18. Keributan lainnya

5.8K 340 45
                                    

21+++

Audrey kebingungan sekarang, dia tidak tahu kenapa Saskia membawanya ke sini padahal sebelumnya tidak ada pembicaraan apapun diantara mereka. Bahkan ketika mereka sampai di sebuah kamar yang cukup besar dengan kasur tipe king size yang menghadap langsung ke arah balkon yang tertutup kaca cukup lebar. Saskia menaruh tas dan sepatunya kemudian berjalan masuk lebih dalam.

"Maksud kamu apa bawa aku ke sini?"

Saskia berdiri di balkon sambil memegang secangkir kopi ditangannya. Tindak-tanduk Saskia saat ini benar-benar membuat Audrey mati kutu. Ia bingung sekarang apalagi saat wanita itu malah bersantai dan menikmati kopinya.

"Belum ada yang mau kamu bicarakan?"

"Engga ada yang perlu dibahas, Saskia," jawab Audrey setelah bisa mencerna semua maksud Saskia sekarang. "Seharusnya kamu ga perlu spent money kaya gini cuma buat ngomong doang sama aku."

"Hmm."

"Lagian aku ga masalah sama sikap kamu."

"Terus kenapa kamu diamin saya?"

"Berusaha untuk terbiasa," Audrey memandang jauh ke depan, enggan melihat Saskia yang tengah menoleh ke arahnya. "Kalau kamu diam, aku juga diam. Aku ga mau kehadiran aku malah menganggu seseorang, meskipun orang itu partner aku. Lagipula sebelum sama kamu, aku udah punya temen-temen yang lain, yang bisa nemenin aku."

Saskia menyesap kopinya yang terasa mulai dingin oleh terpaan angin. Ia mendengar dengan seksama jawaban dari Audrey.

Ternyata, Audrey memang seperti anak kecil. Drama queen.

Bagi Saskia mereka hanya salah paham, tapi kenapa Audrey bisa berfikir sampai sejauh ini? Astaga.

"Okay, terus?"

"Terus aku mau berubah jadi pendiam, aku ga akan ngajak kamu ngomong duluan kalau kamu ga tanya aku karena aku tau kamu enggak suka ngomong sama aku, aku juga ga bakalan gangguin kamu lagi pas kerja, aku—"

"Saya suka ngomong sama kamu." potong Saskia. Saskia jelas tidak terima jika dirinya disebut begitu, padahal berbicara dengan Audrey menbuat harinya terasa lebih baik.

Audrey jelas tidak percaya dengan kata-kata Saskia. "Tapi buktinya kamu bentak aku kemarin!"

"Ya itu kan pas kerja, lagipula salah kamu sendiri—"

"Tuhkan, kamu tuh dari awal emang enggak suka ada aku dihidup kamu!" gadis berusia dua puluh tahun itu kembali mengeluarkan kalimat dramatis yang ada di otaknya.

"Astaga, bukan gitu maksudnya." Kali ini Saskia benar-benar harus menjelaskan semuanya. yang sebenarnya Saskia sendiri bingung dengan masalah apa yang sebenarnya sedang mereka bicarakan. "Kemarin kan sudah saya jelaskan kondisinya gimana, kamu nih enggak mau ngerti maksud saya. Selalu saja menyimpulkan sendiri."

"Oh jadi kamu malah nyalahin aku? Iya? Padahal jelas-jelas kamu bentak aku! Aku gak suka tau!"

"Oke, untuk bagian itu, itu memang salah saya."

"Semuanya juga salah kamu," cibir Audrey saat Saskia masih saja memberikan pembelaan bagi dirinya. "Udah ah aku males ngomong sama kamu sebelum kamu merenungi kesalahan-kesalahan kamu."

"What?"

Kenapa jadi dia yang disuruh merenung oleh bocah ini? Saskia berjalan cepat menghampiri Audrey yang lebih dulu masuk ke dalam, ia menarik bahu Audrey agar gadis itu menatapnya kembali. "Saya mau masalah kita selesai sekarang, Audrey. Jangan pergi begitu saja!"

Suara Saskia mulai meninggi lagi, kesabarannya yang dari awal memang hanya setipis tisu membuat hubungan mereka jadi riskan.

"Ih lepasin!" Audrey menepis tangan Saskia dengan kasar. Ia tidak mau disentuh wanita itu. "Aku gak mau ngomong lagi, Saskia! Aku mau pulang ke rumah Papa!"

My Lecture is My Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang