur dulu membuat sarapan untuk dirinya sendiri. Audrey datang dengan wajah yang lebih segar kali ini, pakaiannya pun sudah berganti menjadi casual dengan outer berwarna coklat yang membalut tubuhnya. Rambut panjang sebahu yang agak bergelombang itu ia gerai begitu saja, lantas duduk di depan Saskia sambil memandangnya lekat. "Aku enggak dibuatin sarapan juga?"

"Ini hanya mi instan, kamu bisa buat sendiri."

"Iya-iya, kamu kan emang gak sebaik itu. Jadi buat apa aku berharap banyak ke kamu ya?"

Apa?

Hey! Kenapa dia masih membahasnya? Batin Saskia lagi-lagi berkecamuk, dia kembali merasa bersalah pada Audrey. "Kamu ini ngomong apa?"

"Ngomong fakta," jawab Audrey tak acuh sambil bersiap hendak pergi. "Aku pergi," ucapnya sambil berlalu dari Saskia. Saskia menghela napas, kehadiran Audrey benar-benar mengganggu pikirannya.

***

"Saya akhiri kelas kali ini, untuk tugasnya jangan lupa dikumpulkan di meja saya paling lambat sore ini."

Lalu Saskia keluar dari kelas tempat ia mengajar tadi, saat dia hendak kembali ke ruang Dosen, tiba-tiba ada seorang mahasiswa laki-laki yang memanggil namanya. Laki-laki itu... Saskia ingat, dia yang kentut dikelasnya, kejadian yang bagi Saskia itu sangat amat tidak sopan dan menghargainya sebagai dosen, Saskia bahkan enggan masuk ke kelas itu lagi jika memang bukan kewajibannya untuk mengajar.

"Ada apa?"

"Saya mau minta maaf bu soal yang kemarin, saya beneran gak sengaja," katanya dengan muka yang memelas. "Saya bakal ngelakuin apa aja biar Ibu gak ngasih saya nilai E, Bu."

"Apa alasan kamu hingga membuat kamu tidak pantas dapat nilai E sedangkan kamu saja tidak
menghormati saya? Bagi saya, kesalahan kamu sangat fatal," jelasnya, dengan muka yang semakin masam. Sejak pagi mood- ya sudah rusak, ditambah dia harus berbicara dengan mahasiswa tak sopan seperti Dion, rasanya sangat melelahkan. "Kalau tidak ada yang mau dibicarakan lagi, saya permisi."

"Ibu!" Dion memegang tangan Saskia tanpa sengaja. Dion sudah tidak peduli dengan apa yang akan terjadi selanjutnya hingga memilih melakukan hal yang sangat memalukan bagi Saskia.

"Bangun! Saya tidak minta kamu melakukan itu!" katanya saat melihat Dion berlutut di depan Saskia. Kejadian itu tentu saja membuat heboh seluruh civitas akademik yang berada di sekitar mereka. Saskia menghela napas, mau tidak mau dia harus mengajak Dion berbicara ditempat yang lebih sepi. "Ikut saya!"

Lantas Saskia meninggalkan pemuda itu dan membawanya masuk ke ruang dosen. Untung saja di sini sepi, jadi Saskia lebih leluasa berbicara dengan Dion. "Di sini sudah sepi, silakan kalau kamu mau berguling-guling dilantai sekarang," katanya dengan nada ketus. Dia sungguh kesal dengan kelakuan mahasiswanya ini. "Tapi saya tidak akan terkecoh dengan permintaan Anda," pungkasnya.

Terdengar desahan lelah dari Dion, lalu tiba-tiba Rizki masuk ke ruangan dosen dan melihat ada sesuatu yang tidak beres, dosen itu memandang Dion dan Saskia bergantian kemudian berdehem untuk mengalihkan perhatian mereka berdua. "Ada apa ini ya? Dion, kenapa?"

My Lecture is My Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang